Short Brondong Story

My Aunty My Wife

Hollaho, tuyul muncul maning.
Setelah setahun lebih mengghosting, tuyul balik lagi kesini dengan lapak baru hihihi

Moga klean suka sama tuyul, eh suka sama ceritanya ehehehe

Di usianya yang sudah menginjak 35 tahun Nayasa Madeleine Albarn masih betah melajang. Belasan bahkan puluhan laki-laki sudah melamarnya dan selalu berakhir dengan penolakan baik secara halus ataupun kasar. Bukan tanpa alasan ia menolak lamaran dari para laki-laki, karena hatinya sudah ia labuhkan sepenuhnya untuk Fransio Rexa Albarn yang notabenenya adalah keponakannya sendiri.

Cintanya yang bertepuk sebelah tangan dan perbedaan usia yang sangat jauh yakni 10 tahun serta ikatan darah diantara ia dan Rexa membuat ia menarik diri dari keluarga Albarn. Ia tidak ingin semakin sakit hati dan membuatnya menjadi tidak terkontrol sehingga merusak segala hubungan yang ada. Nayasa cukup tau diri untuk tidak berharap lebih, statusnya hanyalah sebagai anak angkat di keluarga itu. Sangat tidak tahu terimakasih jika sampai ia berharap lebih, apalagi jelas jelas disini hanya ia yang mencintai Rexa.

Makanya menjauh dari keluarga itu adalah keputusan yang tepat, mengasingkan diri dan membentengi diri agar ia tidak semakin terjatuh. Sudah 7 tahun ini ia tinggal sendirian di kota yang jauh dari keluarga Albarn dengan alasan untuk mengembangkan bisnisnya. Meskipun keputusannya sempat di tentang oleh Dona, Mama angkatnya tapi tetap saja Nayasa kekeuh dengan keputusannya dan Dona terpaksa menuruti keinginan Nayasa dengan syarat wanita itu setiap sebulan sekali harus balik ke Jakarta menemuinya.
Tapi persyaratan itu hanya Nayasa anggap angin lalu, 7 tahun ia tidak kembali ke Jakarta. Berbagai alasan ia berikan kepada Dona saat mereka bertukar kabar di telepon, sampai Dona lelah sendiri menyuruh Nayasa pulang.

2 hari lagi adalah hari pernikahan Rexa dan Raline, bukan pertunangan bisnis karena memang Rexa dan Raline sudah berpacaran selama 8 tahun. Patah hati, tentu saja ia sangat patah hati karena sebentar lagi pujaan hatinya akan menikah, dari lubuk hatinya yang paling dalam ia masih berharap jika ada kesempatan untuk menggapai Rexa namun ia tidak mau menyakiti hati Raline jika ia harus merebut laki-laki itu, biarkan saja ia memendam perasaan ini selamanya.

Namun bukan itu saja masalahnya, sudah jatuh tertimpa beton mungkin itu istilah yang bisa digunakan untuk Nayasa saat ini. Atas ancaman Dona dan Kakaknya, ia terpaksa harus kembali ke Jakarta untuk menghadiri pernikahan Rexa. Padahal ia sudah menyiapkan plan A - Z untuk menolak menghadiri pernikahan itu, namun ia tidak tega jika harus melihat Dona terbaring di rumah sakit karenanya.

Mobil Nayasa memasuki halaman rumah keluarga Albarn. Sudah 7 tahun ia meninggalkan tempat ini, namun tidak ada yang berubah sama sekali, hanya ada tambahan tanaman-tanaman hias yang membuat suasana rumah lebih asri. Suasana rumahnya masih sepi, karena acara pernikahannya di laksanakan di hotel, para kerabat yang berada di luar kota mungkin besok akan sampai ke Jakarta, makanya rumahnya saat ini masih sepi.

Setelah mematikan mesin mobil, Nayasa pergi ke bagasi untuk mengambil kopernya. Ia sengaja hanya membawa 1 koper karena niatnya hanya 4 hari disini. Berlama-lama berada di rumah ini sama saja dengan menyiksa dirinya sendiri.

"Anak ini bandel sekali, sudah 7 tahun kamu tidak pulang. Banyak sekali alasan receh yang kamu berikan kepada Mama. Apa harus menunggu Mama mati dulu menyusul Papa kamu baru kamu mau pulang".

Nayasa berjengit kaget saat mendengar suara wanita paruh baya yang menggelegar disertai dengan rasa panas di kedua telinganya akibat jeweran maut yang berasal dari tangan wanita yang sangat berjasa dalam hidupnya itu.

"Ampun Ma, nggak gitu, memang Naya sibuk disana. Tiap Minggu ada saja peluncuran produk baru". Alibi Nayasa, wanita itu berusaha melepaskan tangan Mamanya namun hasilnya nihil. Tangan Dona masih melekat erat bagaikan lem Aibon di telinganya sehingga susah untuk terlepas.