24. Ciuman Selamat Tidur

31.2K 2.8K 43
                                    

Ada lebih banyak hal yang harus Arga pahami dari Naomi daripada sekadar mengartikan makna kangen, peka dan menerjemahkan wajah cemberut wanita itu. Misalnya, kalau Naomi bilang bosan, maka Arga harus melakukan sesuatu yang bisa menghilangkan kebosanannya, dan itu bukanlah pekerjaan mudah sebab, jalan-jalan keliling kota Jakarta yang macet, atau sekadar mengelilingi mal, atau makan sesuatu di restoran, tidak selalu benar di mata Naomi.

Rupanya Naomi memilih menonton film sambil makan kacang dan minum susu. Itu dilakukan setelah Arga menjadi tersangka suami tidak peka yang tidak bisa memahami keinginan istrinya. Apakah lelaki di luar sana bisa mengerti keinginan istri yang hanya cemberut dan mengeluh bosan tetapi tidak tahu harus melakukan apa? Betapa hebat lelaki seperti mereka.

Arga menghela napas. Film baru berjalan 15 menit. Ia meraih ponsel di dekatnya dan membuka Google, mengetikkan satu kalimat singkat: cara memahami istri...

Pertama, kasih sayang. Arga jelas selalu menyayangi Naomi, sehingga ia yakin itu bukanlah masalah. Atau... Naomi tidak tahu bahwa ia menyayanginya?

"Naomi." Arga meletakkan ponselnya.

"Hm?"

Selanjutnya, Arga menimbang dengan hati-hati. Bagaimana mengatakan pada Naomi bahwa ia menyayangi wanita itu? Ia membuka ponselnya lagi dan membuka jendela baru untuk mencari informasi yang baru: cara menunjukkan kasih sayang kepada istri...

Dari beberapa tips yang ia baca, Arga mengambil satu yang menurutnya paling mudah dilakukan: peluk dia. Memeluk Naomi tentu pernah Arga lakukan, berkali-kali. Namun memeluk dengan rencana seperti ini membuatnya merasa jadi manusia aneh yang bingung untuk melakukan sesuatu.

Arga meletakkan ponselnya. Tangannya mendadak terasa agak berat, tetapi jika itu yang dibutuhkan, maka...

"Eh?"

Tiba-tiba saja jantungnya berdetak lebih kencang saat Naomi menatapnya dengan mata menyipit setelah ia lingkarkan tangannya ke tubuh wanita itu.

"Kamu kenapa? Kok tiba-tiba peluk-peluk, sih." Naomi meletakkan bungkus kacangnya begitu saja. "Lagi horny, ya?"

Arga menghela napas pelan dan melepaskan tubuh Naomi. Horny katanya?

"Males, ih. Film juga baru mulai. Kamu tidur saja duluan, aku tidurnya kalau film sudah habis."

Arga menggeser tubuhnya begitu Naomi tidak lagi menyandar di pundaknya (sejak tadi wanita itu menggunakan pundaknya sebagai sandaran).

"Tidur duluan sana, Ganteng... atau nggak bisa tidur tanpaku?"

Arga menggeleng pelan. Ia tidak berniat tidur duluan.

Naomi melipat kakinya ke atas sofa dan menatapnya dengan gemas. Katanya, "Sini, tidur di sini. Aku masih nonton, nih." Sembari menepuk-tepuk pahanya yang sudah dilapisi selimut terlipat.

Arga sebetulnya merasa aneh. Ia tahu sebagian pasangan kekasih melakukan hal ini. Namun ia merasa begitu kikuk untuk tidur di paha Naomi, meski juga merasa tertarik.

"Mau enggak?" tanya Naomi terdengar galak.

Arga buru-buru mengangguk, lalu dengan cara yang kaku ia membaringkan tubuh di sofa dengan bantal paha Naomi. Ia menatap ke atas, bertemu pandang dengan Naomi yang menatapnya. Sejenak wanita itu melempar senyum manis yang menghipnotis, sebelum mengusap rambut Arga dan bergumam pelan.

"Selamat tidur ya. Puas-puaskan kamu manja, kalau sudah punya anak jelas kesempatannya enggak sebanyak sekarang."

"Kenapa?"

"Ya jelas aku ngurusin anak kamu. Dari bangun tidur sampai tidur lagi. Jatahmu kalau anaknya sudah tidur."

"Oh."

Dear Suamiku: Jangan Lupa Banyak Bicara Hari Ini Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang