14| Titik Balik Iris

7 1 0
                                    

T h e  L u c e l e n c e' s

Bagaimana Iris harus menyelesaikan ini? Pertimbangkan waktu, Iris. Pikirkan baik-baik.

***

Haruskan kita memulainya dari awal lagi?

Baiklah, mari lakukan itu.

Di suatu sore, usai bangun dari tidur siang, Iris melirik ke arah jendela dan mendapati busur warna tengah membentang di langit.

Pelangi.

Melewati ruang keluarga, sekilas mendengar kabar berita lewat televisi yang diputar Ayah mengenai hujan komet.

Iris bergumam. Pasti menarik bila dapat menyaksikannya.

"Ma? Iris keluar sebentar!"

"Ya! Cepat kembali! Kalau lihat Milo jewer dia!"

Ya. Kakaknya satu itu belum pulang-pulang juga.

Mengendarai sepeda, Iris mendongak. Memperhatikan ujung busur. Dia tergerak untuk mengikuti. Tindakan percuma memang, tapi seru.

Menuju timur, lalu utara, lewat persimpangan ke jalan setapak. Pelangi itu mulai menghilang seiring seberkas cahaya terang, meluncur cepat, layaknya komet.

"Apa itu?" Bukannya hujan kometnya tengah malam nanti?

Iris sampai di tepi jalan. Diseberanginya, melewati perbatasan hutan. Rasa ingin tahu menguasai Iris. Pelangi sedikit lagi menghilang. Iris ingat, cahaya putih itu besar sekali. Seolah dekat dengan tempatnya berada.

Didorong rasa ingin tahu, Iris menepikan sepedanya. Dia berjalan memasuki hutan. Sebelumnya memastikan sinyal ponsel. Ada. Syukurlah, dia bisa menghubungi para kakak kalau-kalau sesuatu terjadi.

Sepatu putih Iris tak sengaja basah, tanahnya sedikit becek. Sekaligus rimbun. Pepohonan semakin lebat. Angin pun berhembus kencang disini. Iris mengedip-ngedip, mengusap matanya yang terkena debu. Perih.

Whuushhh...

Whuushhh...

Angin berhembus lebih kencang, pepohonan terguncang.

Apa yang--- Iris menutup mata, tangan kirinya memegang batang tinggi-kurus pohon kelapa.

Sebuah debuman keras memakkan telinganya, membuat tanah bergetar. Gempa? Tidak, lebih seperti sesuatu jatuh...

Telinga Iris berdenging sesaat. Ukh! Iris menghirup udara. Cari tahu? Tidak?

Sekali ini saja. Iris memaksakan diri untuk terus maju. Menyibak semak belukar, si bungsu menatap langit. Pelangi sudah menghilang. Yah... dia mendengus kecewa. Padahal Iris masih ingin melihatnya lebih lama.

Sayup-sayup, suara erangan lemah di depannya mengalihkan fokus Iris.

Mungkinkah... hewan? Iris teringat 'teman-temannya' di rumah.

Mengedip.

Apa... itu?

Terkesiap. Iris tersentak mundur.

Lets Meet The Lucelence'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang