12) -Bukan Latihan-

331 52 2
                                    

eyyo wassappp!!
disini author cuma mau bilang, lopyuh.





-•°•-

Selesai acara pernikahan, Hana dan Haruto sesuai kesepakatan akan tinggal di rumah Haruto. Dan kini gadis yang sudah sah menjadi istri Haruto tersebut sudah berada di dalam kamar mereka.

Sebenarnya, Hana ingin marah dan melemparkan kasur tersebut kepada Haruto. Masalahnya pria tersebut mengatakan akan pisah ranjang, seperti ada dua ranjang terpisah antara mereka di satu kamar. Tapi suaminya malah ingkar.

Tetapi gadis yang masih memakai gaun pernikahannya itu tidak mau mengambil pusing. Walau nanti dia tetap akan protes, ketika Haruto sudah selesai bersaliman dengan keluarga besar di rumah.

Memang Haruto juga lelah, tetapi Hana yang paling lelah. Memakai heels yang tidak biasa dipakai, dan kini memakainya seharian penuh.

Ketika mertua perempuan Hana mempersilahkan Hana untuk mengganti baju, Hana langsung tersenyum senang. Memang Mama Haruto adalah mertua idamannya.

Hana mencoba meraih resleting gaun putihnya. Mencoba mendorong turun agar Hana bisa segera mandi.

"Aduh, susah," rengeknya pada diri sendiri.

"Ehm. Mau dibantu?" Haruto membuatnya kaget. Kini Haruto sedang bersender di dinding dekat pintu kamar mereka yang langsung dikuncinya.

"Enggak. Gue gak mau dibantu sama pembohong kayak lo," tolak Hana menohok.

Haruto menghembuskan nafas pelan, "Bohong apa, Hana?"

"Lo-"

"Yang bener itu pake 'aku-kamu'," koreksi Haruto.

"Gue lagi marah! Terserah gue mau pake bahasa apa!"

"Iya, kamu marah aja dulu. Nanti kalau marahnya reda, balik sopan lagi, ya?"

Hana mengangguk, tapi masih dengan wajah marahnya.

"Jadi, kenapa kamu marah?" tanya Haruto mengingat marah Hana yang sempat terpenggal.

"Lo bilang bakal pisah ranjang! Ini kok malah lo yang ingkar? Lo buat janji buat diingkarin, 'kan?"

"Ask my mom for it. Aku juga udah capek bahas hal ini sama Mama. Kalau bisa bujuk Mama, aku bakal salut banget kayaknya," kata Haruto sambil berjalan mendekat.

Hana menjauh perlahan, takut dengan Haruto yang semakin lama semakin mendekat.

"Ih, mau ngapain?" kata Hana memegang pundak Haruto yang seakan ingin memeluk.

"Tapi buka resleting kamu," kata Haruto menaikkan alisnya.

"Gak usah! Aku minta Mama aja yang ngelakuin!" tolak Hana.

"Kamu mau Mama curiga sama kita?" kata Haruto memberi pembelaan.

Hana tampak berpikir. Posisinya sekarang dia sudah tertempel sempurna dengan dinding. Haruto hanya berdiri dengan tangan di kantong, namun tangan Hana berada di pundaknya.

"Janji gak macem-macem!?" ancam Hana waspada.

Haruto mengangguk, "Iya, Kim Hana."

"Okay," gadis itu pun membelakangi suaminya.

Dengan menahan ludahnya, Haruto membuka sleting gaun Hana. Sebenarnya, jantung suami Hana sudah tidak bisa dikontrol lagi.

"Udah?" tanya Hana.

Sungguh, ketika Hana menoleh, dengan wajah cantiknya dan lampu lumayan redup, Haruto hampir kehilangan akal.

Helaian rambut Hana yang mulai berantakan karena aktivitas pernikahan mereka seharian ini. Hana yang cantik sekali dengan polesan dan gaun putih. Ini persis dengan harapan Haruto ketika masih SMA dulu.

CONTRACT [Watanabe Haruto]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang