Gerombolan mobil polisi masih mengejar mereka, suara sirine mobil menghantui pikiran yang secara tidak langsung membuat mereka panik.
"Tembakan slime nya! Sudah belum?!" tanya Toska yang terus berpegang dan fokus pada jalan.
"Sebentar lagi!..." Azul mempersiapkan sebuah shotgun yang terus di pasang sesuatu seperti wadah yang berisi cairan berwarna-warni.
Toska yang tadinya ikut fokus ke arah jalan kini teralihkan dengan ekspresi Jingga yang tegang luar biasa, dia harus terus menginjak pedal gas dan menjaga keseimbangan mobil agar tidak menabrak.
"Jingga tenang... Jingga tenang dan fokus saja pada jalan oke? Mereka tidak begitu dekat." Toska berusaha menenangkan Jingga sambil mengelus pelan kepalanya.
Kemuning yang duduk paling belakang juga mendengar ucapan Toska yang menenangkan Jingga, dengan inisiatif dan jiwa keibuan yang mulai muncul, dia juga ikut menenangkan Jingga. "Kalian tahu polisi itu baik, mereka mengayomi masyarakat, mungkin mereka hanya mau bicara sebentar dengan kita atau mungkin membelikan kita donat... Tenang saja Jingga, mereka tidak berusaha untuk membunuh kita."
Piew! Piew!
Suara peluru yang memantul dari jendela belakang yang tahan peluru langsung mengheningkan suasana, hanya terdengar suara mesin mobil dan juga sirine.
"MEREKA BERUSAHA MEMBUNUH KITA!" teriak Violet dan mulutnya langsung disumpal kembali oleh Maron.
"AKH!" Jingga berteriak setelah mendengar teriakan Violet barusan.
"Jingga tenang... Jingga tenang... Azul akan segera mengatasinya..."
"Jadi!" Azul melemparkan shotgun tadi ke arah Indigo yang berada di belakang.
"Bersiap!" Kemuning membuka pintu belakang dan Indigo langsung bersiap dengan shotgun di tangannya.
SPLASH! SPLASH! SPLASH!! SPLASH!!!
Indigo menargetkan tembakan itu ke arah mobil-mobil polisi yang paling depan, karena kehilangan pandangan mobil-mobil itu menjadi tidak terkendali dan akhirnya saling bertabrakan membentuk penghalang bagi mobil polisi lain di belakangnya.
"Mantap!" Kemuning dan Indigo melakukan tos tangan.
***
Mereka beristirahat sejenak di pinggir jalan yang terhubung langsung dengan sebuah sungai, awalnya mereka ingin mengintrogasi Toska, namun mereka langsung mengerti saat Toska menjelaskan inti dari permasalahan mereka.
"Itulah mengapa aku benci perempuan," komentar Azul yang tidak menyakiti perasaan Violet ataupun Kemuning sama sekali.
"Permasalahannya bukan pada Chloe itu, Zul. Kau ini paham atau tidak?" tanya Maron yang kesal dengan komentar saudara kembarnya.
"Kalau saja dia tidak datang pada kita dan kita tidak menyambutnya, ini semua tidak akan terjadi, aku tidak peduli, tetap salahnya, salah si Chloe itu!" kecut Azul sambil membuang muka.
"Baik-baik! Ini semua salahku, oke?!" Toska lebih memilih mengalah dan tahu jika ini semua salahnya. "Aku janji tidak akan berbuat aneh-aneh lagi, lebih baik sekarang kita pergi segera ke tempat paman Leon. Mungkin kita bisa mengetahui sesuatu tentang hubungannya dengan Mama Rena."
"Paman Leon?" tanya Violet.
"Iya, sebaiknya sekarang kita fokus saja menuju wilayah Tenggara, tempat paman Leon berada," jawab Toska.
Jingga mulai menyalakan mesin mobil, namun dari kejauhan terdengar suara mesin mobil yang tenang dan tidak begitu berisik melaju ke arah mereka.
Dari suara mesin mobil khas itu, mereka semua tahu pemilik dari mobil tersebut, aura gelap dan mencekam seolah mencekik leher hingga membuat mereka gemetaran tak bergerak.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUN AWAY : Teenagers
AcciónApa yang akan kau lakukan, jika kau menjadi anak angkat dari pemimpin organisasi kriminal? Senang? Takut? Atau biasa saja? Tentunya hidupmu akan dipenuhi barang-barang mewah, namun hidupmu akan penuh dengan sandiwara agar identitasmu tidak diketahui...