002. MAGAZINE

284 37 65
                                    

[ 𝙳𝚄𝙰 𝚃𝙰𝙷𝚄𝙽 𝚈𝙰𝙽𝙶 𝙻𝙰𝙻𝚄 ]

"Kenapa?"

Jung Hoseok, teman terbaik sekaligus teman sekamar asramanya selama dua tahun terakhir dan seorang yang lebih perseptif daripada orang rata-rata. Ia bahkan tidak melihat ke arah Yoongi lebih daripada beberapa detik, namun beberapa detik nampaknya cukup bagi Hoseok untuk membaca raut wajah Yoongi.

Yoongi menghela nafas sembari mengekstrak dirinya dari hoodie-nya yang kebesaran. "Hobi, biasa lo ngapain kalo ada yang nembak lo?"

"Lo ditembak hari ini?"

Yoongi ingin menghilang saja saat ini. Harusnya ia yang paling tahu bahwa Hoseok paling anti basa-basi. "Iya," akunya.

Hoseok mendecak kagum. "Lumayan banyak, tau, orang yang seneng sama lo. Tapi pada gaada nyali nembak. Akhirnya ada juga yang berani," ucapnya enteng. Ia masih tidak menatap Yoongi, lebih memilih menatap layar ponselnya selagi satu tangannya meraih kaleng Sprite di sampingnya dan menyesapnya. "Siapa?"

"Kim Taehyung."

Hoseok menyemburkan Sprite-nya.

"Gitu aja baru gue diperhatiin," ledek Yoongi. Tetap saja, melihat keadaan temannya itu, ia bergerak menuju dapur, mengambil gelas dari rak dan mengisinya.

"Yah, habisnya? Kim Taehyung?" ucap Hoseok, disela-sela batuknya. "Gua aja nggak tau kalian deket."

"Memang enggak," tolak Yoongi, menghiraukan 'anjing keluar lewat idung, sakit banget bangsat' keluhan Hoseok. "Baru kali ini kita ngobrol, dan salah satu dari deretan kalimat pertama yang dia ucapin langsung gitu."

Yoongi menyodorkan gelas kepada temannya, menghempaskan badannya yang letih di kasur Hoseok, yang terlalu sibuk terbatuk-batuk untuk memarahi Yoongi yang telah 'menistai' kasurnya yang bersih dengan berbaring menggunakan baju kotor.

"Gitu gimana?"

"'Jadilah pacarku, Kak,'" ulang Yoongi. Wajahnya memanas, sebelum akhirnya ia memalingkan wajahnya dari Hoseok. "Gitu."

"Shit. That's kinda smooth. Hampir gue kesedek lagi," balas Hoseok, dengan mata membulat. "Terus?"

"Dia minta gue nggak ngasih jawaban sekarang. Dia bilang gua harus siap-siap, soalnya mulai saat ini dia mau mulai ngejer gue."

Dan dia ngebolehin gue lari kalo dia ngejer. Nantangin gue lari, malah.

And fuck do I feel like a prey under his gaze.

"Edan. Berani banget. Mana sama kakak kelas," ucap Hoseok dengan tawa renyah. Ia menggelengkan kepala. "Semua orang yang mau nembak lo udah kalah telak, kalo kata gue. Gue kalo ditembak gitu bakal susah banget gue lupain." Hoseok memutar tubuhnya dan memangku kepalanya di tangan. Ponselnya kini ia tinggalkan di laci sebelah kasurnya, tanda cerita Yoongi sukses mengunci ketertarikannya. "Terus gimana?"

"Ya nggak gimana-gimana," jawab Yoongi, sebelum menggelamkan kepalanya di salah satu dari sekian banyak boneka di kasur Hoseok. "Gue terpaksa tetep duduk anteng sebelah dia sepanjang kelas, tapi untungnya kita nggak ngomong lagi habis itu. Dianya juga nggak bawa-bawa lagi selama kelas. Terus gue langsung keluar begitu kelas selesai."

"Lu lari dari dia."

Spot on. Tapi, toh, bukannya Kim Taehyung yang memperbolehkannya untuk berlari?

"Gue laper. Dari pagi belom sarapan," elak Yoongi. "Sekarang jawab gue, biasa lo ngapain kalo ada yang nembak lo?"

"Tergantung. Gue sendiri punya prinsip nggak apa-apa ngasih orang kesempatan dulu, asalkan dianya nggak ngelewatin batas atau maksa gue untuk suka dia balik. Kalo gue merasa kita cocok, ya gue jalanin. Kalo enggak, gue tolak dengan halus. Kadang, ada saatnya juga gue minta mereka berhenti," jawab Hoseok. "Nah, lo-nya gimana?"

TWO LIES & A TRUTH 、taegiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang