Marvin menutup pintu di belakangnya dengan pelan, kemudian dia berjalan mendekat ke arah Gianna yang sedang berbicara dengan seseorang lewat panggilan telepon.
Entah wanita itu sedang melakukan komunikasi jarak jauh dengan siapa. Tapi satu hal yang pasti, Marvin jelas tau jika lawan bicara Gianna adalah seorang pria.
"Kal, udahan dulu ya. Gue mau ke toilet bentar." Gianna langsung memutuskan panggilan tersebut dengan panik ketika Marvin sudah berdiri tepat di depannya.
Wanita itu menggenggam ponselnya dengan erat. Tiba-tiba dia jadi merasa nervous seolah baru saja dipergoki selingkuh oleh kekasihnya. Itu sangat tidak masuk akal kan?
"Siapa?" tanya Marvin dengan suara rendah sembari mendudukkan diri di tepi ranjang. Tangan kanannya perlahan menarik selimut yang menutupi kaki Gianna.
Dengan cepat Gianna menjawab, "Temen."
Marvin tetap fokus menatap intens ke arah Gianna yang sedari tadi menunduk untuk menghindari tatapan tajamnya. Dia sendiri tidak yakin kini Gianna sedang marah atau takut.
"Maaf tadi gue nggak sengaja ngebentak lo. That must hurt you right?" tangan Marvin menjalar untuk mengelus kaki Gianna yang kini sudah tak tertutupi oleh selimut.
Dinginnya tangan Marvin yang menyentuh permukaan kulitnya membuat tubuh Gianna merinding seketika. Bahkan ia juga bisa merasakan jika tubuhnya mulai sedikit menegang.
"Biasa aja," ucap Gianna yang masih tertunduk. Ia berusaha keras untuk tetap rileks dan tak tak terpengaruh pada sensasi geli di bawah sana.
"Alright. Let's sleep together again then!" Ajakan Marvin itu membuat Gianna secara otomatis mengangkat kepala dengan ekspresi penuh tanda tanya.
Lagi?
Belum sempat ia bersuara untuk memberikan penolakan, Marvin telah lebih dulu berdiri dan mengulurkan tangannya.
Mata jernihnya menatap lekat pada sosok Marvin yang sialnya terlihat sangat tampan dan panas di saat yang bersamaan. Jika sudah seperti ini, Gianna tak punya pilihan lain selain menerima uluran tangan tersebut.
*****
Begitu sampai di dalam kamarnya, hal pertama yang Marvin lakukan adalah membuka laci yang terletak di samping ranjang. Sementara Gianna mulai menyenderkan tubuhnya ke headboard sembari mengagumi punggung tegap Marvin dari belakang.
Untuk beberapa alasan, dia jadi merasa lebih gugup daripada semalam.
Setelah mengambil tiga bungkus kondom, Marvin langsung bergabung duduk di tengah ranjang dengan posisi berhadapan dengan Gianna.
"Last night I didn't use this."
Pria itu mengamati reaksi wanita di hadapannya yang hanya mengangguk dengan ekspresi tenang. Sehingga Marvin pun bertanya lagi, "Lo nggak keberatan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends With Benefits [✓]
FanfictionMarvin dan Gianna memang telah sepakat untuk menjalin hubungan yang cukup rumit tanpa melibatkan perasaan di dalamnya. Namun mereka bisa apa jika takdir malah berkata sebaliknya? ©️zrstly, 2022