13

231 36 27
                                    

"Apa menurutmu Jeno bisa membujuk raja?"





Lorong panjang istana kerajaan bayangan benar-benar sunyi, satu suara serangga saja tak terdengar sama sekali. Hal itu membuat Jeno mengusap tengkuknya yang sedikit merinding. Hanya sedikit!

Maksud Jeno.. bagaimana bisa ada makhluk yang betah dengan suasana hening? Bahkan satu-satunya 'matahari' di sana hanya bulan. Terlebih lagi sinarnya lebih terang dengan suhu udara panas seperti saat siang hari.

Tak ada pelayan atau penjaga seperti istana kebanyakan yang ia dengar dari sang kakak. Satu-satunya yang terlihat jelas ialah Yuna yang memegang posisi pelayan di istana. Oh, ada Gahyeon juga.

Setelah puas mengumpulkan apa yang ia lihat dan menganalisa lingkungan sekitar, Jeno memutar pandangannya pada lorong istana.

"Berbeda dari lorong sebelumnya," pikir Jeno sembari memutar matanya ke segala penjuru.

Lorong istana yang dilewatinya saat ini berbeda dengan lorong yang ia lewati bersama para Guardian. Kali ini bukan senjata yang menghiasi dinding kokoh itu, melainkan bendera kerajaan beserta guci antik yang sangat tua. Ia menemukan beberapa lukisan sebenarnya, tapi ditutupi oleh gorden tebal.

Entah apa tujuannya.

Kepala Jeno benar-benar dibuat pusing tujuh keliling akan lingkungannya saat ini. Semuanya terasa aneh dan membingungkan.

Dan Yuna... Hanya ia satu-satunya pelayan yang ia lihat. Sayangnya, sebagian pikiran Jeno mengatakan jika Yuna bukan pelayan. Ada sesuatu yang menunjukkan jika Yuna bukan pelayan, tapi penampilannya seorang pelayan!

Semakin Jeno memikirkan ini, semakin banyak pula pertanyaan. Ia-

"Maafkan hamba, Yang Mulia!" pekik Yuna.

Wanita itu saat ini sudah menghadap Jeno dan membungkukkan badannya 90°, tak lebih juga tak kurang. Seolah memang sudah ada yang mengatur sudut tubuhnya itu.

Bahkan setelah mengatakan itu, Yuna tak segera menegakkan tubuh seolah ia menanti tanggapan Jeno.

Jeno yang tadi tengah melamun benar-benar tak mengerti apa yang terjadi pada wanita itu. Seingatnya Yuna tadi berjalan dengan tegak di depan, menutup mulut seolah ia tak mau membocorkan rahasia yang ia tahu. Jika ia lupa akan insiden di ruang singgasana tadi, ia akan menganggap Yuna sebagai sosok yang tak bisa disentuh.

Dengan raut linglung dan bingung, Jeno bertanya, "Apa ada yang salah?"

"Saya benar-benar pelayan pribadi Anda yang sangat amat buruk. Saya sudah mengacuhkan Anda sedari tadi, saya merasa bersalah!" jawab Yuna dengan masih membungkuk.

Jeno mengedipkan kedua matanya, "Aku pikir kau tak melakukan kesalahan..?"

Yuna menggeleng, "Tidak. Saya sudah melakukan kesalahan, saya mengacuhkan Anda dan membuat Anda tak nyaman. Anda bisa mengganti saya pada pelayan lain.." ungkapnya.

Tunggu dulu.. Jeno pikir Yuna tak melakukan apa pun? Apa yang salah? Jeno mengusap tengkuknya, "Aku.. Tak apa, aku sungguh tak masalah."

Yuna mengangkat kepala, "Benarkah?" tanyanya sedikit antusias.

"Iya.." jawab Jeno lalu memberi isyarat agar Yuna menegakkan tubuhnya kembali. Jeno lalu bertanya, "Omong-omong, kau sebenarnya ini mau membawaku ke mana?"

Setelah menganggukkan kepalanya sopan, Yuna lalu sudah berdiri dengan normal dengan kedua tangan diletakkan di depan perut. "Tentu kita ke kamar Anda, sesuai perintah Baginda," jawab Yuna dengan senyum yang lembut.

The Shadow King's Precious Gem || JaemJen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang