Hari Ke Dua

109 37 1
                                    

Besok adalah hari pernikahan Jeanne. Dan hari ini, Kaluna beserta sahabatnya berkumpul untuk briefing dengan WO terkait acara besok. Jangan sampai peranan mereka sebagai bridesmaid justru mengacaukan acara.

Sesudah selesai dengan persiapan acara Jeanne, keempatnya menyempatkan waktu untuk makan siang dan mengobrol.

"Awet juga ya kita temenan dari SMP," ucap Irish. "Sampai ada yang nikah,"

Yang lain mengangguk setuju.

"Siapa, nih, yang mau nyusul?" tanya Felicia tengil. "Naina kayanya,"

Si pemilik nama menggeleng. "Paling cepet dua tahun lagi," jawab Naina. "Lu dulu anjir Fel,"

"Nyusul karo sopo," seru Felicia. "Itu sungguhan ta Gavin nggak boleh nikah dulu?"

"Iya. Tapi dia udah pasrah, sih. Misal gue tiba-tiba dilamar orang lain ya udah, nggak apa-apa," ucap Naina.

"Yo opo mosok gitu?" ujar Kaluna tidak habis pikir.

"Gak ono daya juang e to pacarmu," respon Irish. "Tapi emang kamu ada tanda-tanda mau dilamar yang lain?"

Naina terbahak. "Itu dia, ada tau Rish,"

"Sungguhan?" tanya Felicia. "Siapa? Wong sugih gak?"

"Biasa, sih. Nggak sesugih Gavin," jawab Naina.

"Ya udah, gak usah. Tunggu Gavin aja," ucap Felicia. "Tapi kon keburu pingin rabi gak?"

Naina menggeleng. "Kagak, lah. Mending gue kerja dulu sampai stabil. Syukur-syukur bisa beli rumah dulu,"

"Mau beli rumah di sini? Apa di Jakarta?" tanya Kaluna.

"Berhubung nggak ada tanda-tanda gue pindah ke sini lagi, jadi kemungkinan besar mau cari di sana. Tapi ya pasti di pinggiran, sih. Nggak bakal sanggup beli di pusat," ujar Naina. "Lo mau balik ke sini nggak, Lun?"

Kaluna mengedikkan bahu. "Baliknya, sih, mau. Tapi liat-liat duitnya juga," jawabnya jujur. "Gue nyaman juga, sih, di sana,"

"Idih idih, anak ibu kota," ujar Felicia. "Mbok balik Jogja to, biar kita sering ngumpul,"

"Kon ae ndek Surabaya, ngapain suruh-suruh balik Jogja," omel Irish. "Tapi kita kebawa logat tempat kerja ya, bu,"

Yang lain terkekeh.

"Tapi kalau ketemu orang sini langsung balik lagi, sih, ngomongnya," ujar Kaluna. "Kalian libur berapa lama jadinya?"

"Sampai Selasa aja, nih, bu. Kerjaannya nggak mau pisah lama-lama," jawab Felicia. "Itu udah lumayan juga, sih,"

"Sama, aku juga cuma sampai Selasa," ucap Irish. "Selasa sore udah balik udah balik ke Semarang,"

"Aku Rabu pagi balik Jakarta," ujar Naina. "Paling Kamis masih minta WFH,"

"Kamu berapa hari, Lun?"

Kaluna terkekeh. "Dua minggu,"

"Kok isooo?"

Seru teman-temannya tidak terima.

"Cutinya seminggu, terus seminggunya aku minta WFH," jawab Kaluna, puas melihat ekspresi iri teman-temannya. "Aku dari awal tahun kemarin belum cuti sama sekali, jadi boleh-boleh aja,"

"Enak pol," ujar Felicia. "Tapi berarti udah nggak bisa cuti lagi?"

Kaluna mengangguk. "Emang tak abisin, soalnya akhir tahun gak bakal iso cuti. Udah banyak deadline,"

"Ooh, pulang lagi ke sini tahun depan?"

"Yap, sekitaran itu," jawab Kaluna. "Kecuali ada mukjizat tiba-tiba dinas ke Jogja,"

Empat Belas HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang