oneshot.

21 1 0
                                    

Pria jangkung itu menatap layar handphonenya dengan pasrah. Sekarang masih pukul 21.00, kopi yang dipesannya juga masih panas. Masih ada waktu untuk siap-siap bertemu dengan kekasihnya. Ia mengangguk, meyakinkan diri bahwa tidak akan ada yang terjadi dan semua akan baik-baik saja.

Netranya menangkap siluet lelaki manis yang berjalan pelan ke arahnya. Cahaya yang memantul di trotoar tak membuat keindahan itu sirna. Ia melambai pelan, memberi isyarat bahwa keberadaannya sudah ditunggu dari tadi.

"Aku tebak, kau sudah di sini sejak tadi, kan?"
"Seperti itulah. Aku tidak mau membuatmu menunggu."

Pipi tembam itu tersenyum bersamaan dengan kekehan yang terdengar dari pria di hadapannya. Tak kuat menahan gemas, tangannya tergerak mencubit pipi kesukaannya.

"Bagaimana kabarmu tiga bulan ini, Mix? Aku benar-benar menantikan hari ini, karena akhirnya kita bisa bertemu lagi. Astaga." Lawan bicaranya menggeleng melihat antusiasme pria jangkung itu.

"Banyak yang terjadi, Erd. Aku tidak tahu bahwa menjadi mahasiswa kedokteran akan sesibuk ini. Bahkan aku tidak ingat kapan terakhir kali aku mencuci jas laboratoriumku, hahahaha." Mix menyeruput teh yang masih terasa hangat setelah tertawa mengingat hal itu.

"Bagaimana Swiss? Kupikir di sana pasti seru dan super.. sibuk?" Pria di hadapannya berdeham untuk menahan gugup, tangan mereka tertaut di antara gelas minuman yang hangatnya perlahan menghilang.

"Aku minta maaf soal itu. Swiss tidak pernah gagal merebut perhatianku. Menjadi apoteker di sana membuatku lebih banyak berbincang dengan obat daripada dengan manusia. Hahaha. Aku selalu berdoa sebelum praktik, semoga rumah sakit yang akan kita bangun bersama bisa segera terwujudkan." Erd mengusap tangan prianya dengan lembut, lalu mengeratkan genggaman mereka seakan menaruh harapan besar di sana.

"Tentu, Swiss tidak pernah gagal merebutmu dari pelukanku. Aku kesepian di sini sampai lupa dengan tugasku sebagai calon dokter dan lupa dengan cita-cita kita soal rumah sakit itu."

"Mix... Aku tidak bermaksud untuk mengabaikan pesanmu. Kau tahu jadwalku di sini benar-benar penuh dan aku juga melakukan semua ini untuk kita."

"Aku paham. Pekerjaanmu lebih penting dari pesanku yang isinya hanya rengekan agar kau cepat pulang. Aku paham, Erd. Maka aku berhenti mengirimkan pesan sejak enam bulan yang lalu."

Erd menghela napas, seharusnya pembicaraan mereka tidak dimulai seperti ini, kan? Beberapa menit yang lalu Mix masih bisa terkekeh. Tidak seperti sekarang yang menatapnya penuh sangsi.

"Aku juga paham kau melakukan semuanya demi kita. Aku senang akan hal itu, Erd. Tapi, aku adalah aku. Aku adalah Mix yang manja dan sering merengek karena hal kecil. Aku tidak mau ditinggalkan meski sebentar karena aku bahkan tidak tahu cara merawat diriku sendiri. Erd—"

"Hei, Mix. Maafkan aku, sekarang aku di sini, oke? Aku tahu aku salah, tapi sekarang aku di sini, Mix. Tenang, oke?"

Erd mengusap lengan pria yang lebih muda. Ia tidak tahu bahwa kesibukannya membawa mereka pada pertengkaran kecil seperti ini.

"Aku akan datang ke rumahmu dua bulan lagi, aku akan meminta restu supaya kita bisa lebih terikat nantinya. Kali ini aku serius, Mix." Digenggamnya tangan Mix dengan erat, meyakinkan keresahannya bukan hal yang patut didebatkan.

Pria di hadapannya menunduk, pundaknya bergetar. Sebelah tangannya menutup mulut menahan suara tangis agar tak terdengar orang-orang sekitar.

"Bukan soal itu, Erd. Aku tidak menuntutmu untuk hal itu. Sungguh. Aku hanya.. aku hanya bingung bagaimana menjelaskannya padamu."

"Apa maksudmu, Mix?"

"Aku sepi karena aku sendiri. Kau tahu hubungan ini tidak pernah mudah untuk kita. Kau yang sibuk, aku yang sibuk, keluarga kita yang sama-sama sibuk. Kau— aku hanya tidak mau kau pergi. Erd, aku bingung sekarang."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our Swiss - EarthMix AU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang