Semula Preticia berpikir bahwa dunia adalah tempat yang indah untuk ditinggali. Semua orang bahagia dengan kehidupannya dan tak ada satupun orang yang menderita. Jika ditimpa masalah itu hanyalah masalah kecil yang bisa diatasi. Itulah yang ada dipikiran Preticia mengenai hidup orang lain.
Ia tak menyangka bahwa ada orang yang menderita bahkan penderitaan itu telah merenggut kepribadiannya. Mampu merubah manusia menjadi binatang.
Preticia mengusap batu nisan yang ada dihadapannya, air matanya masih mengalir di pipinya dengan isak tangis yang berusaha mati-matian ia tahan. Di belakangnya ada Lynch, ia duduk di atas batu sambil menatap tajam makam yang tengah dipandanginya.
"Dia sudah pergi satu tahun yang lalu," ujar Lynch setelah lama terdiam.
"Kau pasti merasa sangat kehilangan gurumu,"
"Ya ... sangat!"
Preticia bangkit berdiri lalu menghampiri Lynch dan duduk di sebelahnya.
"Bagaimana caramu untuk melewatinya?" tanya Preticia. Ia memandang Lynch yang tengah menatap makam gurunya di depannya dengan tatapan datar, sulit diprediksi.
"Aku tak tahu! Yang aku tahu, semua itu sudah berlalu."
Preticia mengulum bibirnya, menghapus air mata yang kembali membasahi pipinya.
"Setelah mendengar ini, kau masih percaya dengan cinta?" tanya Lynch tak terduga.
Preticia diam seribu bahasa. Ia tak menyangka bahwa cinta bisa mendatangkan rasa sakit yang sebegitu parahnya. Sangat berbanding terbalik dengan apa yang ia baca dan pikirkan selama ini. Ia selalu berpikir, cinta adalah perasaan terindah yang dianugerahkan kepada sepasang manusia, sesuatu yang murni yang mendatangkan kebahagiaan. Namun yang terjadi pada Lynch—bukan lebih tepatnya pada keluarga Lynch—adalah tragedi cinta yang tak berujung. Bahkan kematian Ibunya pun belum menjadi akhir dari kisahnya karena Lynch harus menanggung beban penyesalan karena telah membunuh Ibu kandungnya sendiri.
"Cinta yang kau idam-idamkan itu hanyalah dongeng yang dibuat oleh orang-orang hanya agar karya mereka bisa laku. Semua itu tidak benar-benar ada di dunia ini. Berhentilah tertipu dengan dongeng yang diceritakan oleh orang lain." Nasihatnya.
Lynch kemudian bangkit berdiri dan menghampiri makam yang ada dihadapannya, ia mengusap batu nisan yang betuliskan nama Keen, lalu memejamkan mata seakan sedang berdoa. Setelah itu, ia bangkit berdiri dan melihat Preticia yang masih terdiam di tempatnya.
"Sampai kapan kau mau di sana terus? Hari sudah pagi. Ayo kita pulang!" ajak Lynch pada Preticia untuk meninggalkan makam gurunya yang sudah meninggal.
Dengan gerakan perlahan, Preticia bangkit berdiri kemudian berjalan mendekati Lynch yang sudah berjalan terlebih dahulu.
Sepanjang perjalanan Preticia memilih untuk berjalan di belakang Lynch sambil menatap punggung lebar itu dengan hati yang terkoyak. Rasanya Preticia ingin memeluknya, mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja dan menyuruhnya untuk menangis. Pasalnya selama Lynch bercerita tadi, tak ada raut kesedihan di wajahnya ataupun kebencian. Lynch hanya menampilkan wajah datar tak berekspresi, bahkan ketika Lynch berhenti bercerita untuk menarik napas, ekspresinya tetap datar seakan tak terganggu untuk membuka luka lama.
Sesaat Preticia menyesal. Menyesal karena telah memaksa Lynch untuk membuka masa lalunya. Itu pasti sangat berat bagi Lynch kendati ia tak menunjukkan wajah keberatan sama sekali. Namun Lynch tetaplah manusia, bukan? Dia bukan manusia berhati dingin seperti yang orang-orang bilang padanya apalagi binatang kutukan. Baginya, Lynch tetaplah manusia yang memiliki banyak emosi di dalam dirinya. Namun ia menekan semua itu hanya karena ia tak ingin lagi ada orang yang memandangnya dengan perasaan iba seperti yang sudah-sudah.
Tanpa sadar air mata Preticia kembali menetes.
Seberapa banyak penderitaan yang sudah Lynch tanggung?
Preticia tak sanggup untuk memikirkan semua itu.
Tetapi Preticia sadar satu hal, ketika Preticia mengetahui masa lalunya yang begitu menyakitkan juga menemukan siapa dia yang sebenarnya di balik wajah datar yang selalu ia tunjukkan kepadanya, Preticia menjadi semakin mencintainya.
Ia mencintai Lynch hingga merasa ingin menjadi bagian dari tangis dan tawanya. Preticia bertekad tak akan mengecewakan Lynch dan memberikannya segala cinta yang ia miliki.
"Lynch ..."
Preticia berlari dan menghadang jalan Lynch.
"Mari membuat kisah kita sendiri!"
"Apa maksudmu?"
"Aku mencintaimu, Lynch. Dan aku akan menunjukkan padamu bahwa cinta bisa mendatangkan kebahagiaan!"
Tatapan Lynch berubah menjadi tajam pada Preticia.
"Sinting."
Lynch melewati Preticia begitu saja dan melanjutkan perjalanannya. Namun Preticia tetap menghadapi Lynch, menolak untuk mundur.
"Aku tidak bohong, Lynch! Aku benar-benar mencintaimu. Aku tak tahu kapan perasaan ini datang, tapi itu hadir begitu saja." Preticia menjelaskannya sambil berjalan, berusaha menyamakan langkahnya dengan Lynch.
"Itu bukan cinta, Preticia! Berhentilah berkhayal dan bangun dari mimpimu!"
"Tidak, Lynch!"
Preticia kembali menghadang Lynch di depannya sehingga mereka kembali berhadap-hadapan. Bahkan meskipun tatapan Lynch semakin tajam dari sebelumnya, Preticia tak merasa takut sama sekali.
"Dengarkan aku dulu!" pinta Preticia. Ia melanjutkan ucapannya meskipun Lynch tak menjawabnya sama sekali. "Aku tahu ini konyol tapi percayalah, aku mencintaimu Lynch dan cinta ini nyata. Perasaan yang aku rasakan padamu ini nyata, bukan sekedar khayalan apalagi sugestiku saja."
"Baiklah kalau begitu, lalu sekarang kau mau apa? Kau mau menikah denganku? Kaupikir bisa mengingat kau adalah seorang putri yang sudah memiliki tunangan sementara aku adalah anak kutukan yang dijauhi oleh semua orang? Ingatlah statusmu sebelum jatuh cinta kepadaku. Karena aturannya sudah jelas, aku hanya boleh menikah dengan putri yang Ayahnya adalah seorang algojo!"
Preticia terguncang. Tanpa sadar air matanya menetes melewati pipinya. Namun meski begitu, Lynch terlihat tak peduli dan pergi meninggalkan Preticia begitu saja.
Preticia jatuh terduduk sambil memegangi dadanya yang terasa sakit. Semua cintanya melebur menjadi isak tangis kepedihan yang tak terkendali. Ia benci kenyataan bahwa ada peraturan yang tak masuk akal tersebut. Rasanya ia ingin mengutuk orang yang membuatnya dan menyalahkan kesedihan yang menimpanya saat ini.
Tapi Preticia tak akan menyerah begitu saja. Ia masih percaya bahwa cinta bisa mendatangkan keajaiban. Tragedi cinta yang pernah terjadi di masa lalu tak akan terulang lagi karena baginya kisah ini berbeda. Kisah ini akan berbeda jika Lynch juga mencintainya. Dan akan Preticia pastikan akhir dari kisah ini adalah kebahagiaan sebagaimana akhir dari kisah-kisah romantik yang pernah dirinya baca.
🥀🥀🥀
Bab Selanjutnya : Hari Ini Saja
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want To Be With You [The End]
Romance[Cerita ini hanyalah karya fiksi semata baik nama, tempat, penokohan, serta nama organisasi. Semua tidak terjadi di dunia nyata dan hanya bersifat khayalan. Mohon bijaklah dalam membaca. Terima kasih!] #mari vote dan komen, wahai kalian yang membaca...