Apa yang bikin jantungmu berdetak lebih cepat?
Naik rollercoaster?
Tabrakan?
Naik kuda?
Atau, Kuda-kudaan?
Kalau Ara sih, jantung nya berdetak lebih cepat karena kuda kudaan sama Nanta. Eh bukan kuda-kudaan deng, tapi enjut-enjutan.
Deru nafas Ara terhenti saat jatuh di pelukan orang yang membencinya. Dan gila nya dia sedang di tonton banyak orang. Malu sudah pasti Ara rasakan. Mau kabur? Yang Ara harapkan dirinya menghilang detik ini juga.
Mata Nanta dan Ara saling terkunci. Kedua netra nya bertemu dengan pikiran masing-masing.
"Apa ini yang namanya; sudah jatuh tertimpa Nanta pula?" batin Ara memandangi wajah Nanta dari jarak yang cukup dekat.
"Ra." panggilan dari Rizal membuyarkan tatapan keduanya.
Ara melongok ke atas. Melihat Rizal berdiri tepat di depan kepalanya nya, membuat ia semakin menahan nafas.
"Mampus. Rizal pasti marah sama gue. Mampus. Gue pasti langsung di putusin Rizal di depan semua orang. Mampus. Gue mampus. Mampus. Mampus. Mampus." rutuk Ara di dalam hati.
Ara resah. "Kemana nih kantong ajaib punya doraemon? Gue pengen pinjam sebentar, biar bisa hilang sekarang juga."
"Ra." panggil Rizal sekali lagi.
"I-iya. Rizal." sahut Ara dengan suara tercekat. Muka nya memerah menahan malu. Mau di taruh dimana mukanya karena kepergok lagi enjut enjutan sama cowok lain?
"Gue bisa jelasin!" seru Ara seraya beranjak dari tubuh abang kelasnya itu. Dengan wajah cemas Ara berdiri di hadapan Rizal.
Karena Ara sudah bangkit. Nanta berkesiap duduk. Matanya menoleh ke tim Ara. Mereka serentak balik badan. Bahkan main voli kembali seperti biasanya.
Kedua alis Rizal menukik. "Jelasin apa?"
"Tapi nggak disini." Ara menarik tangan Rizal membawa nya jauh dari kerumunan.
Alis Nanta terangkat satu menatap kepergiaan Ara dan Rizal. "Mereka nggak pacaran kan?"
Tidak ingin pusing dengan percintaan Ara. Nanta bangkit berdiri. Ia menepuk-nepuk celana bagian belakang. Agar debu yang nempel di celana nya itu segera pergi berhembus.
Langkah kaki nya mendekat ke arah gadis yang melempar bola ke arah Ara.
Nanta tepuk tangan dengan keras. Kode darinya, menghentikan aktivitas anak-anak voli.
Mereka semua menatap Nanta dengan rasa takut."Semua nya boleh istirahat kecuali dia." titah Nanta seraya mencekal tangan gadis itu agar tidak bisa kabur dari nya.
"Siaap, bang."
^^^
Ara membawa Rizal ke kantin. Dua es teh, Ara pesan untuk mendinginkan rasa gelisahnya dan mendinginkan perasaan Rizal.
"Minum dulu es tehnya." Ara menyodorkan segelas es teh ke hadapan Rizal. Ia sendiri langsung minum agar rasa resahnya hilang bersamaan dengan es teh yang masuk ke salur pencernaan nya.
"Hmm." balas Rizal dengan deheman. Kursi nya ia tarik agar menempel pada kursi pacarnya itu.
Ara membatu. Takut dan cemas bercampur jadi satu melihat Rizal yang tak seperti biasanya.
Kepala Rizal menyender di pundak Ara. "Gue pengen tidur." ucapnya sambil memejamkan mata.
Ara kaget, tapi tetap membiarkan Rizal tidur di pundaknya. Selagi tidak berlebihan. Sepertinya its okey aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ultimate Happines
Teen FictionPacaran harus minta persetujuan. Sudah minta persetujuan di suruh nolak. Pacaran tanpa persetujuan disuruh putus. Di kisah hidup orang lain, ada abang yang tukang ngatur dan nggak ngebolehin adiknya pacaran. Di kehidupan Ara ada kelima sahabatnya...