"Katanya, cowok selalu pengen keliatan bodoh di depan cewek yang dia suka."
Ziva AmandaRachel memijat pelipis, dirinya dikelilingi oleh lima manusia dengan berbagai pertanyaan yang menyerangnya. Ziva, Sarah, Aldean, Alam, dan Abil. Entah dosa besar apa yang telah diperbuat Rachel hingga hidupnya sesulit ini.
"KENAPA GUE SATU KELOMPOK SAMA LO BERTIGA, SIH?"
Abil mengusap dada karena terkejut. "Anjir, Chel, lo gak mau sekelompok sama Geng Cogan ini? Demi apa? Harusnya bersyukur!"
"Geng Cogan apaan? Geng Oncom lo!" Rachel menatap Abil dengan sudut matanya yang menusuk. "Lama-lama lo gue tuker aja sama Hamdan."
"Gini-gini gue juga bisa mikir. Buat apa ada google, ya 'kan, Lam?" Abil meminta persetujuan Alam, tetapi malah mendapat jitakan yang sangat keras dari si wibu itu.
"Gak bisa dituker lah, Piyak, lo oneng banget. Udah, terima apa adanya aja. Kalo ada yang susah, gue bisa bantu, kok," ucap Aldean tenang, setelah sekian lama duduk di samping Rachel—kursi Ziva.
"Emang lo bisa bantu apa, huh?" tanya Ziva malas.
"Bantu pake doa," jawab Aldean sambil mengatupkan kedua tangan dengan wajah percaya dirinya.
"Anjing, Aldean! Lo mau gue rebus pake air keras?" Lama-lama Ziva tersulut emosi.
Entah kenapa semesta mengiriminya sepupu tidak ada akhlak semacam Aldean. Padahal pas bayi itu anak udah di-marhaba-in dulu.
"Udah, udah! Debat gak akan ada beresnya." Sarah menengahi. Hanya cewek cantik itu lah yang memiliki aura tenang, tidak bar-bar seperti makhluk XI IPS 2 lainnya.
"Ini budak dua biar nanti gue yang urus. Lo tinggal bagi-bagi tugas aja, Chel," imbuh Alam sambil menarik kerah seragam Aldean dan Abil.
"Cuma lo yang bisa gue percaya, Lam." Rachel memberikan sebuah finger heart. Melihatnya, kedua telinga Aldean mengeluarkan api, tidak terima akan hal itu.
"Besok, jam 9 di rumah gue, oke?"
"Oke," jawab semuanya, kecuali Aldean yang malah mendadak hilang mood.
***
"Aldean sama Abil nyari idenya di google. Terus, kalian juga yang bakal beli peralatannya."
"Alam sama Sarah 'kan bisa gambar, jadi gue bakalan tugasin kalian berdua buat bikin sketsa. Dan sisanya, gue sama Ziva bagian painting."
"Tapi, Chel, tangan gue ...."
Rachel meringis, baru ingat bahwa Ziva mengalami kecelakaan. Pagi tadi, saat tengah menyiapkan kopi untuk ayahnya, tangan kanan Ziva tersiram air panas dan kulitnya melepuh. Jadinya sekarang mereka kerja kelompok di rumah Ziva.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔. ₊ The Piyak Addict
Teen Fiction"Anak ayam kayak lo gak bisa gue beli, jadinya gue tanya. Lo mau, gak, jadi milik gue?" Ini kisah tentang Aldean, si Pecandu Piyak dengan tubuh setinggi tiang listrik. Juga tentang Rachel, cewek pendek yang di mata Aldean terlihat imut seperti anak...