Baik Igor maupun Robert merasa begitu waspada karena sepanjang perjalanan Edzsel terus saja bersenandung kecil dengan mulut yang tertarik ke atas. Melukiskan senyuman penuh misteri yang jarang ia pertontonkan.
Mereka berdua sadar jika kondisi hati pemuda itu sedang tidak baik karena terlalu lama berpisah dari miliknya.
Akan lebih baik jadinya jika Edzsel bertindak seperti biasanya. Duduk diam dengan aura membunuh seperti yang biasa ia lakukan jauh akan lebih menenangkan hati Igor ketimbang dirinya harus menyaksikan adiknya itu tenang dalam kondisi yang sulit dimengerti.
"Kita sudah sampai, Tuan." Robert bersyukur karena pada akhirnya mobil yang ia kendarai telah memasuki kawasan tempat Renggana disekap.
Mereka bertiga turun dan melenggang begitu santai selayaknya tidak ada yang sedang terjadi di tempat itu.
"Tuan."
Langkah Edzsel terhenti seketika tatkala lima titik merah dari senapan jarak jauh bertengger tepat pada posisi jantungnya.
"Cepat juga kau datang, Ed." Feodora berjalan santai menghampiri ketiga orang itu bersama beberapa orang laki-laki di tim Segrei.
"Berikan suratnya, Rob."
"Baik, Tuan."
Menuruti perintah Edzsel, Robert pun berjalan melewati tuannya itu demi bisa berdiri tepat di hadapan Feo yang sedang tersenyum miring menatap mereka bertiga. Pria itu kemudian menyerahkan selembar kertas dengan stempel dan tanda tangan dari para petinggi organisasi.
"Aku masih heran kenapa kau begitu tergila-gila dengan gadis itu."
"Bukan urusanmu."
"Yah ... terserahlah. Kau boleh masuk tapi dua selirmu ini harus tetap di sini."
"TIDA-"
"Diamlah Igor." tanpa Igor lihat pun saat ini dia sadar bahwa Edzsel sedang tidak ingin dibantah, "kalian berdua tetap di sini dan kabarkan tentang duel yang aku ajukan pada serangga-serangga yang ada di sini." lanjutnya lugas dan dibalas anggukan oleh Robert. Sedangkan Igor masih memasang tampang kesalnya.
"Ayo."
Mengikuti langkah Feodora, Edzsel merasa semakin tidak sabar karena sebentar lagi semuanya akan kembali pada tampuknya. Dia tidak akan lagi terpisah dari kelinci manisnya. Dan para hama yang selalu mengganggu langkah kaki kelincinya itu juga akan binasa sebentar lagi.
_ _ _ _ _
"Pada akhirnya kau memang selalu mendapatkan apapun yang kau mau, Ed."
Mengabaikan ucapan Feodora, Edzsel tetap berjalan santai melewati seluruh penjaga yang berdiam diri karena telah menerima sinyal untuk bersikap siaga tanpa boleh menyentuh Edzsel sama sekali.
"Tapi apa kau tahu, Ed. Terkadang ... ketika kita merasa bahwa semuanya sudah berjalan seperti yang seharusnya. Di saat itulah kita lengah dan telah masuk ke dalam skenario yang telah dibuat oleh orang lain. Tapi karena kita telah meyakini bahwa semuanya berjalan sesuai kehendak kita, maka kita pun tidak akan sadar akan semua halusinasi itu."
"Semakin tua ... kau juga semakin cerewet saja ya."
"Ya ... mungkin karena aku juga sudah terlalu banyak melihat kehidupan. Jadi mulutku memang sulit dikendalikan."
"Kalau begitu mati saja sana. Pengalaman hidupmu sudah terlalu banyak. Jadi sekali-kali cobalah untuk mati."
Langkah kaki Feodora terhenti hanya agar dirinya bisa berbalik menatap lelaki tampan di belakangnya itu.
"Mau mati bersamaku? Aku rela pergi ke neraka jika denganmu ... Ho-neyyy."
kerlingan mata cantik Feodora rupanya tak mampu meluluhkan kerasnya hati Edzsel. Pemuda itu memilih mengabaikan pemandangan menjijikkan di hadapannya dan terus berlanjut menaiki tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Escape: Look At Me, Your Devil Angel
Misterio / Suspenso"Merindukanku, sayang?" Suara itu. Senyuman iblis itu. Wajah yang tersenyum seolah tak berdosa yang pria itu tunjukkan membuat hati Renggana mendadak berubah menjadi remah roti yang siap hancur kapan saja. "Ba-bagaimana kau bisa ada disini?" "Itukah...