Masih di hari minggu, tepatnya di siang menjelang sore yang agak mendung, Gianna memutuskan turun ke lantai 8 untuk menikmati fasilitas spa yang tersedia di gedung apartemen tempat tinggal Marvin.
Beberapa jam yang lalu, pria itu meminjamkan salah satu kartu debitnya untuk ia gunakan. Katanya sih bebas untuk apa saja, terlebih lagi Marvin juga tak membatasi berapa jumlah yang boleh ia gunakan.
Tentu Gianna tak akan menyia-nyiakan kesempatan. Ia segera menggesek kartu debit tersebut untuk membayar paket spa mewah selama 210 menit yang dibanderol dengan harga jutaan rupiah.
Baginya itu memang harga yang cukup fantastis. Tapi apa boleh buat? Toh Gianna membayarnya dengan uang Marvin. Pria itu tak akan jatuh miskin hanya karena kehilangan 5 juta rupiah saja.
Dengan paket semahal itu Gianna bisa menikmati treatment eksklusif seperti mandi mawar, pijat relaksasi menggunakan minyak sutera dan mutiara, scrub tubuh aromatik, masker badan, hingga facial dengan formula istimewa.
Gianna pikir, kapan lagi dia bisa menikmati lifestyle bak kaum borjuis? Kemungkinan besar ini adalah pertama dan terakhir kali baginya memiliki kesempatan untuk merasakan pengalaman spa mewah seperti ini.
Ya kecuali suatu saat nanti dia menikah dengan pria loyal yang kaya raya. Semoga saja.
Ini mungkin akan terdengar agak berlebihan, tetapi Gianna benar-benar merasa tubuhnya segar dan bugar seperti terlahir kembali setelah selesai dengan segala rentetan treatment.
Bahkan suasana hatinya pun kini menjadi lebih baik dari sebelumnya. Ia jadi semakin percaya bahwa istilah ada harga ada kualitas memang nyata adanya.
Saat jam sudah menunjukkan pukul 16.45 Gianna pun kembali ke unit apartemen Marvin. Meski sebenarnya jauh di lubuk hati terdalamnya ia masih ingin melakukan hal lain untuk menguras uang Marvin, namun ia masih cukup tau diri sehingga mengurungkan niatnya.
"Udah selesai?" tanya Marvin begitu membuka pintu.
"Udah," Gianna menjawab singkat sembari berjalan masuk. Tak lama kemudian tangannya terulur untuk mengembalikan kartu debit milik pria itu. "Makasih kak."
"Sama-sama. Oh iya, tadi gue udah nyuruh orang buat belanja bahan-bahan makanan, siapa tau lo masih mau masak."
Mendengar hal itu, Gianna bergegas menghampiri area kitchen untuk mengeceknya sendiri. Ia melihat di meja counter kini terdapat rak susun yang sudah dipenuhi dengan berbagai macam bumbu dapur.
Begitu pula dengan kulkas yang sudah dipenuhi dengan bahan-bahan makanan. Mulai dari daging ayam, daging sapi, ikan salmon, ikan tuna, udang, hingga berbagai jenis sayuran dan buah-buahan segar.
Dia juga melihat ada box berukuran sedang yang berisi bahan makanan pokok seperti beras, tepung, telur, minyak goreng dan yang lainnya.
Lengkap sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends With Benefits [✓]
FanficMarvin dan Gianna memang telah sepakat untuk menjalin hubungan yang cukup rumit tanpa melibatkan perasaan di dalamnya. Namun mereka bisa apa jika takdir malah berkata sebaliknya? ©️zrstly, 2022