41. Batagor

2.1K 222 32
                                    

Cantik itu subjektif tapi kalau yang cantik itu Gue berarti objektif.
_Fairy


Acara makan-makan diakhiri dengan les privat. Lebih tepatnya les dadakan bin tiba-tiba.

"Kamu beneran gak lagi bolos sekolah kan?"

Pertanyaan yang ketiga kalinya Gue ajukan pada dua bocah lelaki yang katanya kelas 1 SMP ini. Emang mulut Gue isinya negatif mulu.

"Enggak Kak. Hari ini kami pulang awal karena guru-guru ada acara, lalu Kami dapat PR. Untuk jaga-jaga kalau jawabannya gak ada di buku, kami numpang Wi-fi disini."

Gue ngangguk-ngangguk paham. Pasalnya baru dipertanyaan ketiga kalinya ini mereka menguraikan panjang kali lebar kali tinggi alesan mereka ada di RM ini.

"Di rumah kalian gak ada Wi-fi?"
"Ada Kak, tapi Ayah-Ibu masih kerja dan Aku gak bisa nyalainnya juga gak tahu password-nya."

Lagi Gue ngangguk-ngangguk.

"Kami kesini juga udah ijin kok Kak sama ortu masing-masing lewat telfon."

Ok akhirnya Gue memutuskan untuk percaya dengan dua bocah berseragam SMP ini dan memulai sesi privat dadakan.

"Jadi, sebenarnya Kakak tadi tidak sedang membahas metamorfosis cebong, melainkan membahas tentang ovulasi atsu proses terbentuknya bayi."

"Lhah...bukannya Kakak tadi nyebut-nyebut cebong, kenapa sekarang jadi bayi?"

Berabe dah kalau urusan ginian sama bocil yang masih polos-los. Tujuan Gue dan Lian pakek istilah-istilah aneh kan biar omongan kita gak dianggap vulgar sama pengunjung lain tapi kayaknya tujuan itu gak tercapai deh kalau berhadapan sama bocil-bocil yang rasa ingin tahunya selangit.

Akhirnya, Gue membeberkan alesan kenapa memakai istilah aneh yang membuat mereka salah paham. Ketika semua kesalahpahaman terselesaikan, mereka Gue suruh kembali ke mejanya.

"Kakak udah pesenin kalian makanan. Sekarang kalian balik ke meja kalian buat makan, habis itu langsung pulang ya!"
"Makasih ya Kak, tapi maaf Kita masih kenyang. Boleh gak kalau makanannya kita bawa pulang?"
"Boleh. Nanti minta tolong ke mbak pelayannya buat dibungkus ya!"
"Makasih ya Kak."
"Iya."

Dua gelas berbentuk mangkuk terhidang di meja, isinya ice cream...iya ice cream yang manis-seger itu. Setelah duo bocah itu pergi, Gue pesen dessert yang di-iyain aja sama Lian.

"Bagus juga parenting ortu bocah tadi?"

Gue ngangguk-ngangguk aja meng-iya kan. Pasalnya Gue juga mengakui jika ortu bocah tadi terdengar orang yang bagus ilmu parentingnya, menurut cerita Si Bocah.

Abad 20 yang serba canggih dan pakek gadget ini ternyata masih ada anak SMP yang belum tahu tentang pembuahan pada manusia alias polos-los. Padahal kalau kita lihat berita TV udah banyak anak di bawah 17 tahun hamil di luar nikah atau paling ringan mereka pasti tahu yang namanya pacaran, pegangan tangan, pelukan, ciuman atau hal yang lebih dari itu. Salut sih sama ortu mereka.

Nih ya, mereka bilang kalau penggunaan gadget sangat terbatas bagi mereka, kalau bukan mengenai pelajaran ya gak dikasih dan penggunaannya selalu ditemani ortu. Padahal ya, ortu mereka semua bekerja, namun selalu ada waktu buat nemenin anaknya belajar meski habis pulang kerja dan lagi capek-capeknya. Prok...prok...prok...tepuk tangan Gue sama parenting mereka. The real definisi anak yang direncanakan.

"Patut kita contoh kalau kita udah nikah"

Lagi, Lian berkomentar.

"Kita siapa?"
"Lo sama Gue lah."
"Emang Gue mau nikah sama Lo?"
"Emang tadi Gue ngajakin Lo nikah? Yang Gue maksud 'kan kita nikah sama pasangan masing-masing."

Spesialis ObgynTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang