"Lebih baik Appa kehilangan perusahaan asal kau mau makan, Nak."
[Peter Ling]Setengah jam lalu, Appa mendarat di Bandara Incheon dan saat ini Pak Jang sedang menjemputnya. Bagiku, Incheon ke Seoul cukup dekat dan aku tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Namun, hari ini aku benar-benar cemas. Dalam beberapa waktu ke depan, aku akan bertemu dengan pimpinan Star Group yang baru saja meninggalkan Beijing sebelum rapat dimulai hanya karena anak bungsunya mogok makan.
Jaehyun Hyung masih mengomel sampai telingaku pengang. Dia menjelaskan seberapa banyak kerugian yang harus ditanggung perusahaan karena sikapku yang kekanakan. Pun dengan menyebut-nyebut Paman Park David yang pasti akan menertawakan ayah kami.
Appa dan Paman Park bersahabat sejak mereka masih remaja. Mereka sering bekerja sama karena memiliki pekerjaan di bidang serupa. Paman Park memiliki sebuah aliansi perhotelan yang terkenal, dan kali ini Star Group ikut ambil bagian untuk proyek di Beijing. Maka dari itu, Appa memang harus datang ke Beijing langsung untuk menemui sahabatnya itu. Rapat belum sempat dimulai ketika aku mendeklarasikan tidak akan makan sebelum Appa pulang.
Ini pertama kalinya aku mogok makan lebih dari lima jam. Sebelumnya aku pernah merajuk karena tidak diizinkan pergi ke Hawaii bersama teman-temanku, tetapi setelahnya aku makan dengan lahap karena mendapat izin, dengan catatan pergi juga bersama Appa. Makanan terakhir yang dicerna oleh tubuhku adalah sarapan kemarin. Hingga hampir mendekati makan siang hari ini, aku belum mengonsumsi apa pun lagi. Artinya, aku sudah mogok makan selama dua hari.
"Aku harus ke kantor," kata Jaehyun Hyung pada Jongin dan Mingyu. Dua temanku itu menyusul ke sini untuk ikut membujuk, tetapi berakhir kesal karena yang kuinginkan bukan mereka. Jaehyun Hyung kemudian menatapku tajam. "Tahu kalau kau akan berulah seperti ini, lebih baik kusetujui saja saat kau minta tinggal dengan Umma."
"Hyung!"
Bukan aku yang menegur kakakku, tetapi kedua sahabatku.
Jaehyun Hyung mengerutkan dahi. "Biar saja! Dia sudah disayang saja tidak paham dan malah menyusahkan banyak orang. Biar saja dia tinggal bersama ibunya dan merasakan sendiri—"
"Zhaixuan."
Kami berempat terhenyak ketika mendengar suara rendah itu. Mataku seketika melebar.
"Bukan seperti itu caranya membujuk adikmu." Appa tersenyum lembut menatap putra sulungnya. "Tidak usah ke kantor. Istirahatlah di rumah."
"Aku harus menyelesaikan pekerjaan dulu."
"Pulang."
Kakakku menghela napas, lalu mengangguk patuh. "Aku akan datang nanti malam," ujarnya.
Appa memeluk kakakku sebentar dengan kecupan manis yang juga kuinginkan. Setelah Jaehyun Hyung keluar, langkahnya mendekat dan kedua temanku sontak membungkukkan badan. "Terima kasih sudah menemani bayi ini," kata Appa sembari melirikku.
KAMU SEDANG MEMBACA
On Me [OSH] | TAMAT
FanfictionSeseorang menjebak Ling Sehun dengan kasus kepemilikan ganja. Atas kesalahan itu, Sehun mendapat hukuman dari ayahnya untuk melakukan pekerjaan sosial dan menyelesaikan seratus misi kebaikan dalam satu tahun. Si bungsu manja yang tidak bisa apa-apa...