Mangkuk Emas

3 0 0
                                    

Alkisah hiduplah seorang raja di daerah timur bernama Raja Azis Khan yang sangat kaya raya. Dia memiliki segala yang diinginkan manusia di muka bumi ini.

Dia memiliki harta yang berlimpah, tahta dan tentu para selir yang jumlahnya sembilan puluh sembilan orang yang masih muda dan cantik ibarat bidadari surga tak bersayap yang jatuh ke muka bumi dengan sayap-sayap patahnya.

Selirnya ada yang berwajah seperti orang Asia, bermata sipit berkulit kuning langsat. Ada juga yang berwajah persia, berkulit putih dan bermata biru. Ada juga yang berwajah seperti orang arab berkulit sawo matang  tapi sungguh cantik dan erotik.

Selain itu, cadangan makanannya sangatlah berlimpah ruah, bala tentaranya sangatlah banyak, berjumlah ribuan orang dan sangatlah loyal kepada baginda Raja. Maka masuk akal jika wilayah kekuasaan Raja sangatlah luas, karena tiap kali peperangan, kemenangan senantiasa  diperoleh pasukan sang raja.

Kondisi istananya sangatlah  megah berdiri dipenuhi hiasan yang terbuat dari emas murni dan permata berlian. Pintu istana terbuat dari kayu terbaik yang dipenuhi  oleh hiasan kaligrafi yang terukir dengan sangat indah.

Dalam istananya terdapat patung sang raja yang besar dan dikelilingi kolam yang dipenuhi air mancur yang berwarna-warni. Lukisan sang raja sedang menunggang kuda putih yang berdiri di atas kedua kaki kuda terpampang nyata di ruangan masuk istana.

Pada suatu pagi yang cerah, karena suatu alasan baginda raja merasa sangat bahagia dan mengumumkan kepada penghuni istana.

“Saya sangat bahagia hari ini. Jika ada pengemis pertama yang datang dan meminta sesuatu, apapun yang dimintanya, akan saya berikan apapun kepadanya.”

Mendengar titah sang raja, maka panglima segera mengumumkan ke seluruh penjuru negeri.

Seorang pengemis berbaju putih compang camping datang ke istana. Raja datang kepadanya dan berkata, “Wahai pengemis, mintalah apa pun yang kamu inginkan, aku akan memberimu,  apapun itu!”

Pengemis itu berpikir sejenak, “Apa yang harus saya minta?” Kemudian dia berkata kepada  bagunda raja: “Yang mulia Tuanku Baginda Raja, tolonglah beri aku sebuah mangkuk emas. Sekarang saya akan meminta-minta dengan mangkuk emas pemberian dari raja.”

Kita semua mungkin akan mentertawakan betapa bodohnya sang pengemis ini. Mengapa tidak terpikir dalam benak pengemis “Jika saya berada di tempatnya, saya akan meminta raja untuk menjadikan saya seorang raja. Bertukar peran, sang raja menjadi pengemis dan sebaliknya. Katena sang raja bilang akan memberikan apapun itu”

Tetapi betapa  terkejutnya karena mengetahui bahwa sang pengemis ini meminta sebuah mangkuk emas penadah sedekah. Sebenarnya jika dihayati, maka pengemis ini mewakili kita sebagai manusia dan raja mewakili Tuhan.

Tuhan memberi kita tubuh manusia yang berharga dan kesempatan yang besar sekali untuk meningkat mencapai kesempurnaan. Kita bisa bebas dari semua kesengsaraan, mencapai kedamaian dan kebahagiaan selamanya. Tapi apa yang kita pilih, apa yang kita kejar, mirip seperti si pengemis itu.

Kembali ke cerita, akhirnya diberikanlah sebuah mangkuk yang terbuat dari emas oleh raja kepada sang pengemis itu. Sungguh bahagianya hati sang pengemis, lalu ia pamit mohon izin untuk segera pulang.

Di lain hari,  Raja Azis Khan bersama dengan pengiringnya keluar dari istananya untuk menikmati udara pagi.
Di keramaian, ia berpapasan dengan pengemis itu lagi.

Sang raja menyapa pengemis ini, “Wahai pengemis kita bertemu lagi. Adakah yang engkau inginkan lagi dariku?”

