Renjun membuka matanya perlahan.
Kepalanya terasa sangat sakit.
Jeno membantunya bangun.
"Apa kepalamu masih sakit?"
Renjun menggeleng.
"Minumlah" Jeno menyodorkan air mineral kepada Renjun.
Renjun masih belum mempercayai apa yang telah ia lihat.
"Chaeryeong.. meninggal.. karena aku..?"
"Renjun" Jeno menyentuh pundaknya pelan, ia khawatir saat Renjun tiba-tiba melamun.
Chenle dan Junkyu yang berada disana hanya diam tidak tahu harus apa.
"Siapa dia? Kenapa dia sok akrab dengan Renjun?" Chenle menatap Jeno sinis. Jujur, ia sangat heran dan kesal kepada Jeno. Jeno sangat posesif bahkan ia tidak membolehkan Chenle menyentuh Renjun.
Bagaimana mungkin? Temannya pingsan dan dia hanya diam?
Chenle sangat kesal akan hal itu.
Junkyu juga memikirkan hal yang sama.
Renjun masih terlihat terkejut.
Jeno berusaha untuk menenangkannya dengan mengusap-usap punggung nya.
~~
Renjun duduk dengan tatapan kosong.
Jaemin yang memperhatikan nya dari belakang tampak khawatir. Ia hendak menanyakan keadaan Renjun, tapi Renjun tiba-tiba berdiri dan meminta izin kepada guru untuk pergi ke toilet.
Renjun segera bergegas, ia tampak membasuh mukanya.
Ia merasa sangat bersalah akan semua yang terjadi.
Seandainya Renjun menepati janjinya. Ryujin pasti tidak akan berbuat nekat dan membuat Chaeryeong tertekan sehingga mengakhiri hidupnya.
Renjun terisak.
Dadanya terasa sangat sesak.
Saat ia keluar dari kamar mandi Ryujin, Lia dan Yuna sudah menunggunya disana.
Mereka menyeret Renjun ke balkon.
"Lihat..? Ini adalah tempat dia mati" ujar Ryujin sambil menatap Renjun sinis.
Tangan Renjun bergetar, ia semakin merasa bersalah kepada Chaeryeong.
"Kau harus menebus kesalahanmu" ucap Ryujin.
"Asal kau tahu, dia menaruh banyak harapan kepadamu" lanjutnya membuat Renjun lemas seketika.
"Dan kau mengingkari semuanya.."
Renjun terduduk, menatap kosong ke arah depan.
"Pikirkan semuanya.." setelah itu Ryujin berjalan meninggalkan Renjun yang masih diam ditempat.
"Apa ini tidak terlalu berlebihan?" Tanya Yuna membuat Lia mengangguk.
"Bukankah kita terlalu menekannya? Bagaimana jika mentalnya terganggu karena ini?" Lanjut Lia yang merasa bahwa Ryujin sedikit berlebihan.
"Itulah tujuanku. Aku ingin menekan mentalnya agar ia segera pergi dari hadapanku" balas Ryujin.
Yuna menatap Lia, sementara yang ditatap hanya mengangkat bahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Husband for One Baby [END]
Fanfiction"Renjun, ayo kita jalan-jalan" "Tidak! Lebih baik kita ke toko buku saja" "Hey jangan membuat Renjun menjadi kutu buku sepertimu" "Ayo kita belajar memasak" "Tidak, lebih baik kita bermain game saja" "Renjun ayo kita pergi ke konser" "Hey diam, dia...