****Seseorang nampak termenung menatap langit-langit yang tampak gelap. Sepertinya akan turun hujan tak lama lagi. Ia membuka sehelai kain berwarna peach yang terikat dilengannya--potongan kain yang sering dia ikat diluar baju dan ia tak pernah meninggalkannya untuk alasan apapun. Kenangan terakhir dari orang yang dia sayang. Lelehan air matanya jatuh membasahi kain yang nampaknya sudah usang itu. Rasa sesak memenuhi dadanya kala sekelebat memori muncul, waktu yang memisahkannya secara paksa untuk berpisah dengan sang pemilik kain.
"Kamu udah memilih hidup kamu sendiri, sayang." lirihnya sambil menempelkan kain itu pada pipinya.
Rasa sedih berubah jadi keterkejutan kala kain yang dipegangnya sudah dirampas oleh seseorang. Seorang wanita cantik dengan menenteng sepatu hak. Mungkin ia melepaskannya karena susah untuk berjalan disekitaran pantai. Lagipula untuk apa memakai sepatu hak untuk pergi kepantai? Hanya orang bodoh yang melakukannya.
"Iuhhh," ia nampak menunjukan eskpresi jijik kala melihat kain yang dipegang oleh temannya ini, "kain usang begini kok masih disimpen sih. Mana udah buluk pula, mending buang aja!"
"Jangan!!"
Matanya seketika membulat kala si gadis memasukan batu untuk diikat pada kainnya--membungkusnya lalu melemparkannya kearah lautan.
"ADEK!!" jerit sang pemilik kain.
Byurrr!!
Dan seketika itu semuanya terkejut kala seseorang melompat kearah laut meninggalkan sang gadis dan semua orang yang berada disekitar tempatnya terpaku.
"Pak Zidan," gumam wanita yang menenteng sepatu hak-nya.
Zidan yang dikenal sebagai guru yang bekerja di SMA ANGKASA berusaha berenang dengan cepat menuju kain yang membungkus batu itu. Ia berusaha sekuat tenaga untung mempertahankan nafasnya dan tangannya terulur untuk meraih kain itu.
"Ayo sedikit lagi." batinnya.
"Aku mohon pegang tangan kakak, dek. Sedikit lagi, jangan biarin kakak merasa bersalah."
Zidan tersentak kaget saat mendengar suara seseorang ia menoleh ke kanan dan ke kiri menahan tekanan air. Fokusnya mulai pecah kala sekelebat bayangan menghantuinya.
"Mawar itu sakit, Yuna!"
"Iya sakit jiwa!"
"Kamuu---"
"Adek ayo kita pergi."
"Ayah sama Bunda kenapa kak?"
"Itu masalah orang dewasa. Michael gak boleh tau, kita ke pantai ajaa."
Zidan memegang dadanya sendiri, rasanya sesak. Bayangan itu membuatnya terlalu lama didalam air, dia shock karena ingatan itu juga. Apa yang terjadi sebenarnya.
***
"AKU MOHON SIAPA PUN TOLONGIN PAK ZIDAN!"
Vita, si pemilik kain berteriak histeris meminta bantuan kala. Gurunya tidak kunjung keluar dari air. Sungguh ia tak menyangka sang guru akan nekat terjun ke dalam air hanya untuk menyelamatkan potongan kain usang miliknya.
"Apa-apaan sih lo, pak Zidan itu guru olahraga. Udah pasti dia bisa berenang." ucap salah satu teman sekolahnya yang juga ada disana. Hari ini seluruh siswa kelas sebelas sedang berlibur ditempat ini.
"T-tapi--"
"Tuh pak Zidan udah keluar." Vita mengalihkan pandangannya kearah air dan benar saja. Zidan sudah keluar dari air dengan wajah pucat dan bisa dilihat ditangannya sebuah kain berwarna peach digenggamannya. Sontak Vita langsung berlari kearah Zidan, sungguh ia khawatir dan juga sangat berterimakasih kepada gurunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARS
Teen Fiction"Lucu rasanyaa saat ikatan darah itu tak lagi memiliki arti. Kemana pun aku pergi, aku tetap orang asing." ***** kalian pasti udah bisa tebak cerita ini kaya apa nantinya. aku harap kalian bisa baca sampai akhir, sekali-kali buat yang kaya gini gapa...