Memories

222 39 7
                                    

"JEONGIN, HYUNJIN KECELAKAAN!"

Begitulah pesan yang Jeongin terima dari teman kekasihnya, Changbin. Hari itu adalah hari dimana mereka berdua baru saja merayakan hubungan mereka yang ke dua tahun. Hyunjin mengalami kecelakaan saat hendak pulang ke rumahnya.

Rumah sakit terasa begitu sunyi, hari sudah larut dan belum ada kabar dari dokter yang menangani Hyunjin. Teman dan keluarganya bahkan diam membisu, tidak ada yang membuka suara. Hanya helaan nafas dan sesengguk tangis ibunya yang memenuhi koridor rumah sakit.

Lama menunggu, dokter keluar dari dalam ruangan. Semuanya serentak berdiri, mendengarkan dengan seksama hasil dari pemeriksaan. Terdengar helaan nafas sebelum  ibu Hyunjin ambruk karna syok, begitu juga Jeongin yang tidak menyangka dengan kondisi kekasihnya.

Hyunjin mengalami patah tulang bagian rusuk dan kaki, beberapa benturan di bagian vital termasuk tulang tengkoraknya. Hyunjin di katakan kritis dan sedang mengalami koma. Bangsal Hyunjin di pindahkan ke ruangan intensif untuk perawatan lebih lanjut.

Sejak saat itu, hari-hari Jeongin mulai berubah.

.

.

.

.

.

Jeongin melangkahkan kakinya menaiki bus menuju rumah sakit. Setiap selesai kuliah, ia akan menyempatkan diri untuk menjenguk Hyunjin. Hari terus terlewati sampai tidak terasa sudah satu minggu lamanya.

Sampainya di rumah sakit, kakak Hyunjin, Bangchan, menyambutnya dengan hangat. "Bagaimana kondisi terbaru kak Hyunjin?" Jeongin mendudukkan dirinya di samping bangsal Hyunjin. Tangannya menggenggam lembut tangan yang sekarang tak lagi terasa hangat seperti dulu.

"Masih sama, bahkan tidak ada tanda-tanda ia akan sadar" Jeongin yang mendengar itu hanya bisa menghela nafas dan terus berdoa. Ia sangat merindukan kekasihnya. Tapi kali ini ia harus bersabar.

"Jeongin, aku harus pergi ke kantor untuk rapat kecil. Apa kau bisa menggantikanku?" tanya Bangchan. Tangannya mengambil blazer dan memakainya. "Aku akan menjaganya" jawab Jeongin.

"Terimakasih, ibuku akan datang dua jam kedepan, kau bisa menjaganya untuk sementara. Aku percayakan Hyunjin padamu" Bangchan tersenyum sebelum akhirnya ia berpamitan dan pergi meninggalkan rumah sakit.

Jeongin tersenyum melihat ke arah Hyunjin. Begitu tampan kekasihnya, ia menyisir rambut Hyunjin, menatanya dengan rapih, sesekali ia menyeka wajah Hyunjin. Sambil menunggu ibu Hyunjin datang, Jeongin memutuskan untuk mengerjakan tugas kuliahnya disana.

.

.

.

.

.

Hari terus berlalu dan tidak ada yang berubah selama 3 bulan. Jeongin selalu rutin datang, terkadang ia akan menginap di rumah sakit demi menjaga Hyunjin.

Pagi itu ia tengah mengurus tes nya sampai ia mendapat kabar bahwa Hyunjin telah sadar dari komanya. Jeongin dengan cepat menyelesaikan semua urusannya dan segera pergi ke rumah sakit.

Tangis haru dan lega bercampur di ruangan itu. Nafas Jeongin memburu, ia senang bahkan sampai berdebar karna rindunya selama ini kepada Hyunjin, akhirnya ia bisa melihatnya duduk bersandar dan membuka matanya.

Ia berjalan mendekat, air matanya menggenangi pelupuk mata. "Kak Hyunjin" panggilnya perlahan. Hyunjin menatap Jeongin dengan diam sampai akhirnya "maaf, kau siapa?"

Entah batu besar dari mana Jeongin merasa dadanya sangat sakit. Bahkan keluarga Hyunjin menatap bingung. Bangchan berinisiatif untuk memanggil dokter untuk pemeriksaan ulang. Dan dapat dikatakan Hyunjin mengalami hilang ingatan karena benturan pada kepalanya. Namun, hanya Jeongin yang ia lupa. Lalu mengapa?.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ONESHUUUTTT - HYUNJEONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang