"Tak ada satu pun diantara para bangsa kegelapan yang menyukai para Vulgoasie."
•
•
•
•
•Suara nafas terengah-engah terdengar di sebuah halaman sepi yang tak terawat. Berkali-kali ia mengelap keringat yang dihasilkan dari kerja kerasnya. Angin sejuk yang berhembus tak cukup untuk menghalau panas tubuh. Otot tubuhnya perlahan lemas setelah sedari tadi menegang karena latihan.
"Dasar teleportasi sialan," umpat Jeno keras lalu merebahkan dirinya di rerumputan.
Ya, Jeno tengah berlatih untuk menguasai kemampuan teleportasi. Semua bermula ketika satu bulan yang lalu ia menemukan sebuah buku kuno, berisi kemampuan tingkat tinggi. Dan anehnya, semua yang ada di buku itu ditulis dengan tangan, bukan dengan kekuatan sihir seperti buku-buku kebanyakan.
Buku itu juga belum selesai ditulis, hanya tinggal 5 lembar yang tersisa.
Jeno menemukan buku itu di tumpukan buku di rak kamarnya. Karena ia tak memiliki kegiatan yang jelas. Karena urusan kerajaan semuanya Jaemin yang menjalankan, maka Jeno memilih untuk meningkatkan kemampuannya. Dari pada ia tak melakukan apa pun.
Sudah sebulan berlalu dan Jeno hampir menguasai kemampuan teleportasi. Sebenarnya Jeno sangat menyadari kejanggalan yang ia rasakan.
seorang yang tak pernah mempelajari hal semacam ini, harusnya Jeno tak bisa menguasai kemampuan itu secepat ini, bahkan level 1 sekali pun. Bahkan harusnya ia sakit-sakitan karena menahan beban dari kemampuan ini yang memang memiliki tingkat kesulitan tinggi. Seolah-olah, tubuhnya hanya perlu menyesuaikan kembali.
"Tidak ada satu di antara mereka yang bisa menjawab pertanyaanku,"lirih Jeno sambil menatap bulan.
Sesungguhnya semua yang ada di kerajaan ini tampak mengganjal bagi Jeno. Tapi rasanya kejanggalan itu sudah tak asing. Jaemin saat ditanya juga tak banyak bicara, dia andal dalam mengalihkan topik dan memecah fokus semua makhluk yang menurutnya berisiko.
Peramal dan pelayan pribadi Jeno?
Huh, membayangkan wajah datar sang peramal saat beraktivitas dan sering mengintimidasi Yuna, membuatnya mengukir sesuatu yang penting di benak. Jangan terlibat apa pun dengan Gahyeon. Dan jangan membuatnya marah atau jengkel.
Sedangkan Yuna, jika wanita itu tak disuruh oleh Jeno, entah ia akan bertindak atau tidak. Apalagi Yuna juga sering meminta maaf. Bahkan jika Jeno menghela nafas karena jengkel dengan buku bacaannya, sontak saja Yuna akan mina maaf. Padahal wanita itu tak melakukan apa-apa.
Oh, ia jadi teringat saat mengunjungi Gahyeon di ruang sihir bersama Yuna. Wanita itu akan lebih sering minta maaf daripada biasanya. Sungguh. Padahal Jeno hanya bersin karena debu di rak, membuat Gahyeon menoleh dari buku sihir yang sedang Gahyeon selesaikan mantranya, Yuna akan minta maaf dengan tubuh bergetar.
Namun Gahyeon mengatakan tak apa dengan nada super datar dan kembali ke aktivitasnya. Tapi itu tak menghentikan Yuna untuk meminta maaf. Jeno sampai membuka rahangnya dengan dramatis.
Maaf, tapi ia baru pertama kali bertemu makhluk macam Yuna selama ia hidup. Mungkin kebanyakan bergaul dengan makhluk yang memiliki bakat bertarung sepertinya?
Ya, itu sudah satu bulan yang lalu.
Ketika Jeno hendak melanjutkan latihannya, sayup-sayup ia mendengar sekumpulan makhluk yang tengah bertengkar. Tapi ia tak bisa melihat siapa yang berani membuat suara sekeras itu.
Satu fakta baru, kastil dan istana dilindungi oleh kubah yang meminimalisasi suara dari luar masuk atau suara dari dalam keluar. Jadi untuk sekumpulan makhluk tersebut pasti memiliki posisi cukup tinggi. Karena tak ada satu pun para ksatria atau pelayan yang berani bersuara sekeras itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Shadow King's Precious Gem || JaemJen
FanficHanya karena menemukan permata misterius saat mencari bahan ramuan, bukan berarti ia harus mendapatkan misteri baru yang belum pernah ia tangani sebelumnya! Jeno hanya manimal ras serigala biasa, bukan makhluk dengan kekuatan super yang bisa membela...