"Aku mencintaimu!"
"Aku sungguh mencintaimu, Joo Seok Hoon!"
Pernyataan cinta itu keluar dari mulut Ha Eun Byoel. Namun, respon dari pria yang dicintainya masihlah sama. Tak peduli. Bahkan benci sehingga tak sudi untuk sekedar bertatapan sekalipun.
"HEI, JOO SEOK HOON!"
Teriaknya sambil berlari mengejar dan memegang tangan pria dingin itu, ia menahannnya agar tak pergi. Bukannya luluh, anak sulung dari kalangan konglomerat atas Korea malah menghempaskan tangan Eun Byoel darinya. Matanya menyorotkan kibaran perang pada gadis yang selalu mengacaukan hidupnya itu.
"Lepas, sialan!"
"Aku tidak mau," jawab Eun Byoel cepat. "Kakak tak boleh membantu Bae Ro Na!"
"BANGSAT!"
Seok Hoon mendorong Eun Byoel sehingga terjatuh. Kaki panjang pria itu melangkah ke sebuah toilet lama yang berada di belakang kampus. Wajahnya begitu gusar mendobrak pintu toilet sambil menanyakan keadaan seorang yang sangat dicintainya tentang keadaannya di ruang gelap nan sumpek.
Eun Byoel berdecak kesal melihat Seok Hoon begitu mengkhawatirkan Ro Na. Kecemburuan yang ada pada dirinya mendorong untuk menghentikan sikap heroik Seok Hoon. Ia berusaha mengalihkan fokusnya, nihil malah ia mendapat amukan dan juga sikap kasar.
"Sekali lagi kau mendekat, akan aku patahkan kakimu!" Seok Hoon memperingatkan.
"Akh, sial!" ringis Eun Byoel lagi-lagi jatuh akibat dorongan pria itu.
BRAK!!
Pintu toilet akhirnya terbuka, menampilkan sosok gadis yang tergeletak tak sadarkan diri. Semua orang terkejut melihatnya, banyak mulut yang mengomentari perbuatan Eun Byoel yang mencelakai Ro Na dengan tragis. Seok Hoon tak tinggal diam, ia meraih gadisnya dan menggendongnya sambil melewati Eun Byoel yang sedang dicaci maki.
"Lagian dia tak sadar diri, sudah tahu cintanya ditolak tapi tetap saja ngejar Seok Hoon yang jelas lebih pantas bersanding dengan Ro Na."
"Cemburu dia, makannya nekat mencelakai Ro Na."
"Dasar anak pembunuh itu tak tahu malu!"
"Apakah dia sama seperti ibunya?"
"Sebentar lagi dia akan menjadi psikopat. Eh, sudah deh!"
"Itu turunan dari ibunya, Si Cantik dan Psikopat!"
Eun Byoel yang terus mendengar ocehan mahasiswa lain mengepal, "PERGI KALIAN!"
"PERGI!"
"Siapa juga yang mau di sini."
"Bubar-bubar!"
************
"Sayang, tolong sadarlah!"
Seok Hoon terus menggenggam tangan Ro Na yang masih setia menutup mata. Sudah hampir setengah jam ia mengantar kekasihnya ke klinik kampus namun Ro Na belum juga sadar. Ia sungguh khawatir pada Ro Na dan marah pada orang yang membuat kekasihnya celaka.
"Awas kau, Ha Eun Byoel!"
Saat Seok Hoon ingin beranjak, sebuah tangan bergerak menahannya.
"Sayang, kau sudah sadar? Mana yang sakit? Hm? Aku panggilkan dokter ke sini ya?" Seok Hoon membombardir kekasihnya dengan berbagai pertanyaan.
Ro Na hanya menggeleng lemah.
"Mau minum?"
Seok Hoon mengambil botol mineral di meja dan membantu Ro Na untuk meminumnya. Setelah minum yang hanya beberapa tenggak, Ro Na menggeleng mengisyaratkan ia tak mau lagi. Seok Hoon menuruti, ia menyimpan botol itu ke bawah agar tak jauh untuk mengambilnya kembali.
"Bagaimana keadaan Eun Byeol?" tanya Ro Na lemah.
"Kamu kenapa malah nanyain dia?!" Seok Hoon tak habis pikir dengan Ro Na, hatinya terbuat dari apa sih.
"Kamu gak kasarin diakan?" tanya Ro Na karena ia hafal perangai pria itu yang kasar.
"Aku gak apa-apain dia kok," jawab Seok Hoon sambil memalingkan wajahnya ke jendela.
****
"Hei!"
"Hei!
"Hei!"
"HEYYY!!"
Seorang pria meneriaki seorang wanita yang dari tadi dipanggil tak menoleh. Syukurlah, waktu ia berteriak wanita itu menoleh dan memberhentikan langkahnya yang sedikit tertatih. Wajahnya menatap datar pria yang kali ini berjalan ke arahnya.
"ANJING!"
"Awh!" ringis wanita itu terduduk.
DUK!
Tanpa ampun, pria itu kembali menendang dan menginjak betis wanita itu. Ha Eun Byeol, ya itu adalah dia.
"BANGUN!"
"I...iy..iya," sekuat tenaga yang masih tersisa Eun Byeol bangun walau kakinya begitu perih.
Eun Byeol dengan tatapan mata yang memerah menatap lawan bicaranya dengan takut-takut.
PLAK! PLAK! PLAK!
Tiga kali tamparan mendarat di pipi mulus Eun Byeol. Bekasnya sungguh terlihat jelas memerah.
******
"Sayang, kamu dari mana?"
"Aku membelikan roti untukmu. Kata Tante Bae, kamu belum sempat sarapan."
Seok Hoon memberikan sepotong roti yang telah dikupas kecil-kecil olehnya.
"Terima kasih," ucap Ro Na dengan mulut penuh.
Seok Hoon tersenyum dan mencubit hidung mancung Ro Na, "Cantik banget kamu ini. Pacarnya siapa sih?!"
"Aww, sakit!"
"Abisnya, kamu gemesin!"
"Aku pengen ke kelas!"
"GAK!"
"Aku tak segenius dirimu, ya!" kesal Ro Na mendorong suapan terakhir sehingga rotinya terpental.
"Nanti aku akan ajarin kamu," hibur Seok Hoon membuat Ro Na luluh dan kembali ke ranjang klinik.
Cup!
"Cepat sembuh!" Seok Hoon mengecup bibir Ro Na sekilas.
"Kau apa-apaan!" kata Ro Na marah namun sebenarnya juga salah tingkah.
Cup! Cup!
Saat Seok Hoon terus mengecup bibir Ro Na, tiba-tiba kekasihnya membalas ciuman dengan dalam. Hingga adegan apa yang berlanjut pun tergambarkan oleh bayangan hitam di tirai klinik.
*****
"AWW!"
"Ya ampun, ini perih banget!"
"Ya elah, lagian kamu ini gak pernah kapok. Terus saja berantem sampe lututmu memar begini. Patah baru tahu rasa!"
"Yahh, serem amat sih."
"Bibi harus ke belakang lagi, sebentar lagi Ibu Seul akan ke sini. Kau juga harus segera ganti baju!"
"Siap!" ucap Eun Byeol sambil menghormat.
-TBC
Cerita yang mencukung antagonis di drama!
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PENTHOUSE (Love and Hate)
FanfictieKetika harus berpura-pura kuat dan berkorban untuk seseorang. Merelakan kebahagiaan sendiri hanya demi orang di sekitarnya tak menderita. Hidup dalam kesendirian denda dari perbuatannya yang menyusahkan. Pemain - Seokhoon - Eunbyeol - Rona - Seokk...