Wajah Mayra terlihat sangat muram setelah bertemu dengan tamu yang dimaksud oleh sang bunda. Dalam hati kecilnya, ia merasa sangat jengkel.
"Hmm mukanya ditekuk gitu kenapa?"
"Gak apa-apa bunda."
"Jangan ditekuk gitu ah mukanya, nanti anak ayah kelihatan cepat tua." Ujar ayah membuat Mayra semakin jengkel.
"Ih ayah."
"Memangnya tadi Zulfar ngomong apa kok sampai kamu terlihat kesal begitu?"
Mayra menghela nafas berat. "Masa dia ngajak nikah aku sih kaya mainan aja nikah dibuat-buat."
Kedua orang tuanya pun terkejut mendengar cerita putrinya, mereka saling berpandang satu sama yang lain.
"Palingan juga cuma bercanda kali May." Sahut ayahnya.
Mayra terduduk dikursi depan televisi, tangannya sibuk mengetik pada telepon genggamnya. Wajah gadis itu terlihat suram akibat perkataan yang diucapkan oleh Zulfar, teman sekolahnya. Namun ia tak terlalu mengambil pusing urusan itu, mungkin Zulfar hanya bercanda namun dirinya lah yang terlalu menganggap itu serius.
"Nduk, anakku cah ayu. Kowe bar iki arep nerusake kuliah ning endi toh, nduk?" Tanya Siti – bunda Mayra yang masih kental dengan bahasa jawa nya itu.
"Disini-sini aja biar bisa jaga ayah sama bunda, kalo aku kuliah jauh-jauh nanti yang rawat kalian siapa?"
"Ya terserah."
Hening. Semuanya pergi mengambil wudhu untuk melaksanakan sholat isya' berjamaah. Selesainya mereka melaksanakan ibadah mereka semua masuk ke dalam kamar masing-masing.
Mayra membaca Al-Qur'an tiba-tiba saja ia mengingat bahwa besok ia mempunyai janji untuk mengantarkan Tiara membeli koper. Sahabatnya itu memutuskan untuk meneruskan kuliah di Yaman sekaligus menyusul kakaknya, sebenarnya Mayra juga ingin kuliah disana tapi nanti siapa yang akan menemani ibu dan ayahnya disini. Gadis itu kembali melanjutkan membaca ayat suci Al-Qur'an hingga selesai.
🌞🌞🌞
"What?! Kamu beneran diajak nikah sama Zulfar?!" Pekik Tiara.
"Ih jangan teriak-teriak gitu nanti kalo yang lain denger gimana?"
Tiara mencebikkan bibirnya mengejek. Gadis itu menoel-noel pipi sahabatnya.
"Seorang Zulfariq Abu Nawas cowok yang jarang banget ngomong tiba-tiba ngajak nikah seorang Humayra At-Tsaniya, woww amazing!"
Mayra menggidikkan bahunya acuh ia tak mau lagi membahas hal yang tak mengenakkan hatinya.
Guru mata pelajaran telah datang dan waktu berlalu silih berganti hingga akhirnya waktu belajar telah selesai. Dengan segera Humayra dan Tiara berkemas. Mereka pergi ke suatu mall di daerah pondok indah untuk mencari koper dengan mengendarai motor.
Saat ini Tiara dibingungkan oleh kedua pilihannya. Dua koper yang tengah dipegangnya yang kiri berwarna hijau dan yang kanan berwarna merah. Gadis itu dibuat bingung bukan main.
"Ayo dong May ini aku ngajak kamu buat bantu pilihin warna yang bagus."
"Yang hijau itu bagus Ti udah dibilang dari tadi juga." Cibir Humayra.
"Tapi itu sebelah kiri."
Humayra menghela nafas. "Ya udah ini tuker tempat deh."
Ia menukar tempat koper itu menjadi berada disebelah kanan, jalan kebenaran katanya.
"Tapi kaya nya bagus yang merah May."
Seorang karyawan toko yang melihat kita kebingungan memilih warna koper akhirnya bertanya. "Ada yang bisa dibantu kak?"
"Merah sama hijau bagus yang mana mbak?"
"Bagus semua sih kak." Jawab karyawan itu.
"Kalo warna merah itu mbak warna kesukaan aku nah kalo hijau warna kesukaan nabi Muhammad." Tiara semakin dibuat bingung olehnya.
"Bingung ya? Sholat isthikarah dulu deh daripada bingung." Usul Humayra.
"Emang harus istikharah juga ya?"
"Iya kali Ti."
"Ah engga ah masa beli koper gini doang harus istikharah, udah mbak saya beli semua deh daripada bingung." Ujar Tiara memutuskan untuk membeli kedua koper itu.
"Baik kak silahkan pergi ke kasir untuk administrasinya."
"Banyak banget woi nanti bawa pulangnya gimana mana gede-gede lagi?" Ujar Humayra membuntuti Tiara dari belakang untuk pergi ke kasir.
"Totalnya jadi dua juta tiga ratus empat puluh lima ribu seratus rupiah kak."
Tiara mengeluarkan kartu debit miliknya sedangkan Humayra hanya menunggu dengan wajah bosannya.
🌞🌞🌞
Setelah melaksanakan sholat maghrib Humayra melihat ibunya tengah berdandan rapi memakai abaya hitam, dahi Humayra menyernyit tipis.
"Mashaallah cantik begini mau kemana sih bundaku?" Puji gadis itu sembari menari-nari menghampiri bundanya.
Siti yang melihat kelakuan putrinya pun terkekeh. "Mau ke kajian mau ikut May?"
"Pengennya ikut loh bun tapi tugas aku lagi banyak banget lain kali aja deh ya, gak apa-apa kan?" Ujar Humayra dengan wajah cemberutnya.
"Gak apa-apa lah tapi siapa tau nemu yang pas ya kan ya?"
"Ah bunda mah gitu."
"Hahaha ya sudah ya sudah bunda mau berangkat saja, ini sudah ditunggu ibu-ibu lainnya. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam hati-hati ya pujaan hatinya ayah."
Siti tertawa mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nazeem
Teen FictionBertemu denganmu adalah zina yang tak sengaja ku perbuat. Melihatmu untuk pertama kalinya dan berbicara bersamamu untuk pertama kalinya ialah dosa yang ku ciptakan secara tak sengaja. Pertemuan tak terduga dihari itu mampu membuatku merasakan hal a...