ACDD 04# PERMINTAAN MAAF
"Laki-laki yang baik, dia tidak akan pernah mengajak perempuan yang dicintainya berpacaran. Ia akan mencari seribu cara untuk dapat menggenggam tangannya dengan cara yang halal. Begitupun sebaliknya, perempuan yang baik tidak akan mau diajak pacaran. Dia akan menunggu seseorang yang mencintainya karena Allah, dan hanya akan menjalin hubungan yang diridhai Allah."
~Aisfa (Cinta dalam Doa)~
🕊🕊🕊
Pagi ini Aisfa mulai beraktivitas seperti santri lainnya. Berjama'ah, mengaji, piket, sekolah dan lain sebagainya. Seperti sekarang ini, Aisfa tengah kesal karena ia didesak ketiga temannya untuk mengikuti salat dhuha berjamaah. Padahal baru beberapa menit yang lalu rasanya ia selesai salat subuh lalu mengaji, tapi mengapa harus salat lagi?
"Sebenarnya salat yang diwajibkan itu ada berapa sih? Lima, kan?" tanyanya dengan wajah menahan kesal luar biasa. Matanya masih mengantuk, karena semalam ia tidur larut malam. Sudah begitu, ia harus bangun di jam tiga dini hari untuk salat tahajud bersama.
Ririn tersenyum mendengar gerutuan santriwati baru itu, "Benar ada lima; dhuhur, ashar, Maghrib, isya', subuh," ucapnya menyebutkan secara rinci.
"Lah ini berati gak wajib dong? Gak mau ikutlah gue, gak dosa juga, kan?" Aisfa melepas kembali mukena yang baru ia kenakan.
"Salat dhuha emang gak wajib melainkan sunnah. Akan tetapi karena kita hidup di lingkungan pondok jadi kita wajib mengikuti peraturan yang sudah ditetapkan di sini. Termasuk salat dhuha dan lainnya."
"Kalau kamu mau melanggar aturan pondok ya siap-siap aja dihukum," sambung Najwa membuat telinga Aisfa panas.
"Ah, sial banget hidup gue!"
Syafa tersenyum. Gadis itu merangkul pundak Aisfa dari samping sembari berkata, "Aisfa yang jamilah jiddan, lebih baik kita patuhi peraturan pondok aja ya. Awalnya mungkin memang terasa berat, tapi lama-kelamaan pasti kamu akan terbiasa. Kita semua juga awalnya kayak kamu kok. Dan Lagipula peraturan ini dibuat bukan untuk memberatkan kita, tapi ini demi kebaikan kita agar istiqamah. Kalau kamu ikhlas melakukan semuanya, kamu akan mendapatkan pahala yang besar yang sudah Allah janjikan dalam kitab sucinya."
Aisfa bergeming ditempatnya. Melakukan penyanggahan pun percuma karena di sini ia tak punya kuasa. Melihat Aisfa sudah tidak berusaha menyanggah lagi, Syafa, Najwa dan Ririn pun tersenyum. Mereka berharap, Aisfa bisa segera beradaptasi dengan lingkungan pesantren.
"Yaudah yuk berangkat," seru Syafa menyemangati ketiga temannya.
Mereka berempat pun berjalan beriringan menuju masjid At-Taqwa, masjid yang dibangun khusus untuk santri Darul-Qur'an. Sedari tadi Aisfa tidak menampakkan senyumannya sama sekali. Gadis itu begitu dongkol, merutuki dirinya mengapa harus hidup ditempat yang banyak peraturannya seperti ini?
Melihat bayangan Gus Alfatih di depan masjid membuat mata Aisfa yang semula mengantuk jadi tajam kembali. Gadis itupun berlari menghampirinya yang tengah menyapu diteras masjid. Sedangkan Syafa, Najwa dan Ririn yang sedang asik mengobrol tidak mengetahui kepergiannya. Mereka masuk ke masjid terlebih dahulu melewati area khusus untuk santriwati.
"Mau gue bantuin gak? Semalem kan lo udah baik sama gue dengan kasih gue makanan, sekarang gue mau balas kebaikan lo," kata Aisfa menawarkan diri. Ia hanya tidak ingin mempunyai hutang budi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisfa (Cinta dalam Doa)
SpiritualSeperti kata pepatah, berharap kepada manusia adalah patah hati paling disengaja. Hal itu pulalah yang dirasakan oleh Aisfa, mantan badgirl yang sedang memperbaiki dirinya. Ia yang trauma dengan cinta dan pernikahan mendadak merasakan getaran cinta...