10. Pelarian

60 16 0
                                    

     "WAAAA ORANG BARAT GALAK-GALAK!" Singapura melarikan diri, berlari sekencang kilat menghindari amarah Uni Soviet dan Amerika -yang baginya gak ada gunanya- itu.
    
     "HEH, ANAK BEJAD SINI NGGA LU?!"

     "Singapura! Cepat lari!" Teriak Indonesia yang masih menggendong Timor di punggungnya.

     Singapura pun berhasil menyusul langkah Indonesia. Ada gunanya juga ia ikut pelatihan lari jarak jauh—

     "Indo! Kita harus lew— eh, EEHHH?!"

      "Sing— WEH ini ap-PAAA?!"

     Tiba-tiba ruangan hening. Singapura dan Indonesia tak terlihat lagi setelah kedatangan Uni Soviet dan Amerika di tempat.

     "Tck! Tadi suara mereka masih menggelegar di lorong ini. Cepat sekali menghilangnya?!"

.
.
.
.
.

     "A, aduh..." Singapura mengelus pantatnya yang baru saja melakukan pendaratan kasar.

     "Akh! Pinggangku..." Dan Indonesia mengerang di sebelahnya.

     "Eh, Timor ngga apa-apa, 'kan?" Indonesia memegang kedua pundak adik nya yang segera bangun dari jatuhnya di dekapan Indonesia.

     Timor Leste pun mengangguk. "Iya! Syukurlah, Kak Indo juga ngga kenapa-kenapa, 'kan?"

     Indonesia membeku. Ia menatap mata Timor lekat-lekat. Membuat Timor ketakutan.

     Singapura yang melihatnya hanya diam di tempat. Sekilas ia tersenyum lembut. Sekiranya ia tahu kenapa Indonesia berekspresi seperti itu.

     "Ukhh..." Setetes demi setetes air mata jatuh di ujung mata Indonesia. Tak perlu beberapa detik air tersebut sudah membendung dan siap mengalir di pipinya.

     Ia meremas bahu itu. Lalu mendekapnya.

     "Timor... Akhirnya aku menemukan mu... Ukh- hiks...  Kamu kok bisa hilang, sih... Kakak khawatir, lho! Ukh- huwaa!" Indonesia menangis mengeluarkan semua rasa sakitnya. Timor Leste terkejut, lalu membalas dekapan Indonesia. Mengelus punggung yang lebih besar darinya itu pelan, membiarkan Indonesia membasahi punggungnya dengan air mata.

     "Udah, kak... Kan sekarang Timor ngga apa-apa? Harusnya yang nangis itu, 'kan Timor, bukan... Bukan... Hiks- Bukan kak Indo yang seharusnya menangis! Ti, Timor takut... Takut kalau Kak Indo— Hiks... Hu, huwaaa...!!" Timor pun tak bisa menutupi perasaanya. Ia tenggelamkan kepalanya di dada Indonesia.

     Singapura pun tak tahu harus berkata apa. Perasaan nya pun bercampur. Apakah ia harus ikut senang? Terharu? Sedih? Ikut khawatir? Atau haruskah ia terkejut lagi? Ntahlah, Singapura hanya bisa lega karena hal ini.

     Syukurlah...
   
  

 
*****

     Alasan Indonesia suka dibandingkan—

     Timor adalah anak yang ceria nan periang. Ia pintar, juga lebih mengerti bagaimana perasaan ibu dibandingkan dirinya. Bolehkah Indonesia berkata, "Karena Timor adalah anak kandung ibu, pasti lebih kuat sugestinya dibanding diriku." ?

     Alasan Indonesia suka dibandingkan—

     Dari awal mereka membentuk keluarga baru, Indonesia merasa yakin, bahwa dirinya tak akan pernah menjadi anak 'Broken Home'  seperti anak diluar sana. Yakin lebih baik dari sebelumnya ketika ia hanya memiliki seorang ayah dari saat ia berumur sekitar 10 tahun.

[✔️] CountryHumans : disappearance Timor LesteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang