Elen terbangun dan langsung buru-buru memasuki kamar mandinya. Disaat yang bersamaan ibunya membuka pintu kamar gadis itu, hendak membangunkannya.
Ia menahan pintu kamar mandinya sesaat untuk menyapa sang ibu,
"Maaf, Maa.. Aku buru-buruu" ucap Elen dan segera kembali menutup pintu kamar mandi.
"Bagus, itu harus Elen.. Oldie udah mau pergi tuh" gadis itu hanya menyikat giginya cepat-cepat, sembari menggerakkan tubuhnya sesuai dengan alunan musik yang terngiang didalam pikirannya.
'Suka-sukanya mau pergi deluan atau nggk.. Gue bisa lari, atau nggk ya pake sepedalah, lalalalaa..' batinnya mengoceh sembari bergegas mandi.
Berpindah sisi ke lantai bawah, dimana keluarga Elen lainnya tengah berkumpul.
"Elen buruan!!" teriakan Oldie memenuhi ruang tengah.
"Sabar bang.. Dia baru mandi" kata ibu mereka. Oldie menghela jengah sembari bersandar di sofa.
"Sudah sudah.. Cepat makan.. Elen bisa makan di jalan nanti.. Ma, ayo, kita langsung ke warung" kata sang ayah yang asik duduk di meja makan sembari melahap roti peneman minum kopinya.
Tak lama Elen turun sembari membawa ransel untuk kegiatan kamping sekolahnya.
"Die-Die-Die!! Nih nihh.. Tolong bawain yah.. Aing mau mutar selang duluu.. Airnya tumpahh" riweh gadis itu yang langsung melempar ranselnya ke badan sang kakak dan berlari ke area belakang rumah.
"Maa.. Lihat, nggk sopan banget kann!" kesalnya mengadu. Sang ibu hanya menghela pasrah sembari memakan kuenya. Setelah menarik selang pengisi tangki kecil, Elen langsung kembali ke meja.
"C'mone, c'mon, c'mon.. Oldiee.. Ayo makan buruan ihh.. Lihat mah, dia nggk mau nurutt" ocehnya yang membuat sang ayah terkekeh. Oldie menatapnya sengit dan berlagak ingin bermain tinju dengannya. Elen menunjukkan raut remehnya dan ikut berlagak mengadu tinju dengan kakaknya itu.
"Cepat makan" kata ibu mereka yang langsung membuat keduanya berdiam dan segera duduk di meja makan. Sesaat ibunya bertanya,
"Gimana? Kamu masih nggk mau peduliin nilai kamu, Len?" gadis itu hanya diam.
"I don't know.. Don't care too" lirihnya yang memilih memasukkan sarapannya ke dalam kotak bekal.
"Ayo, bang.. Gue telat" lirihnya lalu segera mencium tangan kedua orang tuanya, lalu pergi. Oldie langsung ikut berpamitan dan menyusulnya.
"Lihat.. Dia nggk akan berguna kalau nilainya terus jelek.. Peringkat 28? Hah.. Mau jadi apa? Bisa masuk kampus emang?" kesal ibunya yang sangat jengkel. Ayahnya hanya bisa diam, ia bersyukur Elen tak mendengarkan itu, kalau tidak gadis itu hanya akan kembali kehilangan harapan.
-
Tak lama, Elen tiba di sekolah.
"Babayye" pamitnya pada Oldie dan segera turun dari mobil.
"Hati-hati.." ia menganggukinya dan segera menghampiri seorang gadis yang hendak memasuki pagar.
"Sileyn.." sapanya yang langsung merangkul bahu sahabatnya itu. Sileyn jelas terkejut dan langsung menepuk bahu kirinya.
"Ngagetin anjayy" kesal Sileyn yang ia balas kekehan. Tak lama, terdengar sapaan lain,
"Morningg allll!!" sapaan gadis yang tengah berjalan menuju ke arah Elen juga Sileyn.
"Hy, Deyla.." balas keduanya sambil melambaikan tangan. Deyla langsung menggandeng lengan kanan Elen dan ketiganya berjalan menuju ke arah teman-teman mereka yang lain. Tepatnya lapangan sekolah.
Sudah terdapat puluhan bus yang akan membawa mereka ke tempat kamping.
