BRAK!
Krystal membanting pintunya cukup keras. Mengunci dari luar sementara Jeno sudah ia dorong untuk masuk ke kamar mandi. Dapat ia lihat sekilas wajah memerah Jeno yang terlihat seperti menahan air mata.
Mata Jeno memejam begitu pintu jati itu bergetar kuat karena bantingan bertenaga dari Krystal.
Jujur saja, Jeno takut jika harus menghadapi kemarahan orangtuanya. Terlebih selama ini Jeno berusaha mati-matian untuk membuktikan bahwa dia anak berpredikat baik, yang berusaha mengambil hati keduanya, namun saat ini seakan-akan itu lenyap hanya karena Jaemin.
Iya. Andai Jaemin tak datang dan membawa testpack ini padanya.
Apa-apaan cowok itu?!
Tak ingin larut dalam kesedihan, Jeno menatap kesal pada testpack yang ia genggam. Krystal menyuruhnya memakai benda itu setelah apa yang dia dengar dari mulut sialannya Jaemin.
"Huft ...." Jeno menghela napas panjang. Sekali lagi melirik pada benda di tangan yang tak ingin ia gunakan sama sekali. Bagaimanapun Jeno tak percaya dengan kabar bahwa cowok bisa mengandung.
"Kalo hasilnya mengecewakan, gue yakin gue bukan hidup di dunia nyata," bisik Jeno sambil memejamkan mata.
"Jadi gue mohon tetap pertahankan kewarasan gue dan hukum alam," lanturnya lagi. Setelah berperang cukup lama dengan batinnya, akhirnya Jeno terpaksa memakai benda itu dengan mengetes urinenya. Meski tak ada yang Jeno pikirkan saat ini kecuali hanya untuk mengikuti perintah Krystal.
Jeno duduk di atas kloset yang tertutup sambil menunggu benda itu berfungsi. Dia tak berpikir macam-macam. Jeno selalu berpikiran rasional. Dia tak pernah bisa menerima hal-hal di luar nalar meski terkadang banyak sekali keanehan yang terjadi di dunia nyata.
Selang lima belas menit Jeno menunggu, terdengar bunyi kunci pintu di luar sana.
"Udah?!" Tanya Krystal sedikit membentak.
Jeno buru-buru bangun sambil menggelengkan kepala.
"Bodoh! Mana siniin saya pengin liat," kata Krystal sarkastik. Jeno hanya menurut dan menyerahkan testpack yang belum ia intip hasilnya seperti apa.
Mata Krystal memicing menatap benda itu. Bibirnya terkatup rapat-rapat. Namun Jeno tahu bahwa dengan diamnya sang amma pasti ada sesuatu yang benar-benar buruk. Mau tak mau hal itu membuat Jeno takut.
"Kurang ajar," geram Krystal. Matanya kembali menatap Jeno, kali ini sorotan mata itu dipenuhi kebencian yang mendalam, seolah Jeno bukan lagi anaknya yang selama sembilan bulan ia kandung itu.
"SINI KAMU!" bentak Krystal marah. Tangannya menarik kasar pergelangan tangan Jeno.
"Shh, aw!" Ringis Jeno karena kuku-kuku panjang Krystal menancap sempurna di kulit tangannya yang halus.
"KAI!!" panggil Krystal pada suaminya. Kai langsung saja menghambur memasuki kamar Jeno, pria itu sempat ke luar kamar hanya untuk menerima telepon dari klien ketika menunggu Jeno di kamar mandi tadi.
"Apa? Bagaimana hasilnya?" Tanya Kai ribut. Namun melihat kemarahan Krystal membuatnya yakin bahwa ini jauh dari kata baik-baik saja.
Krystal menghempaskan tangan Jeno yang memerah karena cengkramannya.
"Anak ini hamil!" Katanya sarkas. Nada-nada sengit terdengar menghunus langsung ke hati Jeno. Namun fokus Jeno bukan pada hal itu, tetapi pada kata terakhir Krystal.
"Hamil?" Beo Jeno.
"DIEM KAMU! GAK USAH NGOMONG!" bentak Krystal sambil melotot membuat tubuh Jeno berjengit, cowok itu langsung menundukkan kepala tanpa berani menatap Krystal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Marriage [JAEMJEN] ✓✓
Fanfiction*** "Mewek mulu kerjaan lo," sinis Jaemin sembari menatap Jeno tajam seperti tatapan elang yang mengintai mangsanya. Jeno menggigit bibirnya, mungkin ini bawaan bayi, jadi hati Jeno lebih sensitif dari biasanya. "Gue gak nangis. Cuma kelilipan aja...