07

302 30 2
                                    

Happy reading!

***

Matahari sudah berada tepat diatas kepala. Dari kejauhan terlihat seorang cewek yang sedang berbaring dilapangan, dengan keringat diseluruh tubuhnya.

Disamping cewek itu terdapat sebuah sapu lidi dan sekop sampah.

"Capek banget." Keluhan keluar dari mulut cewek itu.

Tangannya mengusap keringat didahi yang hampir menyentuh matanya. Ia kemudian duduk, pandangannya ia arahkan keseluruh lapangan.

Ketika matanya menangkap masih banyak sampah disekitarnya, ia menghela nafas lelah, "ini kapan selesainya?" Lirih cewek itu lesu.

"Ya, gak bakal selesai kalo cuma Lo pelototin doang kaya gitu." Celetuk Rigel tiba-tiba.

Cewek itu, alias Raxilla, memutar bola matanya malas. Kemana perginya mata cowok itu. Tidakkah dia bisa melihat kalau Raxilla sedari tadi tidak berhenti menyapu lapangan itu, walau cuaca hari ini sedang terik-teriknya?! Tapi tetap saja lapangan itu tidak bersih-bersih.

Jika kalian bertanya kenapa Raxilla mau membersihkan sampah-sampah dilapangan itu? Jawabannya; karena itu adalah hukuman yang diberikan oleh Pak Laksana!

Padahal jika dipikir-pikir kesalahan Raxilla tidak sefatal itu, hingga Pak Laksana harus menghukumnya membersihkan lapangan belakang sekolah yang sudah terbengkalai dengan banyak sampah disekitarnya itu.

Tapi yang namanya Pak Laksana. Mau sekecil apapun kesalahan muridnya, hukumannya akan tetap membuat sang murid kejang-kejang.

Benar-benar sangat Anjayani sekali!

"Heh, setan terkutuk! Gue dari tadi udah bersihin lapangan ini, ya! Emang dasar sampahnya aja yang melebihi kapasitas. Makanya gak bersih-bersih dari tadi." Raxilla menyerocos panjang lebar, dia sangat kesal. Sungguh!

"Harusnya tuh, Lo bantuin Gue. Jangan cuma duduk diem doang disitu sambil makan popcorn, Lo kira Gue tontonan yang seru apa?!" lanjut Raxilla sambil melotot galak.

Menyengir dengan lebar, Rigel berucap dengan nada tengilnya, "siapa bilang Gue gak bantuin, Lo? Gue bantuin Lo, kok. Tapi dengan doa, hehe."

Darah Raxilla rasanya mendidih. Apakah Rigel didalam novel memang semenyebalkan ini?!

Memang benar, ya! Ekspetasi itu tidak semanis realita.

Raxilla kira Rigel itu adalah sosok sahabat yang perhatian, seperti seorang Abang yang menyayangi adiknya. Tapi nyatanya? Rigel itu sangat menyebalkan. 200 kali lipat lebih menyebalkan dibandingkan dengan Lala yang suka menjewer telinganya saat masih menjadi seorang Nasha dulu.

Huh! Raxilla jadi menyesal karena kemarin-kemarin dirinya sangat ingin bertemu dengan Rigel. Tapi setelah bertemu, ia malah, selalu merasa darah tinggi jika berdekatan dengan pacar Sahira itu.

Ishh, ini sangat mengesalkan. Benar-benar sangat mengesalkan!

"Ngapain Lo komat-kamit kaya gitu? Cepet bersihin, Ra. Liat noh sebelah sana, tuh orang dari tadi natap Lo tajem banget." Rigel menunjuk ngeri kesisi lapangan dengan dagunya.

Raxilla mengikuti arah pandang yang ditunjuk oleh dagu Rigel. Matanya menemukan seorang cowok ganteng yang sedang berdiri tegap sambil bersedekap dada dengan pandangan tajam, serta raut datar khas cowok fiksi.

Dia adalah sang ketua osis sekaligus tangan kanan—tidak. Lebih tepatnya babu Pak Laksana. Cowok itu selalu patuh pada perintah Pak Laksana, sehingga murid SMA Khatulistiwa pun memberikan tittle ‘Babu Palak’ pada cowok itu.

Antagonis [Pensiun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang