Dinner

424 26 1
                                    

"Hold the door, hold the door!" teriak seorang pemuda berambut pirang yang saat ini tengah berlari sembari sibuk meneriaki dua orang yang berada di dalam lift agar menahan pintu lift untuknya.

"Thank you so much!" ucapnya ketika dirinya berhasil ikut menumpangi lift tersebut, ia tersenyum canggung sembari mengusap peluh yang membasahi pelipisnya.

Dan orang yang menahan pintu lift untuknya hanya mengangguk kecil sebagai jawaban, lift itu mulai bergerak ke bawah dan membawa mereka ke lantai dasar, dan selama perjalanan itu, lift terus terbuka pada setiap lantai untuk menjemput dan menurunkan para penumpangnya.

Dan pemuda tampan pemeran utama kita ini terlihat tidak menyukai pemandangan normal yang biasa terjadi di dalam lift tersebut, ia terlihat gelisah sembari terus bolak-balik mengecek jam tangan yang tersemat di pergelangan tangan kirinya.

Ting!

Pintu lift lagi-lagi terbuka, dan kini lift itu berhenti di lantai sembilan, wanita yang sebelumnya menahan kan pintu lift untuknya turun dari kendaraan gedung tersebut dan di gantikan dengan dua pria lainnya.

Betapa sialnya pemeran utama kita ini, ketika ia sedang terburu-buru, ia malah terjebak di lift yang sibuk hilir mudik tertutup dan terbuka.

Di sepanjang hidupnya, ia rasa ini adalah pengalaman naik lift yang terasa paling lama.

Pemuda itu berdiri tak tenang di tempatnya sembari terus bolak-balik mengecek jam tangannya, ia terlihat gelisah. Kakinya tak bisa berhenti bergerak mengetukkan nya sepatu pantofel nya ke permukaan lantai lift, sampai apa yang dilakukannya itu menarik perhatian para penumpang lift yang lain.

Si pirang merogoh saku celananya untuk mengambil ponselnya, ia berniat mengabari seseorang. Tapi, sial, tidak ada sinyal disini. Jadi, ia putuskan untuk nanti saja ia mengabari orang tersebut, tentunya setelah ia berhasil turun dari lift ini.

Ting!

Penantian panjang dalam hidupnya akhirnya berakhir, sesaat pintu lift terbuka ia langsung berlari bak orang kesetanan, ia berlari tak kenal tempat, yang dipikirkannya saat ini adalah berlari secepat mungkin ke mobilnya yang saat ini terparkir cantik di basemen kantornya.

Dalam pelariannya tentu saja ia tak luput dari menabrak rekan kerjanya yang lain saking terburu-buru nya.

Bruk!

"Maaf!" ini adalah salah satu bukti kejadian dimana ketika dirinya tak sengaja menabrak seorang rekan kerjanya.

"Draco?!" teriak orang itu pada seseorang yang baru saja menabrak dadanya cukup keras sampai kopi dingin yang tengah dibawanya harus tumpah mengenai kemejanya.

"Hey, dude!, ada apa ini?!" teriaknya pada pemuda yang diketahui bernama Draco, yang kini sudah berjarak beberapa meter darinya.

"Sorry, Blaise!, aku tidak sempat menjawabnya, aku akan menjelaskannya besok!, dan ingatkan aku untuk mengganti kopi mu!" teriaknya sembari terus berlari menjauhi rekannya yang kini hanya bisa diam sembari meratapi pakaian yang basah.

"Yeah!, you have to!" balasnya berteriak, "Great!, what a beautiful day!" ucapnya sarkas disertai helaan nafas jengkel pada harinya yang terasa sangat indah ini.

***

"Arghhhh sial, sial, sial!, sudah lewat setengah jam!, apa dia masih disana?!" ucapnya sembari terus menatap jam tangan hitamnya yang kini sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam.

Mari dijelaskan sedikit alasan mengapa Draco terlihat terburu-buru sekali. Jadi, sebenarnya hari ini adalah hari kencan pertamanya dengan seorang pemuda manis yang merupakan hasil dari perkenalan yang orangtuanya lakukan. 

Random Story (Drarry)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang