06

312 54 30
                                    

.

.

.

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Sohyun tersenyum tipis saat mengusap rambut sang ibu yang lembut di pahanya. Maniknya menatap sang ibu yang memainkan tangan kirinya.

"Sohyun putriku yang cantik..."

"Sohyun putriku yang baik... "

"Sohyun-ah... " Sohyun menunduk untuk melihat sang ibu yang baru saja memanggil namanya.

"Putriku ini nggak boleh ketemu sama cowok, denger nggak?!"

Sohyun hanya mampu tersenyum tipis mendengar ucapan yang sama seperti 15 tahun yang lalu.

"Semua cowok bajingan! Ucapannya sampah semua." Ibu Sohyun segera bangkit lalu memegangi wajah Sohyun kemudian menatap kedua manik milik putrinya yang berkaca-kaca.

"Jangan percaya sama ucapan mereka! Mama nggak mau kamu tertipu sampai disakiti mereka!"

Sohyun mengangguk cepat kemudian memeluk sang ibu yang perlahan mengatur napasnya yang memburu.

"Uri Sohyun tidak boleh tersakiti! Laki-laki itu bajingan!"

Sohyun menahan tangisnya saat memeluk sang ibu, namun semuanya gagal saat mengingat hubungannya dengan Taehyung.

Maaf ma...

"Papa mau kemana??" Gadis cilik itu menatap penuh perhatian pada sang ayah yang nampak lelah.

"Papa mau pergi, Sso bisa kan berdua bersama mama?" Laki-laki itu mengusap rambut putrinya yang panjang.

"Papa mau kemana?" Tanyanya penuh penasaran setelah melihat sebuah koper yang bertengger di sebelah lemari kayu.

"Papa pergi sebentar, uri Sso anak yang mandiri kan?"

Gadis cilik itu mengangguk mantap, seingatnya kata mandiri adalah kalimat yang baik.

Sang ayah tersenyum bangga kemudian mengusap kepala putrinya. "Titip mama ya... Papa percaya Sso anak yang pandai."

.
Sohyun-- gadis cilik itu menghentikan acara bermainnya saat mendengar suara sang ibu yang sibuk memotong sayuran di dapur.

Berjalan cepat menghampiri sang ibu yang masih memunggunginya dan sibuk memotong sayuran hijau itu yang setiap hari gadis itu dengar.

"Mama... Papa dimana??" Tanya gadis cilik itu untuk pertama kalinya, setelah beberapa hari akhirnya ia menyadari bahwa sang ayah tak kunjung kembali.

Meninggalkan dirinya dengan sang ibu di kota itu...

Namun raut wajah gadis itu berubah menjadi ketakutan saat melihat sang ibu menghentikan kegiatannya yang memotong sayuran kini berbalik dengan raut wajah menahan tangis.

Sang ibu justru berlari kearahnya dan mencengkram kedua bahunya dan mengguncangkan tubuhnya dengan keras ke depan dan belakang.

"Suamikuu... Kamu bawa dia kemana hah?!!"

Sohyun cilik menangis ketakutan saat sang ibu berubah menjadi sosok yang menyeramkan.

"Dasar pelacur! Kamu bawa kemana suamikuuu!!!"

Kalau saja saat itu Sohyun tahu arti makna yang diucapkan oleh sang ibu....

Bruggghhhh!!

Tubuh Sohyun yang tak mampu menahan dorongan dari sang ibu akhirnya terhuyung ke belakang. Gadis cilik itu ketakutan berusaha menjauhi sang ibu yang menatapnya penuh benci.

"Pergi!!! Dasar pelacur sialan!!"

Sohyun menatap rumah yang dulu pernah hangat, langkahnya perlahan memasuki rumah yang masih tetap bersih meski tak ia huni beberapa tahun terakhir.

"Eh nona Sohyun!" Sohyun menoleh saat namanya disapa hangat oleh pak Kim yang selama ini merawat rumah lamanya.

Rumah yang mengingatkannya akan luka lama yang sampai saat ini belum juga sembuh.

"Eh pak Kim, gimana kabarnya?" Sapa Sohyun hangat sambil menatap pria paruh baya yang selama ini ia jadikan sebagai pengganti sang ayah.

"Seharusnya saya yang tanya nona, gimana keadaan nona? Ohh pasti nona baru saja menjenguk nyonya Kim kan?" Tebak pak Kim membuat Sohyun tersenyum tipis.

"Saya baik pak, ibu juga--" Sohyun menghela napasnya sejenak kemudian tersenyum pahit.

"Sulit pasti memaafkan seseorang, nona harus kuat ya! Nyonya Kim pasti cepat sembuh." Sohyun mengangguk kecil, lalu dengan cepat memasang senyum andalannya.

"Kalau begitu saya duluan ya pak,"

"Ya non!"

Dengan perlahan Sohyun masuk ke dalam rumah lama miliknya, menatap lemari kayu besar yang ada di dekat pintu kamarnya.

"Lemari ini..."

Drtt.... Drttt....

Sohyun segera mengeluarkan ponselnya dari dalam tas kecil miliknya.

Kim Taehyung is calling 📞

Sohyun menghela napasnya sejenak, menatap lemari kayu yang ada di hadapannya yang nyaris ia buka.

Sohyun memilih untuk menunda niatannya, menggeser ikon hijau panggilan dan berjalan pergi ke daerah taman.

"Halo... "

"Sohyun-ahh... Dimana?? Lagi apa??" Suara berat Taehyung bahkan terdengar seperti bayi yang merengek di telinga Sohyun.

"Eummm aku lagi ada urusan, kenapa? Mau titip makanan? Aku belum beli sayuran hari ini."

"Kapan pulang?"

Sohyun terdiam saat mendengar pertanyaan Taehyung yang satu ini. "Mungkin nanti malam, kamu makan sendiri dulu ya."

"Huftt... Jangan terlalu malam, terlalu bahaya." Meski begitu Sohyun tahu kekasihnya ini mengucapkannya dengan tidak rela.

"Hmmm iya..."

Sohyun menatap ponselnya, meski percakapan mereka telah usai, namun Sohyun masih tersenyum mengingat betapa perhatiannya Taehyung.

Raut wajahnya seketika berubah saat kedua maniknya menatap lemari kayu yang membuat jantungnya tiba-tiba berdebar ketakutan, perasaannya tidak nyaman.

Sohyun sedikit banyak melupakan memori lamanya. Sohyun hanya ingat bagaimana harinya indah saat bersama kedua orang tuanya.

Sohyun mengusap rambutnya ke belakang, menatap fotonya dengan Taehyung sebagai wallpaper.

"Menikah... " Sohyun memeluk tubuhnya sendiri, menepuk-nepuk pundaknya secara perlahan.

Taehyung sangat menginginkan pernikahan, memiliki anak dan hidup bahagia. Tapi Sohyun belum siap, dan Sohyun hanya bisa berharap Taehyung akan ada di sampingnya sampai ia siap.

.
.


Hmmm untung aja keinget hari ini harus update 🥺☝

How's your day?

ENCHANTED 🔞🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang