09

1.8K 367 51
                                    

"Bu Sana udah nikah belum ya? Cantik anjing, pengen gue lamar." Celetuk Banu yang ambil tempat duduk berseberangan dengan Jimin. Di sisi kanan Jimin, ada Pradipta. Mark duduk di ujung, sementara Jackson di sisi kanan Banu.

Mereka semua anak Fakultas Teknik, berbeda jurusan. Dekat karena sering berinteraksi dari awal masa ospek. Ditambah Jeka, satu-satunya yang berbeda fakultas, dari Fakultas Seni, teman SMA Dipta dan sepupu jauh Jackson.

"Uang gedung dari nyokap aja lo korupsi buat foya-foya, gimana mau ngidupin Bu Sana?" Sahut Mark.

"Otak lo majuin, gigi doang perasaan." Ejek Jackson, mengundang riuh tawa yang lain, dan acungan jari tengah dari Banu.

Jimin, "Lagian gak ngeh lo? Bu Sana aja ngeliatin Dipta mulu di kelas."

"Ya kalau ngeliatin Banu sih, berarti mata Bu Sana ketutupan belek." Jackson lagi, dan segala tingkah usilnya.

"Lo kalau ada dendam sama gue, mending gambreng aja sama gue ayo! Rese bener bangsat." Umpat Banu, yang lagi-lagi ditanggapi dengan tawa.

Keriuhan mereka tak berlangsung lama, berangsur mereda sewaktu kehadiran Jeka yang membawa Archilla nyatanya lebih seru untuk di simak.

"Mana? Katanya lo mau bagi gue filmnya Upin Ipin - Hantu Durian Runtuh?" Tagih Jeka kepada Jimin.

Mendengar itu, Jimin menyodorkan flashdisk dan OTG ke arah Jeka, yang disambut ceringan lucu oleh si penerima.

Di sisi lain, Archilla anteng di samping Jeka, tak menyadari beberapa pasang mata yang menelisiknya penuh keingintahuan. Namun, ada satu atmosfer dingin yang lantas menuntutnya untuk mencari tahu dari mana hawa itu berasal.

Mata bulatnya mendongak perlahan, kemudian geraknya dibuat macet, saat menemukan Pradipta yang duduk bersandar nyaman pada punggung kursi, sepasang kelamnya tertutup rambut yang memanjang, tetapi pemuda itu jelas tengah menatapnya terang-terangan.

Secepatnya Archilla beralih, memilih agar matanya menangkap hal lain, asal bukan netra kelam pria ini. Sungguh, Archilla merasa canggung dan bingung sebab kejadian tempo hari.

Satu pemuda, yang Archilla tahu bernama Jimin, tersenyum manis  ketika pandangan keduanya menyapa. Sang gadis membalas seadanya, tak kenal, tak mau juga di cap tebar pesona. Karena tujuannya hanyalah Pradipta.

Dan seberusaha apapun Archilla menghindar, dia masih mendapati Pradipta yang seolah tak bosan meniti tiap postur wajahnya.

Dia itu kenapa sih?!

Geram. Archilla kali ini menunduk, merogoh smartphone di dalam tas, guna mengirim pesan ada kekasih orang, agar mengontrol diri.

jangan lihatin gue terus!, 14.17

Seolah paham, Dipta langsung tertarik pada bunyi notifikasi yang masuk. Membacanya, diiringi seringai tipis pada paras rupawannya.

enggak, 14.17

gue lihatin jennie, 14.17

dia pas di belakang lo, 14.17

Archilla menghela napas pelan, menengok ke belakang dan benar-benar menemukan Jennie bersama kawannya. Tapi Tuhan, pemuda ini sangat jelas melakukan kontak mata dengan Archilla tadi.

Entah siapa yang berbohong, siapa yang terlalu percaya diri. Archilla merasa kesal sekali.

fuck you, 14.18

Pradipta tertawa kecil membaca pesan terbaru, kembali dia menatap Archilla, dan gadis itu kini menarik-narik lengan panjang dari flanel yang dikenakan Jeka.

I love your boyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang