Three

11 1 0
                                    


"Sorry. gue nggak bisa nerima lo." itu jawaban Zerrin, membuat seluruh murid yang berada di lapangan menganga tak percaya.

Tangan Axel yang memegang satu tangkai bunga mewah itu seketika melemas,

Hati nya seperti diremas mendengar penolakan dari Zerrin, bagaimana tidak? ini baru pertama kali seorang Axel Martin menyatakan perasaannya. namun dipatahkan begitu saja oleh seorang murid biasa saja? memalukan sekali bukan.

Siswa-siswi yang berada di sana mulai ramai berbisik-bisik, bahkan ada yang mengatai Zerrin macam-macam,

"Bisa diem nggak lo semua?!" lagi-lagi semuanya terdiam,

Axel melihat tatapan mata Zerrin, terlihat ia sangat serius dengan perkataannya.

"Apa alesannya?" wajah Axel yang tadinya sangat senang saat menyatakan perasaannya kini kembali datar seperti biasanya.

"Gue nggak kenal lo," lagi, Axel dibuat speechless dengan jawaban Zerrin.

"Cuma itu?" tak menyangka hanya itu alasan Zerrin menolaknya,

"Terus dengan lo jadi incaran cewe di sekolah ini, lo bebas gitu jadiin sembarang orang buat jadi cewe lo?" balas Zerrin tajam, ia membuat seorang Axel Martin bungkam seketika.

Tak hanya itu Zerrin mendapat beberapa sindiran, makian, dan hujatan dari fangirl Axel. Mereka tak terima jika Axel dipermalukan seperti itu.

Sedangkan Shea, ia sangat takut jika sahabatnya membuka topeng aslinya hanya untuk menolak cinta Axel.

"Jeje, kontrol diri lo! mending kita pergi dari sini." ucap Shea yang berada di belakang Zerrin, Shea segera menarik tangan Zerrin untuk keluar dari lapangan yang penuh dengan makian.

"Menarik lo Zerrin." lirih Axel,

Di kelas.

"Jeje lo gila?!! Lo hampir aja buka kedok asli lo je! Lo yang maksa gue buat tutup rapat-rapat rahasia lo dan sekarang?" teriak Shea, ke arah sahabatnya.

Shea tak membahas bahwa Zerrin menolak Axel bukan? karena ia tahu bahwa Zerrin akan menolak Axel. Dan ia sangat khawatir pada sahabatnya jika sifat aslinya itu terbongkar.

"Shea, gue tau. gue cuma nggak habis pikir sama cara pikir muka datar sialan itu, dia pikir gue bisa langsung terima dia gitu? Pft mimpi kali, mentang-mentang banyak harta bisa seenaknya sama orang miskin dasar sampah." kesal Zerrin yang terdengar oleh seseorang dibalik pintu kelas.

"Tapi nggak gitu juga nolaknya Zerrin, lo bisa kok bicara baik-baik. apalagi banyak banget fangirl nya Axel, hampir semuanya loh bisa-bisa lo kena bully nantinya." ucap Shea menasehati Zerrin,

"Iya-iya besok gue minta maaf." balasnya,

Tak lama pintu kelas terbuka, munculah Reyen Geano Putra. teman karib Axel sejak kecil.

ia berjalan mendekati Zerrin,

"Reyen?" gumam Zerrin,

"Ikut, gue perlu bicara." ucap Reyen.

Tak ada jawaban dari Zerrin, ia menarik lengan Zerrin dan hendak membawanya menuju area belakang sekolah.

"Rey!! jangan tarik-tarik tangan gue, lepasin nggak." teriak Zerrin saat ia diseret oleh Reyen.

"Kalo nggak mau?" ledek Reyen,

"Lo ngajak ribut gue?"

"Oke gue lepasin, tapi lo harus ikut gue."

Terlihat Zerrin tersenyum licik,
"Oke, deal." ia menyepakatinya dengan mudah.

