Aku selalu percaya karma itu ada.
Sejak kecil, Mom selalu dan tidak pernah berhenti mengingatkan kalau semua perbuatan yang kita lakukan akan berbalik kembali kepada kita. Kalau kau berbuat buruk, maka keburukan pula yang akan berbalik padamu. Mom ingin aku selalu berbuat baik, agar apa yang berbalik kepadaku juga hal yang baik-baik saja. Dia benar-benar sosok yang berpengaruh sangat besar untukku.
Namun, aku tetap harus selektif. Terkadang orang-orang yang diberi bantuan bisa saja memegang pisau di balik punggungnya. Dan aku tidak memiliki penglihatan seperti mesin rontgen untuk melihat apa yang ada di balik tubuh mereka. Manusia dengan semua misteri yang mereka sembunyikan selalu berhasil membuatku takjub. Salah satunya adalah setelah mengetahui Claudia tidak sepenuhnya membalas kebaikanku.
Well, kupikir dengan mengorbankan diriku sendiri untuk menghalau segala ancaman yang dia dapat selama SMA adalah sebuah kebaikan. Aku ingat ketika dia terlambat ke kelas dan tidak mampu membuat alasan sampai aku yang mengarang untuknya. Dengan bodohnya aku melibatkan diriku sendiri hingga mendapat hukuman bersamanya padahal aku adalah siswa yang selalu tepat waktu. Namun, setelah kelulusan, dia justru sulit untuk kuhubungi padahal aku sedang memerlukan teman saat itu.
Akan kuralat, itu kebaikan yang idiot.
Jika bicara tentang karma, kurasa itu sedang terjadi padaku dan Alby. Kami membuat rencana untuk menyakiti perasaan Claudia, dan sekarang wanita itu juga merencanakan sesuatu setelah kupikir hubunganku dan Alby membaik. Mungkin salahku juga yang sudah terlarut dalam permainan Alby, membiarkan perasaanku ikut terlibat meski tanpa bisa ditahan.
Aku menyesal sudah tahu terlalu banyak. Seharusnya kesepakatan itu berjalan mulus tanpa aku harus menghadapi masalah lainnya. Parahnya aku sampai membiarkan Alby tinggal bersamaku selama seminggu ini. Kuharap aku bisa sepertinya yang selalu tampak tenang meski sudah berbuat jahat. Sangat tidak adil karena aku merasa sulit sendirian.
"Kau banyak melamun akhir-akhir ini."
Bola mataku bergulir ke arah Alby yang baru masuk ke kamar. Dia baru selesai mandi dan sekarang memenuhi ruangan dengan aromanya. Bagian terburuknya, dia membiarkan aku melihat punggung telanjangnya yang bertato. Pria itu hanya mengenakan celana pendek selutut dan handuk yang menutupi kepala. Dia memakai itu untuk mengeringkan rambutnya yang basah.
"Hei, ada masalah?" Dia duduk di kasur, tepat di depan aku yang sedang duduk bersila. Sekali lagi aku dihadapkan oleh fakta bahwa Alby tidak tampak mengkhawatirkan apa-apa. Aku benar-benar terbebani sendirian.
"Apa yang membuatmu yakin untuk kumiliki setelah misi itu berhasil?"
Tentu saja, aku harus menelan semua hal yang mengganggu pikiranku tadi dan mulai memikirkan hal lain. Aku tidak ingin kalau Alby mengetahui sesuatu tentang Claudia, dia justru akan berbuat yang lebih-lebih buruk lagi untuk membalasnya.
Kerutan di dahinya bisa berarti banyak hal; dia tidak menyukai pertanyaan itu, atau dia kebingungun harus menjawab apa--hanya dugaanku. Namun, jika pertanyaan itu tidak terasa aneh, seharusnya dia bisa langsung menjawab, 'kan? Dan kalau dia yakin, dia juga sudah punya alasan yang bisa dikatakan kapan saja tanpa perlu waktu untuk berpikir. Sikapnya itu sukses membuatku pesimis.
"Jadi, itu yang mengganggu pikiranmu beberapa hari terakhir?"
Tentu saja bukan. Aku sengaja mengungkit itu untuk mengalihkan pikiran. "Hanya perlu kejelasan, kurasa. Dan bisakah pakai baju dulu?"
Kepalaku mendarat di atas tangan, untuk menutupi mata sebenarnya. Aku akan kesulitan untuk bisa fokus jika dia memamerkan tubuh bagian atasnya seperti itu. Terlalu dekat dan aku akan merasa rugi jika tidak mencuri-curi pandang ke perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart to Break [✔]
Romance[Song Series][Completed] Ava, seorang layouter majalah, tidak pernah sesial ini dalam hidupnya; kekasihnya setuju dijodohkan dengan wanita lain, dan dia juga harus kehilangan pekerjaan di saat yang bersamaan. Orang bilang, di balik kesialan, akan di...