Si pengemis itu lalu tersenyum dan berkata, “Tuanku baginda Raja bertanya kepada hamba, seakan-akan tuanku dapat memenuhi segala permintaan hamba. Kali ini saya yakin, Tuanku Raja tidak akan bisa memenuhi permintaan hamba”

Sang raja terkejut, ia merasa tertantang, “Tentu saja aku dapat memenuhi segala permintaanmu. Apa yang engkau minta, katakanlah sekarang!”

Maka menjawablah sang pengemis, “Berpikirlah dua kali, wahai tuanku Raja, sebelum tuanku menjanjikan apa-apa.”

Rupanya sang pengemis bukanlah sembarang pengemis. Namun raja tidak merasakan hal yang ganjil itu. Timbul rasa angkuh dan tak senang pada diri raja, karena mendapat nasihat dari seorang pengemis. “Sudah aku katakan, aku dapat memenuhi permintaanmu. Apapun juga! Aku adalah raja yang paling berkuasa dan kaya-raya di negeri ini.”

Dengan penuh kepolosan dan kesederhanaan si pengemis itu mengangsurkan mangkuk emas penadah sedekah yang sebenarnya mangkuk itu adalah pemberian sang raja dulu, “Tuanku dapatkah  mengisi penuh mangkuk emas ini dengan apa yang tuanku inginkan.”kata sang pengemis.

Bukan main! Raja menjadi marah dan geram mendengar tantangan dari sang pengemis di hadapannya. Segera ia memerintahkan bendahara kerajaan yang ikut dengannya untuk mengisi penuh mangkuk pengemis kurang ajar ini dengan emas.

" Wahai bendahara, kamu isi penuh mangkuk emas si pengemis ini! Aku adalah raja yang paling kaya raya di seluruh negeri ini! " Titah sang raja.

Kemudian bendahara menuangkan emas dari pundi-pundi besar yang di bawanya ke dalam mangkuk emas sedekah sang pengemis. Anehnya, emas dalam pundi-pundi besar itu tidak dapat mengisi penuh mangkuk sedekah.

Tak mau kehilangan muka di hadapan rakyatnya, sang raja terus memerintahkan bendahara mengisi penuh mangkuk itu. Tetapi mangkuk itu tetap kosong. Bahkan seluruh perbendaharaan kerajaan: emas, intan berlian, ratna mutumanikam telah habis dilahap mangkuk emas sedekah itu. Mangkuk itu seolah tanpa dasar, dalam jauh berlubang ibarat palung samudera terdalam.

Dengan perasaan yang tak menentu, sang raja jatuh bersimpuh di kaki si pengemis, ternyata dia bukan sembarang pengemis , terbata-bata ia bertanya, “Sebelum berlalu dari tempat ini, dapatkah tuan menjelaskan terbuat dari apakah mangkuk emas sedekah ini? Bukankah dulu aku yang memberinya kepadamu, tapi mengapa bisa menjadi seperti ini?"

Pengemis itu menjawab sambil tersenyum, “Mangkuk itu terbuat dari keinginan manusia yang tanpa batas dan penuh nafsu keserakahan. Itulah yang mendorong manusia senantiasa bergelut dalam hidupnya”.

“Ada kegembiraan, gairah memuncak di hati, pengalaman yang mengasyikkan kala engkau menginginkan sesuatu. Ketika akhirnya engkau telah mendapatkan keinginan itu, semua yang telah kau dapatkan itu, seolah tidak ada lagi artinya bagimu. Semuanya hilang ibarat emas intan berlian yang masuk dalam mangkuk yang tak beralas itu.

Kegembiraan, gairah, dan pengalaman yang mengasyikkan itu hanya tatkala dalam proses untuk mendapatkan keinginan. Begitu saja seterusnya, selalu kemudian datang keinginan baru. Orang tidak pernah merasa puas. Ia selalu merasa kekurangan.

Ada pituah datuak  mengatakan : jika engkau berkuasa kelak, niscaya engkau cenderung untuk menjadi tamak dan serakah”.

Raja itu bertanya lagi, “Adakah cara untuk dapat menutup alas mangkuk itu?”

“Tentunya ada baginda, yaitu rasa syukur terhadap segala sesuatu yang telah kau miliki. Jika engkau pandai bersyukur, Itu akan menambah nikmat padamu,” ucap sang pengemis itu, sambil ia berjalan kemudian menghilang meninggalkan sang raja yang jatuh miskin.

***

The Lecture Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang