The Lecturer Of Love Part 1 ( summoning )

5 0 0
                                    

"Natasya! Kamu disuruh Pak Budi ke ruangannya!" ujar salah seorang mahasiswi menghampiri Natasya dan Novia yang berada di kantin.

"Mau ngapain?" ketus Natasya.

"Nggak tau."

"Males gue, ah." Natasya memutar bola matanya dengan ekspresi kesal.

"Pak Budi bilang, kalau nggak datang nilai kamu dikurangin."

"Hah?!" Natasya membuka mulutnya lebar-lebar. Kesal sekali dia dengan dosen satu itu.

"Temuin aja, Nat!" usul Novia.

"Tuh, dosen benar-benar gila. Nggak salah lagi gue!" Natasya menunjuk-nunjuk tak jelas. Jangan lupakan raut wajahnya yang tengah menahan kesal.

"Udah sana! Daripada nilai lo ilang?"

Natasya berdecak sebal, lalu berjalan sambil menggerutu tak jelas. Berbagai macam umpatan dan binatang dia keluarkan untuk dosen gilanya.

Sampai di depan pintu ruangan dosen, Natasya memutar bola matanya jengah, lalu mengetuk pintu dengan terpaksa.

"Masuk!" Kataku

"Ada apa, Pak?" tanya Natasya saat sudah di depan ku.

"Duduk dulu!" Kataku sembari tersenyum manis.

Natasya mendudukkan dirinya bertepatan di depan mejaku. Terlihat wajah gadis itu menunjukkan ekspresi tak suka.

"Saya ingin minta maaf sama kamu." Kataku menarik tangan Natasya dan menggenggamnya.

"Apaan, sih, Pak!" sergah Natasya menepis.

"Natasya?"

"Bapak kalau mengajar nggak usah mempermalukan saya di kelas! Tau nggak? Perbuatan Bapak tadi membuat anak-anak menertawakan saya!" Natasya berkata tegas, menampilkan tampang judes terhadap lelaki di depannya sekarang.

"Maka dari itu saya minta maaf, Sayang," ucapku lembut.

Merasa suasananya sudah tidak bersahabat, Natasya memilih untuk segera pergi dari hadapan Rafa.

"Ya udah, kalau nggak ada keperluan lain, saya pamit." Natasya beranjak dari tempat duduk dan melangkah ke luar.

"Natasya, tunggu!" Baru juga beberapa langkah, Aku langsung menarik tangannya.

"Kenapa lagi, sih, Pak?" Natasya menghempaskan tangannya yang kugenggam.

"Saya benar-benar menginginkan kamu, Nat. Jadilah milik saya!" Aku kembali memegang tangannya.

"Saya nggak bisa, Pak," ucap Natasya sambil berlari. Namun, aku segera mencekal kuat tangannya.

"Jangan abaikan perasaanku, Sayang!" Aku memeluk erat tubuh Natasya dan berbisik di balik telinganya.

"Lepasin saya, Pak!" Natasya mencoba melepaskan pelukanku. Sia-sia tentunya, tenaga seorang pria tentu jauh lebih kuat.

"Aku nyaman di posisi ini," ucapku mempererat pelukan.

"Lepasin saya, Pak! Kalau nggak saya akan laporkan Bapak agar Bapak bisa dipecat!" ancam Natasya yang terus memberontak.

Aku segera membalikkan tubuh Natasya dan memegang bahunya.

"Kamu tau siapa rektor di kampus ini? Dia Om saya. Jadi kamu tidak bisa berbuat apa-apa!" ucapku tersenyum.

Natasya yang mulai emosi langsung mendorong tubuhku dan melayangkan pukulannya, tapi Aku dengan sigap menangkap tangannya sebelum pukulan itu mengenai diriku.

"Dasar gila! Lepaskan aku!" Kata Natasya.

"Iya, saya memang gila, Nat, tergila-gila padamu, hahaha." tawaku renyah, kembali menarik Nat ke dekapanku yang semakin mengerat.

"Lepaskan saya, Pak!" Natasya mulai menangis dalam dekapanku. Mencoba memberontak pun dia tak akan terlepas.

Aku mulai melonggarkan pelukanku, mendongakkan kepala Nat yang hanya sebatas dadaku itu. Lalu dengan berani mengecup lembut bibirnya Natasya.

"Jangan menangis! Aku tidak akan menyakitimu," ucapku setengah serak.

Natasya mendorong dada bidangku dan berlari ke luar saat dia terlepas.

"Kamu dosen benar-benar gila!" Kata Natasya.

"Nat ... Natasya." Aku menggeleng sambil tersenyum menang. Tak peduli apa pun umpatan Natasya terhadapku.

"Kali ini dia benar-benar keterlaluan! Benar-benar gila!" umpat Natasya sepanjang jalan. Tak lupa mengelap kasar bibirnya.

"Ngapain, sih, harus ketemu dosen kayak gitu. Dulu sok alim sekarang malah kayak bajingan!" Natasya meratapi nasib sialnya.

Mulutnya tak berhenti mengumpat kalau belum sampai ke kelas. Seberapa banyak pun orang yang memperhatikan, tetap saja Natasya memasang jurus kesalnya.

***

The Lecture Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang