I~ Terjebak..

2 0 0
                                    


Menunggu di halte bus, aku lebih suka menggunakan transportasi umum ketimbang berpergian dengan kendaraan pribadi. Selain hemat biaya, ini juga jadi salah satu upaya dalam pengurangan polusi didaerah ini. toh naiknya gratis, jadi aku bisa menghemat uang bensinku.

Bus telah tiba, aku menaikinya dan duduk manis lalu mengambil ponselku agar aku tidak bosan menunggu sampai supermarket.

Jarak supermarket dari apartemenku cukup jauh, mungkin sekitar 15 menit perjalanan menggunakan bus. Memasang earphone di telingaku yang kini tengah asik mendengarkan salah satu lagu Ed Sheeran. 

Aku hampir saja tertidur didalam bus. Namun bersamaan dengan bus itu rem mendadak, aku lantas terbangun dari tidur pendekku.

Turun dari bus, aku melangkahkan kaki ku memasuki toko besar itu. Mengambil troli belanja dan mendorongnya mengelilingi isi dari toko itu. Melihat berbagai perabotan dan alat rumah tangga, membuat niatku ingin membelinya. Tapi membeli hal semacam itu akan boros pada pengeluaran ku, jadi aku mengurungkan niat itu.

Sampai di toko sayuran, aku mengambil beberapa sayur yang cocok untuk lidah ku ini.

Lanjut ke toko daging, aku mengambil daging ayam dan sapi, serta aku mencari bahan masak dan lainnya.

Cukup lama aku berbelanja mungkin ada sekitar 1 jam lebih. Setelah selama itu aku berbelanja, aku merasa ini sudah cukup untuk persediaanku selama 2 bulan lebih. Aku membeli minuman lagi karna ku rasa yang ada didalam kulkas tidaklah cukup untuk beberapa hari kedepan.

Membawa nya kekasir, aku meletakkan belanjaanku yang sudah menumpuk bagaikan bukit kecil di meja kasir. Menunggu di scan, aku melihat harga yang tertera di komputer dan memastikan jika hitunganku sudah benar.

Ya sekitar 1,5 juta aku berbelanja untuk kebutuhan ku selama 1 bulan lebih. Hingga tas belanjaannya penuh dan berat. Aku rasa dengan naik bis, tidak akan kuat bagiku untuk membawanya. Jadi aku memutuskan untuk menaiki taksi untuk membawa ku pulang bersama dengan belanjaanku.

Menunggu taksi, aku mengambil smartphoneku untuk melihat jadwal yang akan kulakukan hari ini. tapi sayang, sesaat ini menghidupkannya, benda itu mati kehabisan daya. Jadi aku mau tak mau harus mengecasnya setelah sampai di apartemen.

Taksi yang ku tunggu telah tiba, dan juga sang supir juga membantuku untuk memasukan belanjaanku kedalam bagasi mobil.

Masuk mobil aku duduk tenang dan menunggu agar sampai ke apartemenku.

Akhirnya aku sampai di depan apartemenku, supir baik tadi juga membantuku untuk mengeluarkan belanjaanku. Membayarnya dan tak lupa mengucapkan terima kasih. Kini aku harus membawa 2 kantong belanjaan besar untuk sampai ke kamarku.

Menaiki tangga tadi rasanya mustahil bagiku untuk sampai ke lantai 23. Rasa malas ini pun membawa ku kesebuah lift yang ada ujung lorong dengan tangga di sebelahnya. Disini ada 2 tangga untuk menuju lantai atas. Tangga yang aku turuni tadi ialah tangga yang ada disampingku saat ini. berbeda dengan tangga yang ada di dekat lift itu. Mengangkat belanjaan menuju lift itu. Sangat berat dan melelahkan agar bisa sampai kedepan pintu lift ini. menekan tombol, aku menunggu agar pintu lift terbuka.

Cukup lama aku menunggu hingga pintunya terbuka. Pintu lift terbuka dan munculah seseorang yang keluar dari lift itu. Seorang kakek tua dengan mengenakan jas hitam yang sudah agak usang dengan tas yang di bawanya. Ia keluar dengan lunglai tanpa tenaga. Sebelum keluar lift, terlihat senyuman yang sangat lebar keluar dari wajah kakek tua itu.

Namun beberapa langkah ia keluar dan melewatiku, ia berbicara mengatakan sesuatu dengan suara pelan.

" lebih enakan naik tangga nak, dari pada naik lift" ucap kakek itu lalu pergi meninggalkan Deren, berjalan tanpa tenaga yang bisa saja ia terjatuh sebelum keluar dari apartemen ini.

Aku memasuki lift itu sembari mengangkat belanjaanku yang amatlah berat. Sudah memasuki lift, aku menekan lantai 23 menuju kamarku. Sebelum pintu lift tertutup, kakek tua tadi yang masih terlihat di ujung mata ku kini terjatuh terkapar tak berdaya dengan tak ada 1 orangpun yang menolongnya.

Aku yang hendak menolongnya tapi tak bisa, karna pintu liftnya sudah tertutup dan ketika aku ingin memencet tombol untuk keluar, itu tak berhasil. Jadi aku tak bisa menolong kakek itu dan berharap ada seseorang yang menolongnya.

Didalam lift, kini aku menunggu sembari bernyanyi salah satu lagu Ed Sheeran. Senandung yang mungkin saja merusak pendengaran orang lain tetap aku lantunkan jika aku seorang diri.

Dalam lantunanku yang sedang menghayati beberapa bait lagu kini terhenti karna lift itu tiba tiba berhenti beroperasi. Namun lampu didalamnya masih menyala terang, menerangi ruangan sempit itu.

Aku terhenti di lantai 13. Aku memencet segala tombol, tapi itu tidak merubah apapun bahwa aku saat ini sedang terjebak dalam lift.

Aku yang lelah berdiri, kini memilih duduk bersender pada dinding besi itu. Mengambil sebuah snack yang aku beli tadi lalu aku memakannya sedikit untuk mengurangi rasa laparku. Hampir setengah dari isi snack sudah aku makan. Tapi ini cukup lama sampai lift ini bisa beroperasi kembali.

Aku mengambil HP ku untuk menelpon seseorang, tapi aku lupa bahwasanya HP ku saat ini sedang mati total tak bisa menyala. Pasrah akan keadaan, aku hanya bisa menunggu sampai lift ini bisa berjalan kembali.  

100 Days In ElevatorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang