Chapter 1: A Secret Admirer

39 5 1
                                    


  'Oh my, aku akan terlambat. Harus lebih cepat lagi!'

  Lindsey, gadis yang saat ini sedang bersepeda dengan tergesa-gesa, menyesali perbuatannya 15 menit lalu. Seandainya waktu bisa diputar kembali, ia tak akan memilih untuk melakukan itu.

  15 menit sebelumnya...

  Di sebuah ruangan yang sunyi sepi dan sedikit cahaya yang sesekali menembus tirai, tepatnya di sebuah ranjang dengan suasana damai, terdapat seorang gadis berparas elok yang tengah berada dalam alam baka, eh, alam halu.

  Sesekali terdengar nyanyian burung-burung yang hinggap di jendela kamarnya, bagai lantunan musik pengantar tidur. Seolah putri tidur tak akan terbangun dari halunya.

  Sayangnya suasana indah ini tidak bertahan lama sebelum dihancurkan ole bunyi nada dering alarm yang nyaring:

  Pengumuman-pengumuman, siapa yang mau bantu, tolong aku kasihani aku, tolong carikan diriku kekasih hatiku, siapa yang mau? Wooo... oh oh oh oh~

  "Ugh... berisik!" Kata si cantik yang kesal, sembari meraba-raba sekitarnya, berusaha melenyapkan penyebab kebisingan. "Hoam~ Memangnya sekarang jam berapa?" Dengan malas ia duduk sambil mengucek matanya, mencoba mengumpulkan nyawa.

  Ketika akhirnya sepasang mata indah itu menangkap angka yang dicari-carinya, si cantik terperanjat dari ranjangnya dengan ekspresi panik. "APA?! SUDAH JAM SEGINI!!" Teriaknya melengking indah.

  "Tidak sarapan dulu sayang?" Tanya seorang wanita cantik yang tengah duduk dengan postur anggun di meja makan, melihat seseorang berjalan mendekat dan lewat dengan cepat, layaknya cacing kepanasan.

  "Maaf, tak sempat. Aku pergi dulu ya, sudah mau terlambat!" Balasnya terburu-buru.

  Jing Xue yang cekatan memblokir pintu dan mendesah sambil menggelengkan kepalanya. "Haih... anak ini..." Memukul kepala gadis itu dengan pelan, merasa tak berdaya. "Kalau begitu minta Lao Wu antarkan kamu ke sekolah. Lebih cepat daripada caramu berangkat. Dan setidaknya bawa roti ini, makan di jalan." Tambahnya menoleransi.

  "Um... oke. Tapi aku tetap berangkat sendiri. Pergi ya! Dadah~" Lindsey yang tak kalah cepat, melompat keluar lewat jendela, menggigit roti dalam mulutnya sambil melambai dengan senyum jahil.

  "Nona pasti bangun kesiangan lagi." Tawa seorang wanita paruh baya yang berdiri di belakang Jing Xue, memegang kemoceng di tangannya.

  "...." Jing Xue tersenyum masam. Wajahnya seolah berkata 'itu pasti bukan anakku'.

  Melihat ini, wanita paruh baya itu tertawa semakin lebar. "Iya Nyonya, saya tau, Nyonya pasti bangga. Nona benar-benar persis seperti Nyonya dulu."

  ( ¬ o ¬ ; ) Jing Xue menghapus keringat yang tak ada di dahinya, memijat alisnya, tak bisa berkata-kata.

  ***

  "Ini sudah yang keberapa kali?"

  Lindsey tertawa tak merasa bersalah. "Ehe... 47."

  "Jadi, kapan kamu mau berubah?" Tanyanya lagi dingin.

  "Iya... aku janji lain kali tak akan terulang lagi." Jawab Lindsey sambil mengerucutkan bibirnya.

  Sisi lain mendengus tak percaya. "Ini juga jawaban yang sama yang kudengar untuk yang ke-47 kalinya. Sama sekali tidak ada perubahan."

  Melihat cara ini tak berhasil, gadis cantik itu mencoba cara lain. "Ini terakhir kalinya, beneran, percaya padaku sekali lagi, Mingyan... ya ya ya~ Please~" Kali ini, dengan cara manja ala Lindsey, menggoyang-goyangkan lengan temannya, disertai sepasang mata indah yang memelas menyedihkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lindsey's New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang