Prolog

321 41 10
                                    

Nungki bersemangat berjalan menuju ruang kerja suaminya, sambil memegang amplop berwarna putih.
Ia sudah tidak sabar ingin memberitahukan kepada suaminya, kabar bahagia yang sudah 6 tahun ini mereka impikan. Setelah menyelesaikan prodi speliasisasinya, akhirnya ia dan Bram suaminya segera memiliki momongan.

Dan siang ini hasil tes kehamilannya positif. Ia tidak sabar, karena handphone Bram tidak bisa di hubungi, ia langsung menuju kantornya di jam makan siang. Kebetulan mereka satu rumah sakit, jadi Nungki tidak terlalu repot mencari keberadaan suaminya.

Kursi Nania, asisten Bram, terlihat kosong dan Nungki langsung berjalan ke arah pintu ruang kerja. Dengan wajah tersenyum lebar ia mendorong pintu itu, dan seketika senyumnya surut digantikan jeritan kaget. Bram yang juga kaget langsung melepaskan orang itu.

"Ki..ki." Ucapnya terbata.

Nungki yang masih memegang handle pintu tentu saja shock dan tiba-tiba jatuh luruh ke lantai dengan darah mengalir deras dari dalam pahanya.

****************************************

Nungki membuka matanya dan menghela napas sebelum kembali terpejam. Sudah 2 hari ia dirawat di rumah sakit. Kejadian tempo hari benar benar mengguncang mentalnya, dan berdampak kandungannya yang baru berusia 4 minggu tidak bisa dipertahankan.

"Kiki." Bram menyentuh punggung tangannya.

Nungki kembali membuka matanya dan menoleh ke arah suaminya. Tampak raut muka penyesalan ada di wajah suaminya. Sejenak ia menatap manik hitam itu.

"Sejak kapan?" Nungki bertanya pelan.

Bram menggelengkan kepalanya, lalu menarik napas dalam.

"Jangan sekarang. Tunggu kamu sehat dan pulang dari sini." Jawabnya lirih.

"Kita cerai saja." Nungki berkata lirih.

Bram menatap tak percaya dan tidak bisa berkata apa apa.

"Aku yang akan mengajukan gugatan. Aku juga yang akan bilang ke keluarga. Jangan mempersulit." Nungki beralih menatap jendela yang sinar senja itu tidak akan pernah bisa ia lupakan.

"Tapi.."

"Aku akan pulang ke desa, kamu tidak perlu menjelaskan apapun kepada bapak dan ibu."

Bram menatap nanar istrinya. Ia tahu kesalahannya sudah sangat fatal dan tidak bisa dimaafkan.

**************************************

30/06/2022

Mendung di batas SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang