beautiful

867 70 7
                                    

Melihat Sanzu yang terus mendesah dibawahnya membuat Ran tersenyum lebar dan mencium lembut bibir ranum pria bersurai broken white itu.

"Cantik."

Dengan wajah memerah dan mulut terus terbuka Sanzu tampak mengalungkan tangannya di leher Ran, untuk menyalurkan rasa nikmat dan juga sebagai pegangan karena terus mendapat tusukan dari penis Ran. Jika boleh jujur Sanzu sangat menyukai sensasi penis Ran saat menusuk lubangnya, bahkan sekarang dia sudah merasa nyaman dan mungkin dia sudah menyukai Ran.

Sanzu sudah tidak masalah atau tersiksa saat Ran menusuk tubuhnya dengan brutal, karena rasa benci telah tergantikan oleh rasa suka dan nyaman, mungkin kah Sanzu sudah menyukai Ran.

"Aaahhh... Raahhh.... Ughhh."

Melihat Sanzu tak berdaya membuat nafsu birahi Ran naik. Dia puas melihat keadaan Sanzu saat ini, baginya ini adalah maha karya yang sangat indah.

"Sepertinya bekas gigitan ini tidak akan hilang dengan cepat sayang." Ucap Ran penuh dengan nada seksual. Sementara yang mendengar langsung blush saking malunya, untuk pertama kalinya Sanzu merasakan ribuan kupu-kupu berterbangan di perutnya.

"Ahn.... Hahhhh." Sanzu langsung mendesah kuat saat Ran akhirnya menemukan sweet potnya.

Mendapat balasan dari Sanzu, Ran semakin mempercepat sodorkannya, dia tidak memperdulikan jika sedari tadi mulut Sanzu terus memintanya untuk berhenti tetapi relasi dari tubuh sang submissive berbeda seakan minta lagi dan lagi, tak perduli permainan yang mereka lakukan sudah hampir sepuluh ronde yang jelas keduanya terlihat bahagia bagikan sepasang kekasih yang dimabuk cinta.

"Aahhh... Raahhh... Aahhh"

"Aaahhh... Ughhh... Raahhh."

"Nguhhhh... Aaahhhh..... Mghhhh."

Melihat Sanzu tak berdaya membuat Ran sangat puas, terlebih sudah hampir satu bulan mereka tidak melakukan hubungan intim seperti ini.

"Kau sangat candu cantik."

Setelan mengatakan sepatah kata barusan, Ran melakukan ejakulasi yang sekian kali di dalam, sementara sang submissive hanya mendesah panjang merasakan kehangatan di perutnya.

"Bobok gih biar aku yang membersihkan semua ini." Ucap Ran yang langsung dituruti Sanzu.

Bukanya pergi ambil air untuk memberikan tubuh Sanzu, ataupun membersihkan tubuhnya Ran malah ikut tidur, dengan posisi dia yang memeluk Sanzu.

***

Sementara Rindou yang sedari tadi duduk terdiam dibalik pintu tampak meneteskan mata, dia sudah lama berada di sana dan menunggu. Semua desahan dia dengar dengan jelas, bagaikan duri yang terus menusuk hatinya, yang akan sulit untuk dicabut.

Sambil menghela nafas berat dia menghapus air mata yang menetes, jauh di lubuk hati dia tidak ingin masuk kedalam tapi di sisi lain dia harus masuk.

"Rindou kau kuat kau pasti bisa."

Setiap langkah kaki yang dia ambil, membawa potongan kata di kepalanya, kata itu terus berputar-putar bagaikan radio rusak. 'Milikmu adalah milik Ran, tetapi milik Ran belum tentu milikmu.' sakit perih menjadi satu, lebih baik dia dipukul sampai pingsan dari pada mendapat penghianat dari sosok panutan dihidupnya.

Luka fisik bisa diobati deng obat tapi luka psikis tidak bisa diobati dengan obat, karena luka itu tidak terlihat terapi menyakitkan.

Sama halnya dengan hari Rindou saat ini sakit tapi tak berdarah.

"Kalian pasti kelelahan." Ucap Rindou, yang terlihat mencolek sperma dari selangkangan Sanzu.

"Banyak sekali."

can you love me sanzu (Ran x Sanzu x Rindou) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang