Happy reading•
•
•
•
•
""Nay, lu pulang sama siapa??" Tanya Andita, Saat mereka berjalan menuju arah gerbang.
"Sama sopir." Jawab Naya, sambil menunjuk mobil pribadi di luar gerbang.
"Oh, yaudah kita duluan ya." Pamit Andita, di ikutin 2 temannya.
"Daaa Naya, hati-hati yaa." Ucap ziva sambil melambaikan tangannya.
"Iya, Ziva."
"Duluan, Nay." Pamit Lea, yang berjalan mengikuti Ziva dan juga Andita.
"Iya."
"Ternyata pilihan, mama papa ga seburuk yang aku pikirkan." Gumam Naya, sambil menatap kepergian teman-teman.
Ia pun berjalan menuju mobil yang sudah terparkir di depan gerbang.
•••
"Makasih ya, pak." Ucap Nasya ketika sudah turun dari mobil, yang terparkir di teras luas rumahnya.
"Iya non, hati-hati turunnya."
Naya masuk kedalam rumah yang sudah ia tinggalin sejak kecil.
Saat sampai di ruang tengah ia melihat papanya yang masih lengkap dengan jas kantornya. "Mama, papaaa. Naya pulang" Sapa Naya, langsung menjatuhkan diri di samping mamanya.
"Bau keringet, ganti sana." Suruh sang papa, sambil mengibas2 kan tangannya seakan menyuruh pergi.
Naya langsung mencium ketiaknya. "Enak aja, Naya wangi yaaa." Elek Naya sambil menatap papanya sengit, Jovan yang di tatap putrinya dengan tajam pun terkekeh.
"Gimana, sekolahnya. Suka??" Tanya Mila, sambil mengelus rambut hitam panjang milik putrinya.
"Naya suka!! Dan Naya udah dapet temen." Cerita Naya. Membuat Mila dan Jovan tersenyum.
"Syukur deh."
"Pantes aja Abang mau sekolah di situ, ternyata sekolahnya luas dan banyak temen. Tapi Naya juga harus hati-hati, di setiap sekolah yang asik pasti juga ada yang jahat. Iya kan pa" Ujar Naya mendapatkan anggukan dari Jovan.
"Yaudah sekarang, Naya mandi. Soalnya bener kata papa Bau keringet." Mendengar itu Naya, melototkan matanya.
"Mama sama papa, sama aja." Ujar Naya langsung berdiri dan melangkahkan kakinya menuju kamarnya.
"Ternyata putri kita udah gede." Ujar Jovan, menatap Naya yang berjalan malas.
•••
"ini malem kemenangna kita, gimana kalo kita buat makan2." usul salah satu pemuda yang duduk di bangku yang terbuat dari drum.
"kalo gitu, lu yang cari bahan-bahannya, vin."
"lah, kok jadi gua." elek pemuda bernama alvin.
"ya kan lu yang ngusulin. gimana sih."
"Kalian yang makan." Elak Alvin
"Berangkat, kita cari bareng2." Ucap langit yang langsung beranjak dari duduknya dan mengambil jaketnya.
"Lu yang bayar kan, ngit."
"Hmm."
Mereka pun bersorak gembira dan mulai menghampiri motor masing-masing.
•••
"Nay, temenin mama ke supermarket yuk." Ajak Mila kepada anak gadisnya.
"Okeee, Naya siap2 dulu." Beranjak dari kasur, Naya berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan wajahnya.
Tak butuh waktu lama, Naya sudah siap dengan celana panjang cream dan baju lengan panjang berwarna senada. Dengan rambut yang di gerai menambah keanggunannya.
"Yukk, ma" ajak Naya yang sudah sampai di akhir tangga.
Mila pun menghampiri sang putri tak lupa tas jinjing yang sudah Ia bawa. Berjalan keluar bersama menghampiri mobil yang sudah terparkir di teras rumah besar itu.
