000. BARREL

392 37 20
                                    

Pada dasarnya, Yoongi adalah orang yang—menurut Hoseok—pesimis. Sering curiga, sering mengantisipasi yang terburuk sebelum sesuatu terjadi. Seorang overthinker yang sangking banyaknya berpikir sampai seakan-akan menyetir dirinya sendiri ke ujung tanduk paranoia.

Yoongi sendiri lebih suka menganggap bahwa dirinya hanyalah seseorang yang hati-hati.

Dari pengalaman, Yoongi belajar bahwa hal yang baik seringkali diikuti dengan hal yang buruk. Semacam hukum alam. Tidak sedikit orang yang merasa nyaman dan terseret arus kebahagiaan tanpa mengantisipasi akan adanya hal buruk yang menghadang. Itu hal yang bodoh dan berbahaya. Pada akhirnya, mereka terluka karena dibutakan kebahagiaan.

Yoongi tidak mau menjadi salah satu dari orang-orang macam itu.

Karena itu, meski ia merasa sedikit berdosa mengakuinya, bukan sebuah keterkejutan bahwa Min Yoongi, sang pesimis, tidak jarang menaruh curiga pada Kim Taehyung. Pacarnya sendiri. Pasalnya, Taehyung adalah seseorang yang terlalu sempurna tanpa cela—too good to be true. Pria itu tidak hanya tampan dan tinggi, namun penyayang dan perhatian, sosok pria idaman yang Yoongi kira hanya ada, tertulis dalam buku-buku romansa. 

Memang benar adanya kata orang bahwa percaya adalah kunci dalam sebuah hubungan, namun pesimisme dalam diri Yoongi tidak bisa tidak mempertanyakan kesempurnaan Taehyung. Ia tidak bisa mengesampingkan anggapan bahwa merupakan sebuah anomali bagi seseorang sesempurna Taehyung untuk menginginkan seseorang yang biasa-biasa saja sepertinya.

Karena itu, meski tidak semestinya, Yoongi menunggu, mengantisipasi—

Saat dimana topeng kesempurnaan Taehyung jatuh dan pecah menjadi berkeping-keping, dan salah satu kepingan dari kebohongan itu menoreh dirinya hingga berdarah.

Saat Taehyung akan menoleh ke arah seseorang yang jauh lebih baik darinya, atau saat cinta Taehyung padanya akan pudar. Atau mungkin, saat sifat mereka yang berlari paralel satu sama lain akan melebur dan hancur.

Yoongi menunggu sebuah kolisi. Menunggu saat dimana matanya akan suatu hari menyadari retak dari kesempurnaan Taehyung yang akan membawa hubungan mereka ke sebuah akhir.

Bukannya ia tidak mencintai kekasihnya. Sumpah. Justru mungkin ia mencintai kekasihnya itu sedikit terlalu banyak, dan ada kalanya mencintai seseorang itu setara dengan memberikannya kemampuan untuk menghancurkanmu, dan, sekali lagi, Yoongi tidak mau menjadi salah satu dari orang-orang yang terluka karena dibutakan kebahagiaan, sedangkan Taehyung telah memberinya sangat banyak kebahagiaan sampai Yoongi takut—karena kebahagiaan yang sebegitu besarnya pasti akan diikuti kesedihan yang setimpal.

Dan ia benar. Dan juga amat, teramat salah.

Karena Taehyung tidak berhenti mencintai Yoongi atau berpaling ke orang lain. Karena meski mereka berselisih pendapat, Taehyung akan selalu kembali ke rengkuhan Yoongi dan mereka selalu menemukan cara untuk berbaikan pada akhirnya. 

Karena Taehyung, dengan senyumannya dan caranya mencintai Yoongi, berhasil meyakinkan pria pesimis itu bahwa mungkin, mungkin, hubungan mereka dapat menjadi sebuah pengecualian dari hukum alam yang menyatakan bahwa semua kebahagiaan akan diikuti sengsara yang setara.

Karena Taehyung benar melukainya, dan memang benar datang sebuah waktu dimana ia pulang dengan tatapan hampa di matanya, bergetar meski ia tak menangis selagi Hoseok memeluknya dengan empatis meski ada tanda tanya di wajahnya.

Namun, semua hal itu terjadi bukan karena alasan-alasan yang ia duga.

Kim Taehyung bukan pria sempurna. Sebaliknya, satu cela yang ia miliki adalah sesuatu yang tak dapat Yoongi toleransi.

Karena nyatanya, dari semua kemungkinan terburuk yang telah ia susuri, Yoongi tidak pernah dan tidak berhasil memprediksi bahwa satu cela yang dimiliki Kim Taehyung, pria sempurna dan pacar Min Yoongi, adalah bahwa ia merupakan putra tunggal sekaligus pewaris dari Red Bullet, geng mafia terbesar di Korea Selatan.

TWO LIES & A TRUTH 、taegiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang