BENIH-BENIH GAY

314 13 1
                                    

PROLOG :

Saat aku sedang terkulai lemas tubuhku dibalikan paksa olehnya sehingga berada posisi tengkurap, dan dia menurukan celana serta celana dalamku, bisa kurasakan dia mengoleskan semacam cairan pelicin di daerah belakangku, tak lama kemudian aku merasakan benda yang sangat besar itu mencoba menerobos masuk ke bagian belakangku, aku merasakan sakit yang luar biasa, aku benar2 menangis kesakitan dan memohon kepada mas Wisnu untuk mengasianiku dan melapaskanku, tapi sepertinya setan telah mengendalikannya, bahkan dengan kondisiku yang setengah sadar seperti itu, dia mencoba memperkosa ku, yaa aku tahu ini adalah pemerkosaan.

*******************************

Perkenalkan namaku Arbi pria yang dulunya lahir dan tinggal di kota palembang, aku akan memulai cerita pada saat aku lulus SMA di salah satu sekolah Negeri Favorit di kotaku, dulu aku termasuk remaja yang waktu itu lumayan mempunyai nilai tinggi di sekolah bahkan pada saat itu nilai kelulusanku masuk peringkat 2 besar tertinggi se-propinsi di kota tempat tinggalku,aku adalah anak laki-laki dari orang tua yang berdarah aceh dan jawa sehingga aku mempunyai paras yg bisa dibilang lumayan ganteng, temen-temanku sering memanggilku dengan panggilan "arab" krn memang aku mempunyai wajah dan perawakan yang mirip orang timur tengah, pergaulanku pada saat itu juga terbilang biasa-biasa saja, seperti anak remaja pada umumnya, bahkan kenakalan remaja seperti pacaran gonta ganti pacar (perempuan) aku mengalaminya, bahkan aku juga pernah (maaf) berhubungan sex dengan beberapa pacar perempuanku dulu, isitlah playboy dulu sempat disematkan kepadaku oleh teman-teman karena saking seringnya gonta ganti pacar.

namun dari segi ekonomi aku adalah anak yang tergolong biasa2 saja, ayahku hanya seorang pensiunan dr sebuah perusahaan perkebunan BUMN di kotaku, sementara ibuku hanya seorang ibu rumah tangga, pada saat aku lulus SMA pun keluarga kami sedang dalam ekonomi yang sulit karena bapakku dulu sempat ditipu dan rugi besar dan harus menjual tanah serta harta2 kami yang lain karena ditipu oleh pamanku sendiri, bahkan saat itu aku mendapat biasiswa di salah satu univeritas negri di jakartapun tidak ku ambil dengan alasan bapak gak ada uang untuk membiayai kehidupanku sehari-hari jika aku kuliah di jakarta.

Tahun 2004, tahun di mana kelulusan dari SMA Negeri di kotaku, saat itu aku meminta izin orang tua ku untuk tetap pergi ke jakarta bukan untuk melanjutkan kuliah namun untuk mencoba peruntungan dengan mencari pekerjaan di sana, selain itu aku juga punya kakak kandung yang sudah lebih dulu kerja di sana dia bekerja sebagai supervisor di sebuah pabrik kertas yang ada di jakarta utara kebetulan di tempat dia bekerja sedang dibutuhkan lowongan di bagian packing, dulu juga kakakku tidak sempat kuliah namun bukan krn orang tua ku tidak ada biaya memang karena kakaku tidak mau kuliah pada saat itu, saat kakakku lulus SMA sekitar tahun 2000 justru bisnis bapakku sedang jaya2nya, baru sekitar tabun 2004 pada saat aku lulus justru keluarga kami sedang di masa sulit.

Keinginanku pada saat itu dikabulkan oleh orang tuaku, karena selaian aku anak laki-laki yang mebutuhkan kerja dan pengalamannya, mereka tidak terlalu kawatir karena di sana juga ada kakakku yang bahkan terbilang sukses di sana, dia sudah punya rumah sendiri dan sudah berkeluarga di sana, karena selain dia bekerja istrinya juga punya usaha butik pakaian wanita di rumahnya dan sebetulnya mereka sudah menyanggupi akan menanggung biaya hidupku jika aku kuliah namun bapakku tidak mengijinkan karena merasa tidak enak krn kakakku sudah berkeluarga dan bapak tidak mau merepotkan mereka.

Singkat cerita aku berangkat ke jakarta menggunakan bis dan menyebrang dengan kapal laut dr pelabuhan bakauheni lampung dengan berbekal keyakinan ku untuk bisa dapat pekerjaan yang layak di jakarta lalu dengan harapan aku bisa melanjutkan kuliah dengan biaya dari kantungku sendiri tanpa harus membebani siapapun, sekitar pukul 04.00 pagi aku sampai di pelabuhan merak, saat itu alat komunikasi belum secanggih sekarang, aku belum punya ponsel, aku mencari fasilitas telepon umum wartel yang ada di sekitar pelabuhan untuk menghubungi kakakku yang memang sudah janjian akan menjemputku di pelabuhan merak. Tidak butuh waktu lama kakakku datang yang memang dia sudah berada di pelabuban lebih dulu untuk menjemputku.sekitar pukul 10 pagi baru kami sampai ke rumah karena memang kondisi di kota besar itu yang selalu macet, yang seharusnya mungkin bisa sampai lebih cepat belum lagi kakakku menjemput dengan kendaraan roda empat yang otomatis gk bisa selip selip untuk mencari sela jalan.

NORMAL BECOME GAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang