Baru satu hari Giselle kembali ke rumahnya. Hari ini ia terpaksa harus kembali ke kediaman Johnny dengan membawa beberapa tugas yang belum selesai sepenuhnya.
"Akhirnya kamu datang juga Gie?"
"Ada apa Jo? Kamu menghubungiku dengan alasan Jayveen terus menangis, tapi mana? Anakmu itu baik-baik saja!" Giselle sedikit kesal dengan alasan bohong Johnny.
"Sorry, tapi dia benar-benar mencarimu. Lihatlah kepala anak iru sampai terluka karena terbentur meja saat berusaha berjalan mencarimu."
Giselle segera menuju kamar Jayveen dan melihat kondisinya.
"Jayveen? Hei ini aku." Tanpa diduga anak itu bangun, memperhatikan sekitar, lalu matanya mulai berair dengan bibir yang ingin menangis.
"Maaa—hiks.."
Giselle segera menggendong Jayveen dan menenangkannya. Bersamaan dengan Johnny yang masuk ke dalam kamar anaknya.
"Kenapa?"
"Entahlah saat aku mengelusnya, ia langsung terbangun dan merengek kasihan sekali tapi menggemaskan."
Jayveen meraba payudara Giselle, mengkode ia ingin menyusu.
Tanpa ragu Giselle membuka kancing kemejanya dan mulai menyusui Jayveen, tidak peduli dengan Johnny yang melihatnya dengan dagu yang disandarkan di bahu polos milik Giselle karena kerah kemeja yang diturunkan dan memeluk dari belakang.
Berat, tentu saja Jayveen sudah 1 tahun lebih dan semenjak ASI langsung berat badannya bertambah banyak. Belum lagi topangan tubuh papa anak itu di tubuhnya. Memang tangan lelaki itu sudah tidak melingkar lagi di perutnya, tetapi sekarang pindah dengan meremas bokong dari luar rok rempel sepaha Giselle.
"Jo singkirkan tanganmu, aku ingin sambil tiduran di ranjang." Tapi Jo menahan tubuh Giselle sebentar tanpa aba-aba menurunkan underwear gadis itu.
"Jo!" Giselle menggeram kesal.
"Beraringlah, susui dia." Giselle menghela nafas lega, ia sudah kesal setengah mati dan siap-siap menendang lelaki itu, jika tidak memberinya kesempatan untuk menidurkan Jayveen.
Posisi menyamping menyusui Jayveen dengan membelakangi Johnny, Giselle merasa kantuknya mulai menyerang. Lupa jika pakaian dalamnya di tarik lelaki dibelakangnya tadi.
Johnny yang sedari tadi mengelus lengan Giselle, mulai mengganti posisi tangannya dan menarik keatas rok rempel yang dipakai gadis itu. Kedua bongkahan mulus milik Giselle menggoda tangan Johnny untuk bermain disana.
Menyentuh, meremas, memainkan jari diantara kedua belahan adalah kegiatan Johnny saat ini. Ia memundurkan tubuhnya dan berhadapan langsung dengan kedua benda bulat seksi, dan terlihat bagian bibir vagina gadis itu sedikit mengintip.
Giselle yang dijamah diam-diam tetap tertidur tanpa teranggu karena mungkin kepalanya yang akan pecah setelah bergulat dengan tugas kuliahnya.
Johnny semakin gencar menyentuh milik giselle dengan bibirnya, menggigit ringan bokong giselle yang bulat mulus, dan menjulurkan lidahnya. Lalu dengan sengaja ia menyentuh clit Giselle yang mengintip diantara kedua paha
"Hai Clit, jangan memberi rangsangan berlebih pada nyonyamu. Saya ingin bermain sebentar saja."
Johnny menarik ke atas kaki sebelah kiri Giselle karena posisinya yang menyamping ke kanan. Lalu mendekatkan wajahnya pada area vagina gadis itu dan mulai menghirup wangi khas kewanitaan, meniupnya dengan menggoda, lalu ciuman didarakan tepat di bagian bibir luar kemaluan.
Si empu terusik dan semakin terusik lagi ketika Johnny gencar menggoda kewanitaan Giselle hingga membuatnya terbangun dari tidur lelahnya dan terkejut melihat kepala pria diantara selangkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDER OBSESSION 21+ | JOHNNY - GISELLE
Romantizm21+ Giselle dan Johnny saling menatap. "Apa kau ingin melihat aku menyusui anakmu?". Giselle bertanya sedikit gregetan dengan keberadaan Johnny. "Memang kenapa? Tidak masalah, lagi pula semalam aku sempat me-". "Stop, baiklah berikan Jayveen padaku"...