Namun setelah kesepakatan itu, Reyen tak melepaskan lengan Zerrin. Zerrin terkecoh dengan pergerakan Reyen sehingga Reyen menggendongnya ke area belakang sekolah dengan berlari.

"Lepasin gue Puput sialan!!!" teriak Zerrin saat berada di lorong sekolahnya, untung saja tak ada satupun murid disana.

Reyen yang mendengar hanya tertawa lepas, sambil berlari menggendong Zerrin.

Sesampainya di sana,

Bugh

Satu tendangan mendarat di tulang kering Reyen,

"Ack!" Reyen yang sedang mengatur nafasnya meringkis kesakitan saat ditendang tiba-tiba oleh Zerrin.

"Rasain lo Puput sialan."

"Puput? Nama gue sebagus Mark Lee dipanggil Puput?" Reyen tak terima jika dirinya dipanggil Puput,

"Mark Lee apanya. itu hukuman buat lo, dan mulai sekarang gue panggil lo Puput."

"Ya tapi jangan Puput ju--"

"Beruntung nggak gue hajar lo."
"Terus sekarang, lo mau ngomong apa? mau marahin gue juga karena nolak si muka datar itu?" sambung Zerrin,

"Muka datar? Axel maksudnya?"

"Siapa lagi?" jawab Zerrin malas,

"Parah lo, tapi emang bener sih."

"Iya kan?" ucap Zerrin sombong, ia melihat jam tangannya dan menunjukan akan bunyi bel masuk sebentar lagi.

"Cepetan mau ngomong apa??! bentar lagi masuk nih."

"A--"

"Satu kalimat." Zerrin memotong ucapan Reyen,

"Oke, dan lo nggak boleh nolak." tawar Reyen.

"Iya apa?! asal nggak macem-macem."

"Gue--" ucap Reyen terbata-bata,

Gue suka lo, Zerrin.

"Puput?"
"Lo kenapa?" tanya Zerrin penasaran,

"Oh? Mau pulang bareng?" hanya itu yang bisa Reyen ucapkan saat ini,

Bodoh, Reyen bodoh. ia menyesal sudah mengatakannya,

"Put sumpah lo aneh banget deh dari semalem, lo bisa ngomong itu di kelas kali. ngapain lo repot-repot bawa gue kesini?"

"Sorry."

"Okey,"

"Okey to?" tanya Reyen, tak biasanya Zerrin memaafkannya begitu saja.

"Katanya mau pulang bareng, nggak jadi?" jawab Zerrin dan pergi meninggalkan Reyen yang masih mencerna ucapannya.

"Jeje lo mau??"

"Yes!!" teriak Reyen kegirangan.

***

Jam istirahat.

Selama kelas berlangsung, Zerrin tak bisa belajar dengan tenang. ia menjadi bahan makian satu kelas bahkan satu sekolah hanya setelah menolak Axel Martin.

Zerrin berencana mencari angin ke roof top namun diperjalanan ada gerombolan senior kelas 12 yang menghampirinya.

"Oh ternyata ini yang malu-maluin calon cowok gue?" ucap Arabella salah satu seniornya,

Sedangkan Zerrin sangat malas menanggapinya, tak bisakah ia tenang sekejap saja? ia pun pergi, tak menghiraukan perkataan seniornya.

Namun lagi-lagi lengannya ditahan oleh salah satu senior lainnya,

"Mau kemana lo?" ucapnya,

"Lepas." perkataannya malah membuat senior-seniornya tertawa,

"Lo bilang apa? lepas? lo pikir semudah itu lari dari kita? mimpi lo."

Zerrin sudah mencapai batas kesabarannya,

"Lepasin sebelum gue buat kalian semua mat--" ucapan Zerrin dipotong oleh seseorang yang ada dibelakangnya,

"Lepasin Zerrin!"

Selanjutnya...

SHASHITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang