Asa 8

777 65 7
                                    

Seperti yang Taehyung pikir. Saat ini dunia milik kakaknya terlihat begitu hancur, berantakan tak lagi berbentuk.

Tidak ada lagi pola pikir bijak yang bisa menenangkan disetiap permasalahan yang ada, tidak ada lagi logika yang menyertai setiap langkahnya karena yang ada saat ini hanya kelemahan yang teramat lemah.

Keadaan jimin begitu kacau, kewarasannya seakan hilang bersama kepergian Taehyung kedalam ruangan menakutkan itu.

Tidak lagi! Jimin tidak ingin keadaan seperti ini terulang kembali. Mengharuskan adiknya tersiksa dengan segala rasa sakit yang membuat dirinya takut dan kesakitan yang tak kasat mata.

Jimin terus berderai air mata, tubuhnya bergetar ketakutan. Tidak ada kekuatan lagi sekarang, tubuhnya melemah tak bertenaga.

Pikirannya terus melesat pada kejadian sebelumnya dimana Taehyung begitu merintih kesakitan, mengerang hebat dengan tubuh bergetar dan mulai mengejang.





"Tae, heyyy! Taehyung dengar kakak, tae. Taehyung!"

Bisa Jimin lihat bagaimana kesakitan adiknya itu, keringat dingin yang mulai membasahi tubuh taehyung tak membuatnya merasa jijik untuk terus menyekanya.

Keadaan Taehyung membuat Jimin ketakutan, nafas adiknya memberat dan tersengal. Sesekali tubuhnya ikut terangkat berusaha mencari udara yang sempit didadanya, mata itu terus gelisah yang berhasil membuat kekhawatiran jimin semakin menjadi.




"Kkkrrhhhh...kkkrrhhhhkk..kkhh"



"Tae, tenang. Kakak disini, ikuti kakak, Tae. Ayo tarik nafas perlahan, Dek. Ayo, Tae bisa. Ikuti kakak".

Jimin membawa tubuh bergetar adiknya kedalam pangkuan, menyangga tubuh lemah itu dengan posisi yang lebih tinggi.

Bisa jimin rasakan suhu tubuh itu mendingin, matanya mulai berkedip cepat dengan pandangan bola mata yang bergulir keatas.

"Heyy, Tae. Dengar kakak, Taehyung!"

Jimin membelalakan mata, tubuh dalam pangkuannya mengejang.

Seperti orang bodoh Jimin hanya terdiam. Dia kalut.

Hingga setelahnya dia sadar adiknya butuh pertolongan, tangan gemetarnya mulai meraba-raba mencari benda pipih yang selalu tirsimpan disakunya.


"Tttolong! Cepat kemari. Adik saya butuh pertolongan secepatnya!"

Tidak ada yang bisa Jimin lakukan selain menenangkan adiknya, hingga tidak lama dari itu suara sirine ambulance terdengar dan beberapa petugas medis segera memasuki ruangan mereka.

Jimin mundur kebelakang membiarkan orang-orang itu menyelamatkan adiknya, tubuh itu masih mengejang. Nafasnya tercekat hingga membuat suara kesakitan yang memilukan, tidak ada yang bisa jimin lakukan sekarang selain memohon pada tuhan untuk kebaikan adiknya itu.

Tubuh taehyung mulai tenang namun itu tidak memberi ketenangan bagi mereka semua terutama Jimin, bisa dia lihat wajah memerah adiknya dengan bibir yang terbuka berwarna keunguan itu.

Jimin mengalihkan pandangannya. Sakit sekali, seakan lebih menyakitkan ketika orang yang selalu jadi prioritasnya tergeletak lemah dan begitu terlihat mengenaskan sekarang.

Air matanya terus mengalir, jimin memejamkan mata kuat-kuat ketika suara kesakitan adiknya terdengar lirih.




Taehyung tidak bernapas.




Itu yang sayup-sayup terdengar dalam rungu jimin.

"Tae, kakak mohon jangan seperti ini, Dek"

Jimin dibuat terkejut kembali, bagaimana orang disana berusaha untuk mengembalikan taehyung pada kesadaran yang mulai menghilang.

Kepala taehyung sedikit terangkat, mulut itu terbuka ketika tangan seorang petugas medis memasukan jarinya kedalam.



"Kkrrhhkk...kkhhkk"



Tubuh itu tersentak hingga setelahnya memuntahkan cairan pekat yang cukup banyak.

Taehyung kembali bernapas setelah cairan itu berhasil keluar menghambat pernapasannya beberapa saat, tidak bisa dikatakan baik karena setelahnya taehyung memerlukan alat sebagai penopang hidupnya sekarang.



~


Jimin mendekat, menggenggam lembut tangan dingin taehyung. Air mata itu tidak pernah ada habisnya, disinilah jimin runtuh.

Seruntuh-runtuhnya.


"Tae, tolong bertahan. Kakak mohon"

Bagaimana tidak, masih ingat dalam ingatan jimin ketika adiknya berceloteh ria dan terseyum manis kini bibir itu tersumpal alat yang masuk kedalam kerongkongannya memberikan pasokan udara pada paru-paru yang mulai lelah bekerja itu.

"Jangan seperti ini, kakak takut, Tae. Kakak takut. Ayo bertahan, Dek!"

Dipandangnya wajah pucat itu, mengecup setiap sisi yang masih bisa tersentuhnya. Jimin masih bisa merasakan bagaimana aroma tubuh adiknya kini yang terlelap nyenyak, dia masih menikmati wangi itu dibahu Taehyung. Diceruk lehernya dengan bisikan kata-kata yang terus terulang, kata maaf dan permohonan yang Jimin yakini bisa Taehyung dengar.









"Apa yang terjadi?"



°°°

(Bosen ga sih genrenya gini terus???) 270824

~~~

Mau cepet2 😏

23/06/22

Asa.       •••LENGKAP•••Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang