1|

32 5 1
                                    

💮💮💮

Memperhatikan dengan sendu dinding di depannya membuat Haruchiyo tertawa perlahan, pahit, itulah yang terdengar dari tawanya. Iris matanya menatap kosong ke arah deretan katana yang tergantung di sana, sorot mata pemuda itu menyiratkan jiwanya yang nyaris mati, menyedihkan, bahkan mampu membuat orang lain penasaran dengan "seberapa beratnya" beban yang dia pikul.

Mendesah lelah, tangan Haruchiyo menyentuh bilah salah satu katana kesayangannya, pasti sangat menyenangkan jika dia bisa kembali berlatih mengayunkan benda tersebut.

Sayang sekali!

Lama melamun, Haruchiyo akhirnya tersadar jika dirinya harus kembali bekerja. Segera pemuda itu menekan controller pada kursi rodanya, ia jenuh berada di dalam rumah dan memutuskan untuk membawa laptopnya ke halaman samping.

Menurut Haruchiyo, bekerja di tengah taman bunga mini miliknya itu sangat menyenangkan, ketika penat melanda dia hanya perlu berhenti, mengamati tanaman hias yang selalu dia rawat dengan hati-hati dan otaknya siap untuk kembali berpikir.

💮💮💮

Jemu akhirnya menyapa.

Berniat untuk mengistirahatkan sejenak pikirannya, pemuda itu malah menyenggol vas yang berada di samping laptopnya kala dia berusaha merenggangkan otot tangannya.

Suara porselen yang beradu dengan batuan taman seketika mengubah mood Haruchiyo, kini dia kehilangan minat untuk melanjutkan pekerjaannya, biarlah nanti saja.

Setelah mematikan laptopnya, Haruchiyo lantas beranjak keluar dari kediaman Akashi, entah kemana yang penting pergi. Meskipun hanya ada dirinya seorang saat ini, tetap saja berada di rumah itu hanya akan menambah rasa sesak di hatinya.

Di sebuah taman dengan pepohonan rindang yang terbilang cukup banyak, Haruchiyo memutuskan untuk beristirahat sejenak sembari memutar musik dari ponselnya.

Kala itu, hari sudah menjelang sore, banyak sekali orang yang berlalu lalang tertangkap indera penglihatan Haruchiyo. Beberapa dari mereka nampaknya baru pulang dari bekerja dan sebagian adalah para murid yang masih berseragam.

Senyuman tipis terulas di wajahnya ketika melihat pemandangan segerombolan siswa SMA yang tengah berjalan sambil bersenda gurau. Pikiran Haruchiyo kemudian berkelana membayangkan Senju, sang adik, juga melakukan hal yang sama seperti mereka.

Pasti gadis itu terlihat cantik saat tersenyum dan tertawa, selama ini Haruchiyo hanya bisa mendengar tawa sang adik tanpa pernah bisa melihat ekspresi senangnya. Jujur Haruchiyo sangat ingin melihat hal tersebut.

💮💮💮


Terlalu hanyut dalam lamunan, akhirnya Haruchiyo menyadari sebuah kejanggalan. Menatap sekelilingnya selama beberapa saat, dugaan Haruchiyo terbukti, orang-orang yang tengah berlalu lalang itu memperhatikannya, mereka berjalan sembari menoleh ke arahnya dan tak jarang disertai kegiatan berbisik dengan rekan di sebelah mereka.

Ah! Pemuda itu paham. Dia lupa mengenakan maskernya, orang-orang itu pasti merasa aneh melihat dua bekas luka sayat di ujung bibirnya yang terlihat menyeramkan.

Segera setelahnya, suasana hati Haruchiyo kembali memburuk, pemuda itu pun lantas memilih kembali ke rumah.

Suara tawa menyapa telinganya kala pemuda itu memasuki rumah, itu adalah sang adik, dia tengah bercanda dengan beberapa sahabatnya di ruang tengah. Tawa Senju terdengar sangat manis, namun sayangnya tawa itu tidak ditujukan untuk Haruchiyo.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

INDAH TAK SEMPURNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang