Panggil Aku Mama2

1 0 0
                                    

Judul : Panggil Aku Mama
Penulis: Adek Novian
Biodata Penulis:

______________________________________________

Cinta begitu aku dipanggil oleh sahabatku, dan aku adalah mama tiri dari Arsya. Setelah ibunya meninggal satu tahun yang lalu karena kecelakaan, Mas Budi yang merupakan ayah kandung arsya menikahiku. Saat ini Arsya sudah genap berusia lima tahun.

Sebenarnya aku tidak terlalu menyukai anak kecil. Apa lagi yang anak yang cerewet dan hiperaktif  layaknya anak kecil pada umumnya. Namun, yang sungguh aneh, Arsya yang begitu pendiam juga membuatku merasa tidak suka.

Arsya hanya akan menjawab jika ditanya. Lebih banyak diam, daripada  memainkan berbagai  mobil-mobilan yang telah dibeli ayahnya untuknya.

Aku paham, mungkin Arsya masih merasa kehilangan ibu kandungnya. Beradaptasi dengan lingkungan dan suasana yang baru, mungkin juga menjadi penyebab diamnya anak itu.

Namun, Aku tidak bisa terus membiarkannya seperti itu, kan?

Arsya masih berumur lima tahun, masih kecil, terus membiarkannya larut dalam kesedihan dan kehilangan juga tidak baik untuknya.

"Arsya," ujarku.

Arsya membalikkan badannya. Tangannya yang sebelumnya sibuk memainkan  mobile legend--salah satu dari game handphone kesukaannya yang diinstalkan oleh ayahnya--seketika diam begitu mendengar aku memanggilnya.

Bocah itu memusatkan perhatiaannya padaku, mengabaikan televisi yang hingga kini masih menyala menunjukan film kartun spongebob kesukaannya.

"Mau jalan-jalan sama Mama, tidak?"

"Emm?"

Arsya memiringkan kepalanya, tampak sedikit terkejut mendengar perkataan mama barunya.

"Mama berencana mengajak Arsya jalan-jalan ke jebun binatang. Arsya mau gak ke sana?" 

"Kebun binatang, ya? " Sahut Arsya.

Dulu, Arsya juga pernah meminta pada ibu kandungnya untuk mengajaknya liburan ke sana selepas mendengar cerita dari teman-temannya.

Mereka bilang, Arsya bisa melihat berbagai macam hewan di sana. Ada gajah, harimau, juga hewan berleher panjang yang seringkali Arsya lihat di layar televisi miliknya.

Ibunya juga sudah berjanji, beliau bilang akan mengajaknya ke sana begitu gajian nanti. Namun, yang terjadi justru ibunya lebih dulu pergi dan pergi meninggalkan Arsya sendiri.

"Arsya tidak mau, ya?"

Aku kembali bertanya, lantaran tak kunjung mendapat jawaban dari bocah kecil di sampingku.

"T-tidak, Arsya--" jawab bocah itu.

"Tidak mau? Yasudah--" kataku.

"Iiihh, bukan! Arsya mau, Tante!" potong Arsya, membuat aku menatapnya tak percaya.

Sungguh, aku terkejut sendiri melihat Arsya begitu antusias menanggapi perkataanku kali ini. Bocah itu terlihat begitu bersemangat, membuatku tersenyum bahagia kendati hingga kini anak itu enggan untuk memanggil diriku Mama.

"Baiklah. Sudah diputuskan, besok kita akan pergi ke kebun binatang!" seruku, lantas mengusak pelan surai hitam legam milik sang putra.

"Arsya senang?"

"Iya!"

Aku tertawa kecil, mendaratkan satu kecupan di pipi Arsya lantaran tak tahan melihat kegemasan anak ini.

***

Sesuai dengan janjinku malam tadi, pagi ini aku bangun lebih awal untuk menyiapkan semua keperluan Arsya yang akan ia bawa ke kebun binatang. Sebelumnya aku sudah meminta izin kepada Mas Budi yang lagi dinas ke luar kota untuk pergi membawa Arsya jalan-jalan ke kebun binatang.

The Lecture Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang