Bab 10 - Prihatin

793 215 30
                                    

HOLAAAA ....

Masih pada baca kan?
Dibaca terus yaa... Karena di Karyakarsa udah bab 15. xixixixi..

Kalau dukungan kalian disini gak ada, aku gak post di wattpad lagi ahhh..

Makanya komen sama vote yang banyak.


----------------

Inilah negaraku, dimana kehidupan selalu dibandingi, tidak sesuai dengan prediksi akan mendapatkan caci maki, hingga mereka semua seolah menjadi hakim dalam kehidupan ini.

Kembali dalam mode kehidupan normal di pedasaan ini, Dara lagi dan lagi hanya bisa menatap pasrah peralatan perang yang wajib dia bawa untuk pergi ke sawah. Bibirnya tersenyum miris mengingat betapa indahnya kehidupan dia dulu. Sekalipun dia hanya seperti budak corporate, namun entah mengapa terasa jauh lebih baik bila osrok serta pacul ini dia bandingkan dengan tas berlogo anjing yang dia beli ketika diskon.

Tapi mau bagaimana lagi, inilah kehidupan yang dia pilih. Ingin pergi ke Jakarta dengan modal yang sangat miris, rasanya Dara bisa melihat gambaran kehidupannya ketika sampai di sana nanti.

Ah ... andai Fla bisa membayar hutang padanya, mungkin uang 100 juta dari Fla bisa ia pakai untuk modal awal kegiatannya selama di Jakarta.

Apalagi berdasarkan pengalaman Dara sebelumnya, dimana ia selalu ditolak ketika mendaftar ke sebuah perusahaan akibat usianya yang tidak muda lagi, membuat Dara semakin yakin dia pasti akan kesulitan bila memutuskan untuk bekerja di sebuah perusahaan kembali.

Untuk itu uang dari Fla memang sangat Dara butuhkan demi modal usaha awalnya.

"Sudah siap kamu?" tanya ayahnya yang terlihat sudah semakin tua saja. Wajah keriput itu, serta kulit yang gosong akibat sering kali terpapar sinar matahari tanpa menggunakan tabir surya, meruntuhkan pertahanan Dara untuk tidak merasakan kesedihan. Dia bahkan tidak berani bersuara karena takut ayahnya tahu bila dia sedang merasa sedih pagi ini. Karena itu, sebagai jawaban Dara hanya bisa mengangguk, lalu segera mengangkut pacul serta osrok yang sejak tadi hanya menjadi perhatiannya saja.

Melangkah bersama menuju sawah, yang merupakan milik orang namun dikelola oleh ayahnya, Dara tidak henti untuk merenung. Jelas sekali dia tidak mau orangtuanya bekerja seperti ini terus. Akan tetapi masalahnya apa yang bisa dia lakukan, disaat pekerjaan saja Dara tak punya.

Melewati beberapa rumah orang, terdengar teguran serta seruan kepada ayahnya karena mereka melihat laki-laki tua pergi ke sawah diikuti oleh seorang anak perempuan tua yang belum juga menikah.

Terdengar sangat menakutkan. Tapi itulah faktanya. Bahkan semenjak Dara tinggal di sini, mereka, warga desa tidak henti menggosipkan dirinya. Mereka mengatakan Dara adalah anak kutukan. Dara adalah aib keluarga. Hingga mereka juga menyeret-nyeret kondisi orangtuanya yang masih saja bertani padahal memiliki anak yang sudah dewasa.

Budeh Dara, yang sebelumnya selalu membantu Dara disaat dirinya berada di Jakarta, entah mengapa kini ikut bergunjing tentangnya. Ada saja bahasan yang keluar dari mulut budehnya itu, padahal kabar yang berembus tersebut tidaklah sedikitpun diakui kebenarannya oleh Dara.

Terasa mengenaskan memang. Tapi inilah hidup. Disaat Dara ada uang, dan terlihat sukses karena hidup di Jakarta, semua orang kampung tidak ada yang pernah mempermasalahkan usia Dara yang belum kunjung menikah.

Tapi kini, semua kemakluman itu berubah. Tidak ada toleransi sedikitpun oleh mereka untuk Dara. Yang ada, setiap mereka melihat Dara, setiap Dara melewati rumah mereka, ada saja nyinyiran baru yang wajib Dara dengar hingga rasanya Dara ingin buru-buru keluar dari lingkaran setan ini.

SPOSAMI! DANTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang