Dimalam yang dingin aku berjalan seorang diri dipinggiran kota. Umumnya, anak kecil seumuran ku tidak aka berani keluar sendiri bahkan engga untuk keluar rumah jika hari sudah petang. Tapi aku berbeda, karena aku adalah "the world greatest magician in the world" jadi aku tidak perlu taku dengan apapun. Lagian orang-orang itu hanya mengincar anak kecil yang lugu dan tidak memiliki mekanisme pertahanan. Oh iya, mereka itu adalah pelayan abyss yang menuruti perintah Alice. Huft, orang bodoh mana yang ingin menjadi budak wanita dan melakukan kekejaman yang dia inginkan.
Setelah beberapa menit kaki ku melangkah dan berdialog dengan diri sendiri, aku memasuki gang yang sudah tidak asing bagiku: ini adalah tempat dimana aku sering bermain dengan Lesley. Semakin dalam aku melangkah suasana gang ini semakin aneh, suasana hangat dan tidak nyaman dikulit membuat ku gelisah. Setengah perjalanan aku menelusuri gank ini aku melihat bayangan seorang anak lelaki sedang berdiri di ujung gank, aku cukup heran awalnya namun aku beranggapan bahwa anak itu hanya sedang buang air kecil.
Semakin ku dekati bayangan itu semakin jelas postur tubuh anak lelaki itu, walaupun memiliki badan yang lebih tinggi dari ku, ku yakin dia masih anak-anak. Aku berinisiatif untuk menyapanya saja. Setelah aku semakin dekat dengannya anak itu bergerak kearah ku dengan santainya, namu dia berhenti tepat sebelum seluruh tubuhnya terekspos oleh sinar cahaya dari lampu.
*DHUUMM!
Tanah disekelilingku bergetar dan aku melihat sedikit retakan. Aku reflek menoleh kearah suara itu berasal. Ya, suara itu berasal dari belakang ku dan suara langkah berat juga ikut terdengar. Aku merasakan sebuah ancaman yang nyata, teror, amarah dan dendam dari depan dan belakang ku. Aku tidak bisa melihat siapa yang membuat langkah yang kaki berat dan aura mengeringkan itu berasal. Yang ku lihat hanya ada anak kecil di ujung gang dan aku haru menyelamatkannya!
"Inilah saatnya, aku harus menggunakan kekuatan ku untuk kebaikan!" Aku melempar topiku kedepan dan segera menukar posisi agar lebih cepat menuju anak itu.
*SHIRNG
Semakin dekat dengan anak itu namu naluri ku mengatakan sebaliknya, naluri ku mengatakan untuk tidak mendekati anak itu dan baiknya mencari jalan lain. Namun aku tidak peduli, aku hanya peduli yang ada didepan mataku.
Tepat didepan anak itu--aku masih tidak bisa melihat jelas. Suara angin terdengar seperti ada sesuatu yang akan melesat kesini dari atas.
DHUMM!
Dentuman kedua terdengar, namu kali ini aku bisa melihat ulah siapa yang menghasilkan suara tadi.
"Mustahil!" Aku terkejut dengan mahluk yang dihadapan ku, mahluk yang terkenal akan kebengisan dan tidak segan-segan dengan semua musuhnya. Thamuz! Dia berdiri dengan memegang dua buah sabit dikedua tangannya dan seluruh tubuhnya menyala mengeluarkan lava panas yang beresonansi sampai kesini.
"Sial! Anak itu, aku harus menyelamat—" benakku, sebelum hal yang lebih mengejutkan terjadi.
Anak yang ku kira anak biasa tadi melangkah maju dan terkena sorotan sinar cahaya. Betapa kagetnya diriku ketika mengetahui kalau anak itu adalah ... Dyroth!?
"Apa-apan ini!?" Dua jenderal abyss dihadapan ku? Ada apa ini? Apakah aku memang sudah di incar? Mustahil!
Aku melangkah mundur perlahan, aku haru kabur dari sini. Aku tidak ingin melawan dua jenderal abyss sendirian apalagi dalam posisi seperti ini, tidak menguntungkan.
Aku yang awalnya perlahan mundur akhirnya berbalik dan lari dengan cepat tanpa ragu, aku tidak lupa untuk mengambil topi kesayangan ku ini.
Tak lama, Thamuz menyusul ku dengan hanya sekali lompatan--dengan tubuhnya sendiri saja sudah bisa menghadang ku di gang sempit ini.
Lalu aku berbalik lagi dan melihat Dyroth melesat menujuku dengan gir besar yang dia genggam.
Pandangan ku menghitam.