"Hyy.." sapa Cilia juga Aola pada ketiganya. Ketiga teman mereka yang tak jauhpun ikut menoleh, salah satu dari mereka menunjuk ke arah Deyla dan satu lagi mengangkat tangannya sembari menatap Elen.
Namun gadis itu tak menyadarinya karena ya, dia rabun jauh :') skipped.
Elen tak menyadarinya, tapi ia tetap tersenyum pada teman yang mengangkat tangannya itu.
"BAIK SEMUANYAA.. LANGSUNG KE BUS YAHHH!!"
Seruan salah satu anggota OSIS membuat para siswa dan siswi lainnya segera masuk ke dalam bus yang telah disediakan. Mereka pun langsung menuju bus-bus tersebut.
"Gue duduk sama Deyla pokoknya" ucap Sileyn.
"So, gue?" kata Elen yang membuat kedua temannya itu terkikik dan tetap meninggalkannya. Ia hanya terkekeh dan duduk di bangku yang berada belakang keduanya. Ia melihat teman yang menatapnya tadi.
Sesaat mereka saling menatap dan tersenyum satu sama lain.
"Lo bisa duduk disini, Alzhen" jelasnya yang segera membuat pemuda itu mengisi bangkunya saat orang lain ingin menempatinya.
"Orang sebelah udah nyuruh gue disini" kata Alzhen pada pemuda yang hampir mengambil kursinya itu, yang jelas membuat pemuda itu mengernyit dan menggeleng heran, lalu melangkah pergi. Elen terkikik sembari mengeluarkan cemilannya.
Sesaat ia menghela, teringat akan perkataan ibunya. Ya, bagaimana caranya menyelamatkan nilainya? Sedangkan ia ada di peringkat 28. Meski ipnya sebesar 84, sekian..itu cukup mengerikan. Masih banyak yang nilainya lebih tinggi. Itu membuatnya sangat kepikiran,
Usahanya selama ini jelas terasa sia-sia. Sangat sulit membahagiakan sang ibu, dengan usahanya yang hanya seperti ini. Ia berusaha bertahan selama ini sampai merasa akan muntah.
Ia menyandarkan lengannya sembari menatap keluar jendela.
"Hey.." ia menoleh ke temannya. Alzhen nampak mengeluarkan sebuah kalung.
"Ini punya lo, kan? Nih.." Elen tersenyum. Kalung ini pemberian kakak juga kakak iparnya, katanya keponakannya sendiri yang memilihkannya.
Seingatnya, Oldie sering menyembunyikan benda ini karena ia iseng dan berkata, jika ia muak melihat benda ini selalu berada dilehernya sepanjang waktu. Sedangkan ibunya pasti menemukannya dan ayahnya yang mengembalikannya.
"Hoo.. Aku jadi kangen mereka.. Haha, padahal tadi baru aja ketemu" kikiknya lirih yang juga membuat Alzhen tersenyum.
"Dapat dimana?" tanyanya pada Alzhen.
"Kan, lo yang minjamin ke Sileyn sama Deyla.. Malah dimainin sama si Cilia, Aola, Riko, Podo, Eros, ya gue juga sih.. Hehe.. Yah, akhirnya gue yang balikin ke lo" keduanya terkekeh, wajar teman-temannya memang sering iseng.
"Wah.. Udah jalann" heboh Cilia yang ada di bangku sebelah mereka berdua. Elen dan Alzhen ikut tersenyum senang.
Awalnya, perjalanan mereka begitu sepi dan hening. Hingga akhirnya.
"Ada yang mau nyanyi??" tanya Fedeon selaku anggota club musik sekolah mereka. Ardeon mengeluarkan kameranya.
"I'm ready all" ucapnya yang siap memvidiokan dan memfoto mereka semua, yang membuat seisi bus mulai riuh.
"Wuuuuuu"
"Uuuuu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fantasy World : Change
FantasySesuatu yang tiba-tiba merubah dan menghancurkan kehidupan normal para manusia dalam sekejap. Tak ada yang mati, hanya saja..berubah. Para manusia menghilang, berpindah-pindah dan tersebar ke tempat yang sama namun terasa begitu asing diseluruh du...