Tak butuh waktu lama, mereka sampai di supermarket yang cukup besar.
Masuk dengan bergandengan tangan dan sedikit melempar cadaan.
"Naya, kamu ambil buah2an ya, mama mau pilih bahan2 dapur." Ucap Mila, yang di angguki Naya.
Naya pun berjalan ke arah jajaran buah yang segar2, mengambil plastik dan mengambil beberapa buah.
Namun Karna keteledorannya 1 buat jeruk jatuh ke lantai dan menggelinding sedikit jauh, Naya pun sedikit mengejar dan sampai buah itu berhenti di depan sepatu seseorang.
Naya pun mendongak dan menatap orang itu. "Kak langit." Lirih Naya saat bertatapan dengan langit.
Naya sedikit takut, Karna disini langit tidak sendiri melainkan dengan teman2nya, pakaian serba hitam membuat suasana semakin mencekam.
Langit mengambil jeruk yang berada di bawahnya dan langsung membuangnya di tong sampah yang tak jauh dari sana.
"Kok di buang." Protes Naya, sambil melihat ke arah punggung Langit.
Tanpa menjawab Langit pun pergi bersama teman-temannya.
"Aneh." Batin Naya saat melihat mereka pergi.
Tak menghiraukan orang aneh seperti mereka, Naya lebih memilih mengambil buah yang sudah ia bungkus tadi dan menghampiri mamanya.
Saat sudah dekat dengan sang mama, ia berhenti saat melihat Mila mengobrol bersama langit dan juga teman-temannya.
"Mama, ngapain ngobrol sama mereka." Ujar Naya pada dirinya sendiri, ia pun bersembunyi di dekat rak2 yang ada disana.
"Alhamdulillah, Tante sehat. Kalian gimana?" Ucap Mila sambil tersenyum.
"Alhamdulillah kita baik, Tante." Jawab orang yang berada di samping langit.
"Kalian kapan main. Kalian udah lama loh ga kerumah semenjak Reza meninggal." Ucap Mila, membuat Naya terkejut, Maksudnya??.
Naya berjalan kearah mereka yang sedang mengobrol, Kedatangan Naya menjadi pusat perhatian para pemuda di sekitar Mila.
"Naya, udah ambil buahnya." Tanya Mila saat melihat putrinya datang, Naya hanya mengangguk sebagai jawaban.
Melihat kebingungan dari Naya dan juga anggota THE BOYS, Mila pun tersenyum kecil. "Ini Naya, adiknya Reza, Putri tante." Jelas mila. "Naya, ini teman-teman abang. Mereka yang bantu Kita cari pelaku pembunuhan abang, sampai sekarang." Mendengar penjelasan sang mama, Naya menatap satu persatu teman abangnya.
"Bukan kah, kalian juga satu sekolah." Ujar mila yang di angguki Naya.
"Oh, Jadi naya yang ini, Yang reza titipin ke kita." Ujar arden yang membuatnya menjadi pusat perhatian.
"Gue arden, lo bisa panggil arden atau boleh pake embel-embel abang, kaya lo manggil Alm reza." Naya menerima jabatan tangan dari arden, Naya dapat merasakan diri seorang abang pada Arden.
Naya tersenyum mendengar ucapan Arden, ia menjadi rindu sang abang. Sifat arden 11 12 dengan abangnya.
***
Oke mau kasih pesan buat siapa
@langitElgara
@NayaAzelia
@vinaAndita
@ZivaAlesa
@Leagraneta
atau buat author
@Nadaku07
Jangan lupa vote and komen
Bantu koreksi ya teman2, lagi mager soalnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Langit
Ficção Adolescente⚠️ Cerita ini murni pemikiran sendiri, tidak sama sekali menjiplak cerita lain⚠️ [SEBELUM BACA JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN TERLEBIH DAHULU] THE BOYS Sebuah geng motor yang di ketuai oleh seseorang pemuda tampan bernama Langit elgara, laki-laki tegas...