2020
Hening.
Ruangan itu hening, hanya isakan Taeyong yang terdengar dan deru nafas Jaehyun yang kini menatap tak percaya pada Jeno.
"Jung Jaehyun-sshi" Chanyeol bersuara setelah dirasa suasana terlalu hening.
"Yang dikatakan oleh Jeno adalah sebuah kebenaran, kau tentu tidak lupa akan siapa aku, kau pasti tidak lupa wajah orang yang sudah menorehkan luka di lenganmu, kan?" tubuh Jaehyun menegang. Dia dulu pikir saat melihat wajah Chanyeol, adalah mereka dua orang berbeda, tapi ternyata tidak, Feng dan Chanyeol adalah dua orang yang sama.
"Kau-" Chanyeol mengangguk.
"Kau ingat kenapa aku dulu melukaimu?" Jaehyun menggeleng pelan.
"Tidak ada alasan yang kudengar mengenai itu." Jawab Chanyeol.
"Benar, karena saat itu kupikir kau cerdas jadi dengan mudah mengetahui alasannya, tapi ternyata tidak. Tuan Jung Jaehyun yang terhormat, untuk kau ingat, dulu aku melukaimu karena kau telah tidak secara sengaja terlibat dalam penderitaan yang dialami oleh Nakamoto Yuta, selain itu, aku melukaimu karena orang tuamu, terutama ibumu, orang yang telah membuat mendiang ibuku menderita dengan mencuri toko perhiasan. Dengan kata lain, toko perusahaan yang dimiliki ibumu saat ini, Claret Red Jewelry, yang tidak dipublikasikan pada khalayak ramai, adalah milikku. Kalau kau ingin tahu, jika saat itu kau tidak melindungi ibumu, aku sudah membunuhnya, atau setidaknya merusak organnya, agar dia mati perlahan seperti apa yang mendiang ibuku rasakan dulu." Tubuh Jaehyun bergetar.
"Untuk kau tahu, bukti 'pencurian' itu telah dikirim ke kejaksaan dan tidak butuh waktu akan segera dalam proses penyelidikan, bahkan pihak audit juga akan mengecek seluruh keuangan dan harta kekayaan keluargamu. Jung Jaehyun-sshi, jangan terlalu naif dan lugu, jangan jadi pengecut seperti di masa lalu, kau punya keluarga, kau punya istri dan anak yang harus kau lindungi. Jika kau ingin keluargamu tidak dilukai atau disentuh, akan kuberitahu caranya." Jaehyun menatap Chanyeol yang menyeringai.
"Jebak keluargamu dan biarkan pihak berwajib menangkapnya."
_OUR BOY 64_
Taeyong tidak mau didekati oleh suaminya, dia benar-benar berduka saat ini. Mark dan Sungchan yang ada di sisi sang Nyonya Jung, sedangkan Jeno memilih keluar untuk meredam emosinya yang naik saat berhadapan dengan daddynya sendiri. Jaehyun? Pria itu digeret Yuta untuk pergi entah kemana.
Keluarga Seo yang menjaga Taeyong saat ini, karena mereka tahu Mark dan Sungchan sendiri pun pasti akan kelabakan juga mengurus ibu dan diri mereka sendiri. Winwin dan Dejun memilih menunggu di luar kamar sembari berbincang bersama Younghoon, Chanyeol, Baekhyun, dan Renjun. Lalu Jaemin? Jangan ditanya lagi, si bungsu itu tentu dengan kekasihnya saat ini, tadi mau ikut Papanya, tapi si Papa melarang, yasudah, dia memilih menemani Jeno yang saat ini sedang meredam emosinya di taman rumah sakit.
Kembali pada Taeyong, Sungchan dan Mark baru saja berhasil membujuk sang ibu untuk kembali istirahat, mengingat sang ibu baru saja bangun dan menerima banyak fakta mengagetkan dari mulut Jeno.
"Mark, Sungchan, ayo ikut Paman, kita makan dulu, biar mommy kalian dijaga mae Ten, mommy Taeil dan Haechannie." Ajak Johnny, tahu benar jika dua pemuda itu sangat butuh asupan juga saat ini.
"Tapi-" protesan Mark dibungkam oleh Sungchan yang segera menariknya. Dia butuh udara segar juga, dia butuh makan, otaknya benar-benar berhenti bekerja setelah mendengar fakta mengerikan mengenai keluarga besarnya.
"Kajja, Paman!" Johnny tersenyum dan membawa mereka, meminta Haechan untuk menemani kedua ibunya. Haechan sih iya-iya saja, dia sedang tidak ingin kemana-mana juga.
"Haechan, kau nampak sangat tenang, sudah tahu tentang ini ya?" tanya Ten.
"Tentu aku baru tahu hari ini, mae. Sama dengan kalian. Hanya saja kenapa aku tidak terkejut ya karena aku sudah memprediksi saja." Jawab Haechan, dia meletakkan kepala di bahu Taeil, membiarkan jemari sang mommy mengusap kepalanya.
"Sudah memprediksi?" Haechan mengangguk.
"Tuan dan Nyonya Jung, orang tua Tuan Jung Jaehyun adalah dua orang pertama yang dengan begitu mudah menuduh Paman Yuta sebagai pencuri, menuduh orang tanpa bukti, menghina, bahkan membuat hancur usaha Paman Yuta. Dari situ aku berpikir, orang macam mereka, yang begitu mudah menuduh orang lain, yang begitu mudah melimpahkan kesalahan pada orang lain, pasti tidak akan sulit untuk melukai atau bahkan melenyapkan orang lain yang dirasa mengganggu. Membunuh bukan hal sulit bagi mereka. Itu saja." Tutur Haechan, matanya menatap ke arah sosok Taeyong yang kembali istirahat.
"Yuta ya" gumam Taeil. Ten melirik pria tersebut dan ikut menghembuskan nafas.
"Aku dengar dari Chanyeol appa kemarin saat perjalanan ke Yokohama, baik Paman Yuta, Chanyeol Appa, Tuan Oh Sehun, Tuan Kim Joonmyeon, dan Zhang Yixing ssaem tidak benar-benar membenci mae, mommy, dan mommy Taeyong, mereka juga tidak terganggu dengan Paman Doyoung. Yang mengganggu mereka adalah daddy dan Paman Jaehyun, meski lebih besar bencinya pada Paman Jaehyun." Taeil dan Ten hanya bisa menunduk.
"Paman Jaehyun dan daddy hanya seorang anak yang begitu menurut pada orang tua mereka, sampai-sampai mereka tidak bisa menjelaskan dengan benar pada orang tua mereka bahwa bukan teman mereka, mereka tidak bisa membela teman mereka yang dihina dan direndahkan. Mereka hanya seorang pengecut yang hanya bisa diam dibalik tubuh orang tua mereka karena takut orang tua mereka membenci mereka." Haechan mengangkat kepalanya.
"Aku tidak menyalahkan mereka, karena sebagai anak memang wajar jika mereka menurut pada apapun yang orang tua mereka katakan, hanya- merasa aneh saat ingat, daddy selalu bilang untuk memiliki banyak teman dan berteman baik dengan teman kita, memintaku dan gege untuk selalu membaca situasi dan tidak dengan mudah mengambil kesimpulan, tapi ternyata daddy pernah melanggar ucapannya sendiri. Berteman baik, terlalu baik hingga tidak bisa membela teman dekatnya yang sudah membantunya sejak lama." Haechan menghembuskan nafas pelan.
"Aku bersumpah, aku tidak akan pernah mengulang sejarah daddy, Paman Jaehyun, dan Paman Yuta. Aku pastikan gege pun tidak akan melakukan itu. Melukai Jeno yang telah terluka, melukai Renjun yang kucintai, melukai Jaemin yang begitu baik, aku akan sangat berdosa jika sampai melukai mereka. Mereka teman berhargaku, sangat berharga." Taeil meraih jemari Haechan dan mengusapnya.
"Mm, benar, jaga mereka, dan jangan ulangi kesalahan bodoh daddy dan pamanmu juga mommy dan mae. Meski Tuan Park mengatakan jika dia tidak membenci kami, tapi kami tahu, dia tidak menyukai kami, karena kami sama dengan daddymu dan Paman Jaehyun, kecuali Taeyong, mungkin benar jika Tuan Park tidak membenci Taeyong karena Taeyong tidak pernah berbuat buruk pada Yuta, orang tua Taeyong justru yang membantu Yuta sekolah dulu." Kini Haechan tahu kenapa Yuta tidak pernah menyinggung Taeyong sama sekali. Yang keluar dari mulut Yuta selalu Jaehyun, bukan Taeyong. Kalaupun iya, Haechan yakin Yuta tidak benar-benar mengatakan sesuatu yang melukai Taeyong, mengutuk karena sifat mungkin iya, tapi Haechan rasa, tidak sebanyak kutukan Yuta pada Jaehyun.
"Mae dan mommy, izinkan aku menebus dosa kalian dengan melindungi keluarga Na dan keluarga kita."
_OUR BOY 64_
"Kapan acara ulang tahun perusahaan utama?" tanya Yuta pada Jaehyun.
"Lusa adalah rencananya, karena itu semua sudah disusun mulai sejak minggu lalu." Yuta mengangguk.
"Kalau begitu, bisa aku minta tolong?" Jaehyun menatap Yuta.
"Undang aku ke dalam acara tersebut."
_OUR BOY 64_
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] OUR BOY
Fanfiction⚠️‼️ B X B ‼️⚠️ ‼️Don't Like Don't Read‼️ "Jangan sampai aku mengangkat senjataku lagi hanya untuk menghabisi nyawa satu sekolah." -Nakamoto Yuta Start : 04/12/2021 End. : -