3. Kau Tak Ada

5 1 0
                                    

Badai sedang menyeruput kopinya yang nikmat ketika suara teriakan Anggi terdengar. Ia hampir saja tersedak dan menjatuhkan cangkir, untung saja refleksnya bagus hingga ia tak melakukan kekacauan merepotkan bagi paginya yang sibuk.

"Itu kenapa istrimu? "

Sepasang Ibu dan anak itu saling berpandangan dengan raut bingung. Detik kemudian Badai yang sadar dari terkejutnya pun langsung beranjak. Kakinya yang panjang berlari menuju kamarnya bersama Anggi.

Pintu yang tak terkumci ia buka dengan kasar. Suara benturan keras dari papan kayu dan tembok Pun ikut mengejutkan Anggi yang terduduk di lantai. Entah apa yang istrinya itu tengah lakukan hingga bersimpuh seperti itu. Namun dari rautnya yang pias Badai pun bisa menebak bahwa sesuatu telah terjadi. Mungkinkah ada tikus atau kecoa di kamar mereka?

"Kamu kenapa teriak? Ada apa? " tanya Badai sembari mendekat dan berjongkok di delan istrinya yang linglung.

"Mas, Mas..." Tangan wanita itu menggapai lengan Badai dan menariknya makin mendekat. Menjatuhkan kepalanya di bahu sang suami sebelum tiba-tiba terisak. "Ta-tadi ada orang. "

Badai melotot. Matanya langsung mengedar ke tiap penjuru kamar. "Siapa? "

Wanita itu menggeleng. Nafasnya sedikit berat dan Badai kebingungan karena tidak biasanya Anggi bertingkah seperti ini.  Anggi terlihat sangat ketakutan. Seolah dia baru saja melihat hantu.

"Kamu liat dia dimana? "

"Di-disana. " Ia menunjuk-nunjuk ke tengah ruangan. Badai mengernyit.

"Mungkin itu pencuri. Biar aku cari dia sekarang sebelum kabur. "

Badai mencoba melepaskan pelukan Anggi namun istrinya itu malah meronta-ronta tak mau ditinggal.

"Enggak ada, M-Mas. Pas aku balik dia enggak ada. "

Sebelah alis Badai menukik. "Itu artinya dia udah kabur. Sialan. Biar nanti aku lapor keamanan supaya cek cctv. Pasti nanti ketahuan siapa pencuri itu. "

Bukannya tenang Anggi malah makin terisak. Kepalanya berulang kali menggeleng dengan tatapan putus asa.

"Bukan. Dia enggak ada. Pas di cermin  ada, tapi pas aku balik badan udah ilang. Dia enggak ada. "

Mendengar istrinya yang berbicara ngelantur Badai pun dibuat makin kesal. Ia merasa Anggi sedang mempermainkannya. Apa wanita itu kira ia sedang dalam mood diajak bercanda?

"Kamu ngomong apa sih sebenernya? Kalau mau bercanda bukan sekarang waktunya, Nggi. Kamu tau sendiri aku lagi buru-buru. "

"Mas... Dia-"

"Udah cukup. Pagi-pagi main drama kayak gini maksudnya apa sih? Cari perhatian aku? Minta jatah bulanan di tambahin? Oke, nanti aku transfer. "

Badai yang merasa dirinya telah buang-buang waktu menanggapi kekonyolan Anggi pun langsung berdiri. Ia berdecak kecil ketika melirik jam tangannya dan mendapati angka yang menunjukan hari semakin siang. Sial, ia benar-benar akan terlambat mengikuti rapat.

Baru saja ia akan melangkah pergi Anggi telah lebih dulu menggapai tangannya.

"Mas, jangan pergi. Jangan tinggalin aku. "

"Jangan kayak anak kecil deh, Nggi. 'Kan disini ada ibu. Kalau ada apa-apa bilang aja sama ibu kayak biasanya. " Badai pun melepaskan genggaman anggi dengan kasar walaupun wanita itu terus menerus mencoba menggapainya lagi. "Aku udah telat. Kamu istirahat aja. Biar Rein ibu yang jaga. "

Dengan tanpa negosisasi lebih lanjut, Badai pun pergi.

.
.
.

Bagi Mega, menantunya memang tak memiliki hal bagus selain memberinya cucu yang cantik. Itu pun kebanyakan karena gen anaknya lah yang berperan penting membuat fisik Rein sangat menawan. Badai kan memang dari sananya sudah ganteng, jadi keturunannya juga sudah pasti tak ada yang jelek. Menurutnya, si Anggi itu terlalu beruntung karena  memiliki suami seperti anaknya. Jika bukan karena Badai yang dulu sempat mengancam akan kabur dari rumah, Mega pasti tak akan menyerah dan memberikan mereka restu sampai kapan pun. Ia kan ingin punya menantu anak orang kaya. Biar status keluarga mereka juga bisa ikut naik.

Ghost To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang